Dua hari berlalu kini mereka sudah tiba kembali di Kota New Capitol, bahkan pagi ini Joe akan mewakili David memenuhi undangan penting yang dihadiri banyak pengusaha dari berbagai belahan dunia.Tadi pagi Riana mengalami muntah hebat dan Joe ingin mengajak Riana ke rumah sakit, tapi sang calon istri yang tahu Joe akan ada urusan penting memilih untuk menunda niatnya pergi ke dokter dengan alasan kalau semua wanita hamil saat ngidam akan mengalami hal yang sama, dan Joe percaya.Pria itu segera bersiap untuk menuju ke tempat acara."Aku berangkat dulu ya sayang." Joe berpamitan pada sang calon istri karena pagi ini dia akan menggantikan David memenuhi undangan untuk para pengusaha, sementara David ada urusan lain yang lebih penting."Hati-hati di jalan ya sayang, kalau sudah sampai di sana tolong kabari aku," pesan Riana pada calon suaminya.Joe mengangguk lalu Riana membantu calon suaminya memakai jas kerja. Joe sangat tampan dan menawan, rasanya tak kalah tampan dari David, pikir sa
Sore harinya Joe kembali ke apartemennya dan langsung mengajak Riana ke rumah sakit, sebab tadi diam-diam Joe mendaftarkan sang istri untuk kontrol kandungannya.“Sayang aku kan sudah bilang semua ibu hamil pasti melewati masa ngidam,” Riana merajuk karena dipaksa diajak ke rumah sakit.“Hatiku tak sekuat itu melihatmu kesakitan saat muntah-muntah sayang,” jawab Joe jujur.Riana pun tak punya alasan lagi untuk menolak keinginan calon suaminya. Mereka menuju ke basement di apartemennya.Laura dan si kembar sudah puang saat Joe tiba tadi, David menjemput anak dan istrinya lebih awal, sebab si kembar merengek minta diajak ke mall dan David mengabulkannya. bahkan Joe dan david belum sempat membahas mengenai hasil pertemuan tadi karena Dita dan Dika selalu punya alasan untuk tidak membiarkan sang papa membahas soal bisnis di depan mereka.Mobil Joe melaju dengan kecepatan sedang, sampai akhirnya setelah tiga puluh menit di jalan mereka tiba di rumah sakit yang dituju.Setelah memarkirkan
“Suruh dia kembali. Mama tidak suka ada dia di ruangan ini, bisa-bisa Mama tambah sakit,” ucap sang mama penuh emosi.Riana tak habis pikir, harus dengan cara apalagi di berbicara dengan sang mama agar mau merestui hubungannya dengan Joe.“Tapi Ma, Joe kan harus nunggu Riana. Kalau Mama usir dia itu artinya Mama juga usir Riana.”Riana masih membela Joe dan menolak permintaan sang mama yang berniat menjauhkannya dari calon suaminya ini. Terlebih ada Nail tentunya Joe pasti akan cemburu.“Jadi maksud kamu, Mama tinggal sendirian di sini? Kamu tahu Mama lagi dirawat inap tapi kamu justru masih memikirkan kesenanganmu sendiri,” jawab sang mama ketus.Riana menghela nafas kasar, dia kehabisan akal setiap kali berbicara dengan sang mama terkait Joe.“Kalau Mama memang mau Riana tetap tinggal, berarti Joe juga harus tinggal di sini. Masa Mama sudah tahu Riana sedang mengandung harus nungguin Mama dengan lelaki pilihan Mama.”Jujur saja Joe sudah lelah berdebat dengan calon Mama mertuanya, i
“Aku pikir kamu belum pulang dari Mall.”Joe membuka pembicaraannya setelah David mengajak Joe duduk di taman belakang rumahnya.Joe mengeluarkan satu batang rokok lalu menyalakannya, hatinya sedang tidak baik-baik saja akibat ulah mertuanya.“Laura marah,” jawab David.“Marah kenapa? Aku juga tahu dia marah sampai mengusirmu dari kamar, belum lagi Dita dan Dika bilang sedang ada perang dunia.”Setelah berujar demikian Joe kembali tergelak karena sang sahabat sangat takut membentak Laura karena alasan kesalahan di masa lalu yang David lakukan.David memicingkan matanya menatap tajam ke arah sang sahabat seketika membuat Joe diam. Dua pria itu mulai menghisap rokok di tangannya, lalu membuang asapnya ke udara, selain miras rokok adalah jalan pintas penghilang stres.“Tadi pas mau pulang salah satu klien kita hampir terjatuh, aku menolongnya tapi jujur aku tak tahu kalau kalau ada lipstik menempel di kemejaku. Belum lagi bau parfum Angel yang khas dikenali Laura melekat di jasku. Bahka
Tepat pukul 05.30 waktu setempat, Laura mengerjap pelan karena tidurnya terusik oleh pelukan tangan David di perutnya.Laura membuang nafas kasar, sejak kapan sang suami pindah tidur jadi di sampingnya, apa mungkin tidur Laura terlalu lelap sampai tak menyadari keberadaan suaminya.Yang Laura ingat David tidur di samping Dika dan memeluk putra mereka, Laura menoleh ke samping kedua anaknya tengah terlelap dan seperti biasa posisi tidur Dita yang seperti baling-baling helikopter karena kakinya yang nyaman ada di atas bantal. Laura melepaskan pelukan tangan David, pria itu tampak menggeliat namun hanya sesaat dan matanya kembali terpejam.Sang mama merengkuh tubuh Dita untuk dibenarkan posisi tidurnya.“Anak gadis kok tidurnya begini,” omel Laura bergumam.“Masih bayi Ma,” sahut Dita tapi matanya terpejam.Bukan hal aneh lagi Laura bisa ngobrol dengan Dita bila sang anak masih terlelap. Laura menanggapi dengan tertawa kecil.Laura turun dari atas kasur dengan pelan agar tak mengusik ti
“Selamat pagi Mamakuuuuuu,” teriak si kembar kompak dari lantai dua.Keduanya baru akan turun ke lantai satu, sedangkan sang mama ada di dekat meja makan sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.“Selamat pagi juga anak-anak Mama yang hebat.”Laura berlutut lalu si kembar memeluk Dita dan Dika bersamaan. Sang anak memberikan ciuman penuh cinta di pipi kanan dan kiri Laura. Laura membalas mencium puncak kepala anaknya.Dia membantu Dita dan Dika duduk di kursi yang khusus untuk mereka agar bisa menjangkau makanan di atas meja makan.“Suster, sarap dulu ya. Takutnya nanti lama di sekolah,” ucap Laura pada kedua pengasuh si kembar yang akan ikut ke sekolah bersama majikan ciliknya.“Baik Nyonya,” jawab keduanya kompak, dan bergegas menuju ke dapur belakang yang memang disediakan untuk para pelayan di rumah itu.Semua perlengkapan juga disediakan di sana, priser daging, kulkas dan alat masak lainnya. Bila Monica dulu sangat anti dengan orang miskin, dan dapur itu diisi oleh pela
“Nyo–Nyonya Aditama,” ucapnya pelan. Laura hanya mengangguk dan memilih mengalihkan pada empat ibu-ibu yang ada di sana serta dua baby sitter siswa lain. Dia mulai menyapa dengan ramah, setelahnya memilih duduk di kursi kosong bergabung dengan kedua pengasuh si kembar.Ketiganya tampak akrab karena Laura memang tak pernah menganggap orang lain levelnya lebih reh darinya.Di dalam kelas Dita memilih duduk di bagian bangku paling depan, tadi dia sempat keluar kelas sebentar untuk melihat sang saudara kembar, dan setelah kembali ke mejanya ternyata ada siswa lain sudah duduk di sana.“Ini tempat duduk ku,” ucap Dita ketus.“Ma–maaf, aku duduk di mana ya?” Anak berkacamata minus itu bertanya pada Dita.“Di genteng,” sahut Dita lagi.“Kok di genteng, nanti kalau aku kehujanan bagaimana?” tanya anak laki-laki itu polos tanpa berani melihat ke arah Dita.Dita berdecak sebal, kesabarannya setipis tissu kalau menghadapi orang lelet seperti ini. Yang ditakutkan Laura terjadi, jiwa preman sang
“Terima kasih ya Pak, kami kembali ke kantor dulu,” ujar David.Dia bersalaman dengan sang kepala proyek, begitu pun dengan Angel.“Sama-sama Tuan, sudah tugas saya,” sahut pria yang usianya jauh lebih muda dari David, namun ketampanan David tak tertandingi.David dan Angel kembali ke parkiran, sopir pribadi David sudah siap menunggu Tuannya.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, suasana kembali hening, padahal setahu Angel bila ada Ryan maka David tidak akan berhenti berbicara, tapi kenapa saat ada dirinya David mendadak irit bicara pikir wanita itu di dalam hati.“Sepertinya Tuan David hanya banyak bicara di saat tertentu saja, aslinya dia sangat menyukai suasana hening seperti ini,” Angel kembali membatin. Dari kejauhan nampak suasana sangat ramai, membuat sang sopir waspada.“Tuan sepertinya di depan sedang ada kecelakaan kereta, kita tidak bisa lewat sana Tuan,” ucapnya.David pub menatap ke arah yang dimaksud lalu berujar, “cari saja jalan alternatif Pak.”“Baik Tuan,” sahu