Bukannya ketakutan melihat senjata tajam yang dipegang Edward, Willa justru tampak terpesona seolah sedang melihat mainan bagus. “Mommy, sebaiknya kita pergi dari sini. Jangan berbuat nekat!” Olivia berteriak cemas. Dia melihat dengan perasaan ngeri pada benda yang kini di arahkan pada Willa. “Kenapa tuan Bennet lama sekali?” ujarnya lagi pada Ethan. Sesungguhnya Samuel baru tiba beberapa menit yang lalu bertepatan saat Willa melayangkan tendangan pada pria terakhir. Dia menyaksikan sekelompok pria terluka yang tergeletak di tanah. Karenanya, dia kemudian memutuskan untuk menjadi penonton sejenak. Padahal bersamanya, Samuel membawa sepasukan pengawal terlatih berjumlah sepuluh orang. Mereka datang dengan tiga mobil yang di parkir tidak jauh dari tempat kejadian. Tapi karena semua fokus tertuju pada keributan di samping gedung sekolah, tidak ada yang memperhatikan sepuluh pria berseragam yang turun dari mobil. Mereka telah siap menerima perintah dari Samuel Bennet untuk turun tanga
Tidak ada yang berani membantah ucapan Willa. Meski sebenarnya beberapa orang di dalam hati masih juga menggerutu dan protes. Delapan orang dari sembilan yang berlutut usianya lebih tua setidaknya lima tahun dari Willa. Mereka harus memanggil gadis muda ini kakak cantik? Terdengar konyol!“Ada yang tidak setuju?” Willa seakan bisa mendengar suara hati beberapa orang.“Tidak, Kakak cantik. Mana mungkin kami berani tidak setuju?” Edward bicara mewakili yang lain. Hatinya kacau. Dia teringat seseorang yang sangat ditakutinya. Mungkin sebentar lagi orang itu akan mendengar tentang kejadian ini. Mata dan telinganya tersebar di mana-mana.Seumur hidup Richard baru kali kini melihat saudara laki-lakinya begitu takut pada seseorang selain orang itu. Edward seperti harimau yang kehilangan giginya. Sebelumnya dia mengaum begitu keras, kini dia berlutut di tanah dan dengan patuh mengiyakan apa pun yang dikatakan Willa Anderson. Richard tidak bisa menerima ini. Dia harus melakukan sesuatu. Willa
Begitu melihat sosok Willa Anderson, puterinya, memasuki ruang tamu, Daniel Anderson tidak bisa menahan dirinya lagi untuk menghajar gadis itu. Napasnya memburu, amarah menguasai akalnya. Tanpa berpikir panjang, dia bergegas menyongsong kedatangan Willa dan langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajah puterinya. Tamparan yang keras, penuh kebencian.Sayangnya, Daniel tidak tahu jika Willa yang sekarang bukanlah puteri yang lemah dan pemalu seperti yang dia kenal selama ini. Willa yang sekarang tidak akan membiarkan dirinya ditindas meski oleh orang yang disebutnya ‘ayah’. Tangan besar Daniel terhenti di udara, hanya beberapa senti dari pipi Willa. Sebuah tangan yang indah namun kuat menahan tamparan itu dengan mantap. Tamparan itu tidak pernah mengenai sasaran.Mata Daniel melebar, terkejut. Kekuatan Willa di luar dugaannya. “Tuan Daniel Anderson, haruskah aku mulai memanggilmu dengan namamu saja?” Willa melepaskan tangan ayahnya, mengentakkannya dengan kasar. Suaranya dingin, tegas
Di layar ponsel, sebuah video diputar. Video itu menunjukkan seorang gadis berada di atas tubuh seorang pria yang sedang berbaring. Keduanya terlihat sangat bersemangat. "Tidak—“Emily menggeleng dengan gugup. Willa menaikkan volume suara ponselnya. Semua orang di ruang tamu bisa mendengar suara desah dan rintihan dari dalam video.“Matikan videonya. Dasar brengsek!’ jerit Emily dengan suara bergetar. Histeria menyelimutinya, wajahnya memerah, campuran antara marah dan malu. Dia menerjang ke arah Willa, mencoba merebut ponsel itu dari tangan adiknya. Namun, Willa dengan lincah menghindar, membuat Emily hanya bisa menggertakkan giginya dengan frustasi."Berikan ponsel itu padaku sekarang juga!" tuntut Emily, matanya berkilat marah.Sementara itu, Rachel yang tahu persis kejadian semalam turut menjadi marah sekaligus khawatir. Jika isi video itu seperti perkiraannya dan sampai tersebar ke luar, dia tidak tahu harus kemana menyembunyikan wajahnya. Keluarga ini sudah memiliki masalah yan
Willa mengangkat alis, matanya berkilat-kilat penuh kepuasan. "Menurutmu?" Dia balik bertanya, menyulut api kemarahan di dada Rachel.Rachel mengepalkan tangan, berusaha menahan amarahnya. "Jangan bermain-main. Berikan salinanya padaku."Willa tertawa kecil, mengejek. "Aku bisa saja memberikannya padamu, tapi tentu saja tidak gratis. Aku mau sepuluh ribu dolar."Semua orang bisa mendengar suara jernih tapi dingin gadis itu. Keterkejutan tampak di wajah masing-masing dari mereka. Nona muda memeras ibu tirinya sendiri. Sungguh sangat berani."Willa, kita tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Perusahaan sedang dalam masalah besar. Kamu tahu itu," jawab Rachel dengan suara gemetar.“Willa, tega sekali kau!” Emily menjadi histeris. Dia tidak rela jika mereka kehilangan uang sebanyak itu demi menuruti keinginan serakah gadis itu.“Nyonya Anderson, itu bukan jumlah yang besar. Bukankah kau bisa menghabiskan puluhan ribu dollar sekali berbelanja. Aku akan meninggalkan rumah ini dan perlu ua
Richard White yang melapor tentang hal memalukan yang terjadi pada geng Black Hand merasa kecewa dengan tanggapan sepupu jauhnya itu. Ya, Matthew Turner memang hanya sepupu jauh mereka. Tapi Andrew, kakaknya menjadi cukup dekat dikarenakan Matthew yang memiliki perangai yang berubah-ubah. Meski saat ini dia adalah pemilik sebuah perusahaan hiburan nomor satu di dalam negeri yang mengharuskan dia bersikap layaknya pemimpin yang disegani, Matthew tidak bisa mengendalikan diri untuk bersenang-senang dengan cara yang aneh.Matthew kadang pergi ke jalanan bersama Black Hand. Dengan menggunakan topeng, dia ikut membuat keonaran. Dia tidak menonjolkan diri dalam kelompok. Tapi dia yang paling kejam dalam menindas. Matthew akan memukuli orang yang ingin dipukulinya. Dia tidak perlu alasan untuk menghajar seseorang. Karena itulah selalu ada gosip yang mengatakan bahwa ada seseorang yang kuat berdiri di belakang geng Black Hand. Kenyataannya, orang kuat yang dimaksud terkadang juga menyelinap
Mia menelepon dari rumahnya. Dia sedang menonton berita tentang jaringan minimarket milik James Cooper yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan. Ada juga berita mengejutkan lainnya tentang James yang bunuh diri dengan melompat dari balkon sebuah hotel. Konon karena depresi. Tapi Mia tahu jika kakaknyalah dalang di balik kehancuran Cooper Mart dan pemiliknya. Itu kompensasi yang dijanjikan David pada Aaron Harris.Begitu pentingnya kompensasi untuk diberikan. David sangat serius jika menyangkut sesuatu yang akan menjadi ancaman bagi bisnis dan keluarganya. Dia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa Willa Anderson yang diselamatkan tuan Harris malam itu benar-benar penting bagi pria itu.Willa yang mendengar itu merasa sedikit lucu. “Menurutmu?” Dia mengembalikan pertanyaan Mia.“Bagaimana aku bisa tahu?” Mia menolak mengatakan pendapatnya. Dia tidak ingin mempercayainya. Bagaimana bisa Willa Anderson mengenal seorang tuan Aaron Harris? Tapi David begitu yakin dan dia juga melihat dengan mata
Ingatan Willa seperti di tarik pada sebuah waktu yang jauh. Di kehidupan lalunya, laboratorium adalah tempat terlarang. Hanya beberapa orang yang memiliki akses masuk ke sana. Willa yang kala itu terobsesi pada pamannya berhasil mencuri kartu akses milik saudara laki-lakinya dan menyelinap ke dalam.”Baginya dulu itu tidak lebih sebagai permainan belaka. Dia bersenang-senang dengan menyaksikan wajah serius orang-orang yang menatapi tabung atau alat pengukur. Pamannya tidak selalu di laboratorium. Tapi jika Willa tidak menemukannya di tempat lain, pastilah dia bisa menemukannya di sana.Konon gadis itu adalah seorang peneliti. Ahli racun. Tapi kenapa dia bisa sampai lolos dari pengawasan Willa?”Ayah, apa yang kau lakukan di sana? Bukankah itu laboratorium?” Olivia yang menanyakannya.“Kami sedang mengembangkan beberapa macam obat. Aku baru membeli sebuah perusahaan farmasi di sini.” Aaron memberi penjelasan singkat.“Wow! Itu keren!” ujar Olivia lagi. Dia menyenggol Willa yang mendada
“Tuan Turner, aku tidak tahu apa yang ingin kau katakan lagi. Tapi aku akan memberimu kesempatan. Waktumu cuma lima menit. Aku sedang terburu-buru.” Willa berkata dengan nada dingin. “Nona Anderson, bukankah akan lebih leluasa bila kita berbicara di sebuah tempat yang lebih nyaman. Aku tahu sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari sini—““Tinggal empat setengah menit lagi.” Willa melihat ke layar ponsel di tangannya.Pria di depan sana langsung menjadi lebih serius.“Baiklah. Karena hanya ada kita berdua di sini, kau bisa bicara terus terang. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Katakan saja masalahnya, aku akan dengan senang hati membantumu mengatasinya.” Matthew langsung mengatakan maksudnya.Alis halus Willa mengernyit. “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan.”“Aaron Harris. Dia pasti telah menekanmu dan memaksamu berada di sisinya. Bukankah saat ini perusahaan keluargamu sedang bermasalah? Apa kau memiliki kesepakatan dengannya?” Matthew telah menyelidiki. Perusahaan yang
Bagaimana pun, Willa masih punya sedikit perasaan segan yang tersisa. Dia melihat jika sang paman yang disukainya merasa tertekan karenanya. Jadi dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan segera pergi dari kamar Aaron. Dia tidak pergi ke kamarnya, tapi mendatangi Olivia. Gadis itu sudah menunggu dengan sangat penasaran dan ingin mendengar cerita lengkap makan malam dengan Matthew. Apa lagi wajah ayahnya saat pulang tidak terlalu bagus. Sesuatu pasti terjadi. “Tidak ada yang luar biasa. Tentu saja tuan Turner terkejut saat aku datang dengan ayahmu.” Terlepas dari kejadian tidak mengenakkan di antara dua pria, peran sebagai pacar Aaron Harris membuat jantung Willa melompat-lompat senang. Dia berharap suatu hari ini bukan lagi sebuah drama. Dia sudah memintanya, meminta Aaron Harris menjadi kekasihnya. “Apa mereka bertengkar?” Olivia tidak percaya jika makan malamnya sangat damai. “Apa yang bisa terjadi antara dua pria beradab yang saling benci? Mereka hanya bertukar kata-kata sal
“Jadi, gadis ini sedang mencoba merayu tuan Harris?” Joseph terkekeh sendiri. “Rupanya gadis ini mengenal target gemuk. Sayangnya, gadis yang semula kukira polos ternyata tak lebih dari jalang kecil.”Pria itu masih kesal soal jebakannya yang berbalik mengenainya. Belum lagi kerepotan setelahnya karena harus menghadapi pasangan suami isteri Anderson. Setidaknya dia harus memberikan kompensasi untuk dirinya sendiri. “Gadis itu memang setan kecil yang licik. Dia berusaha menarik perhatian Aaron Harris dengan mendekati putera-puteri keluarga Harris. Olivia kecil bahkan seperti telah dicuci otaknya oleh gadis itu. Entah sihir apa yang sudah dia gunakan.” Si wanita menggoyangkan gelas di tangannya sambil melamun.Joseph Morgan tertawa keras. “Nona Russel, ini jaman modern. Tidak ada sihir semacam itu. Yang ada hanya sedikit trik licik. Tuan Harris terkenal dingin saat menghadapi wanita. Kurasa nona Anderson ini cukup pintar. Tapi menurutmu, apakah tuan Harris benar-benar tidak tertarik pa
Dua pria saling tatap dalam mode terbakar. Matthew dengan pemikiran gilanya bahwa Aaron mungkin sedang memanfaatkan gadis yang menjadi buruannya. Sementara Aaron tengah berpikir bagaimana bisa lepas dari drama menjengkelkan ini. Willa Anderson akan terus merengek soal menjadikannya pacar palsu untuk menghadapi Matthew. Belum lagi puterinya, Olivia yang harus dihadapi saat pulang nanti. Pria di depannya sungguh sangat merepotkan sejak dulu.Sudut mulut Matthew terangkat membentuk senyum sinis. “Tidak perlu bersandiwara di depanku, Tuan Harris. Aku mengenalmu sudah cukup lama. Isabella mungkin bisa tertipu dengan penampilanmu, tapi aku tahu betapa menjijikkannya dirimu. Sayang, nyonya Harris sudah terlanjur masuk perangkapmu. Dia bahkan terus terjebak hingga kematiannya. Aku bahkan sangat yakin, kaulah yang sudah mengambil sendiri nyawa isterimu.”“Tuan Turner, jangan mengada-ada!” Willa tidak menyangka otak pria yang duduk di seberang meja bisa begitu sinting. Tuduhannya sangat tidak m
“Tuan Turner, maaf sudah membuatmu menunggu.” Willa Anderson menyapa Matthew Turner begitu pandangan mereka bertemu. Ada perasaan puas saat menemukan perubahan di wajah pria itu.“Tidak masalah. Aku juga baru tiba.” Matthew membuat wajahnya kembali normal dengan sebuah senyum tipis.Tapi yang terkejut di sini bukan hanya Matthew. Aaron Harris pun tidak menyangka jika pria sinting yang dimaksud Willa adalah orang ini. Mereka pernah berseteru beberapa tahun yang lalu saat isterinya masih hidup. Matthew Turner terang-terangan mengejar Isabella. Tidak berlebihan jika Willa menyebutnya pria tidak waras.Tentu saja Willa juga menyadari keterkejutan Aaron. Dia tidak bermaksud ingin mengadu domba dua pria ini. Hanya kebetulan saja dia menginginkan Aaron menjadi ‘pacarnya’. “Tuan Turner, kenalkan. Ini pacarku, Aaron.” Willa langsung mengenalkan Aaron Harris pada Matthew meski tahu bahwa keduanya sudah saling kenal. Dia berpaling pada Aaron dan berkata juga, “Sayang, ini tuan Turner yang kucer
“Ethan, bagaimana penampilanku? Apa kau menyukainya?” Willa tiba-tiba teringat dengan anak remaja itu. Ethan, seperti biasa, tidak begitu menyukai kegaduhan. Dia sedang menatap pada halaman sebuah buku tebal di pangkuannya, duduk di sebuah sofa tunggal di balkon. Willa berputar di depannya, membuat ujung gaun selututnya melambai. Ethan hanya melirik sedikit, lalu kembali pada baris-baris huruf di depannya.Gadis itu memang jadi lebih cantik hari ini. Dia tampak seperti peri yang mengambang di udara saat membuat gerakan berputar. Ethan jadi mengkhawatirkan ayahnya.Dia sudah mendengar tentang rencana makan malam itu. Entah siapa pria yang telah mengundang Willa Anderson. Tampaknya dia tidak cukup waras karena begitu percaya diri telah mengundang gadis itu dengan ‘pacarnya’ sekaligus. Apa yang akan terjadi nanti di tempat makan? Apakah akan ada sebuah keributan? Seandainya mungkin, Olivia pasti sangat ingin ikut pergi. Dia pasti akan penasaran setengah mati karena harus menunggu di rum
Alis William sedikit mengernyit. Itu bukan pertanyaan yang dia harapkan dari seorang Willa Anderson. Dan mata gadis itu, hanya ada perasaan acuh di sana. Tak ada lagi pemujaan yang ditujukan padanya. Entah kenapa, William sedikit tidak nyaman.“Kami hanya kebetulan bertemu.” William menjawab dengan nada datar. Dia sedang memikirkan kata-kata Emily sebelumnya, bahwa Willa telah pergi dengan beberapa pria berumur. Sebenarnya dia tidak mempercayainya. Tapi melihat pengabaian yang kentara oleh gadis di depannya, mau tidak mau dia jadi memikirkannya lagi.“Kami sekeluarga baik-baik saja. Willa, kuharap kau juga baik. Ini sudah beberapa hari sejak kepergian mu. Sebaiknya kau cepat pulang. Minta maaf pada ayah dan ibu. Aku yakin, mereka akan memaafkanmu. Keluarga adalah tempat pulang terbaik. Terlihat sangat buruk jika orang-orang tahu kalau kau tinggal di tempat seorang pria dewasa tanpa status hubungan yang jelas. Selain menjatuhkan harga dirimu, kau juga akan membuat malu nama keluarga An
“Willa Anderson.” Suara Aaron meninggi. “Hentikan!”Bahkan tanpa melihat wajahnya, Willa bisa merasakan kemarahan pria dalam pelukannya. Dia jadi sedikit gentar. Tapi dia cukup keras kepala untuk semakin mempererat pelukannya. Seandainya dia harus mati saat ini pun, dia merasa tidak rugi.Dulu dia begitu menjaga harga dirinya. Bahkan menyentuh tangan Michael saja, dia tidak pernah. Di kehidupan kali ini, Willa tidak ingin menahan diri lagi.“Paman, kau bunuh saja aku kalau kau tidak mau memenuhi permintaanku. Aku sudah katakan pada pria sinting itu kalau aku punya pacar. Apa yang akan terjadi kalau aku tidak dapat menunjukkan seorang pacar padanya. Aku juga tidak mungkin membawa pria lain. Orang itu sepertinya bukan pria biasa. Aku ingin memberinya pelajaran. Hanya Paman pria paling hebat di kota ini. Kurasa kau bisa membuatnya menutup mulut besarnya.” Willa menenggelamkan wajahnya pada kemeja bagian belakang Aaron. Wanginya sangat enak. Dia bahkan tidak peduli apakah Aaron akan menga
Setelah memastikan Aaron Harris sedang berada di ruang kerjanya, Willa meninggalkan kamar Olivia dan pergi ke sana. Dia mengetuk pintu tanpa ragu-ragu. Sebuah suara menyilakannya masuk.Gadis itu mendorong pintu dan melangkah masuk. Aaron Harris tidak sedang duduk di kursi kerjanya. Dia tengah memasukkan sesuatu ke sebuah laci di lemari sudut ruangan. Setelah itu dia berbalik dan menemukan Willa yang tengah memandangnya dengan terpesona. “Apa kau datang ke sini hanya untuk menontonku?” Aaron bersandar pada meja kerjanya.Gadis itu bahkan lupa menutup mulutnya. Benar-benar sangat mudah dimanfaatkan. Aaron sedikit mengkhawatirkannya.Willa segera tersadar dengan teguran itu. Tapi dia tidak tersipu. Malah berkata dengan serius. “Kalau Paman tidak keberatan, aku bersedia duduk di sini menonton sepanjang malam.”Aaron Harris seperti lukisan yang memukau. Tidak peduli apa yang dikenakan dan sedang berada di mana saja, dia adalah tokoh utamanya. Dia terlihat menonjol dibandingkan apa pun da