Daniel Anderson juga mendengar keributan itu. Dia bergegas ke ruang tamu dan melihat beberapa pelayan berusaha melepaskannya dari tubuh Lucas. Tubuh kepala pelayan itu ditekan ke lantai yang dingin dan wajahnya telah menjadi merah.“Rachel, apa yang terjadi denganmu?!” Daniel segera memburu ke arah isterinya dan ikut menarik tubuh isterinya.Dengan bantuan semua orang, Rachel akhirnya berhasil dilumpuhkan. Daniel terpaksa mengikat lengan isterinya dan membopongnya ke kamar utama.Para pelayan yang ikut membantu segera pergi setelah menutupkan pintu kamar dii belakang mereka.Mata Rachel merah saat dirinya diletakkan di tempat tidur. Wajahnya penuh keringat. Panas yang membakar itu terasa menyiksanya.“Daniel. Daniel, ini sangat panas. Tolong aku—“ Rachel melolong sambil berusaha melepaskan diri dari ikatan yang membelitnya.Sejenak Daniel kebingungan. “Aku akan memanggil dokter.”“Tidak. Jangan! Kau bisa menolongku. Dani
Saat itu sedang jam-jam sibuk di jalanan Lakeside. Orang-orang berlalu-lalang dalam perjalanan ke tempat kerja masing-masing. Mobil pribadi dan angkutan umum melintas gesit dalam tujuan yang berbeda. Semua memiliki tekad yang sama, tidak ingin terlambat di tempat kerja. Daniel mengendarai sendiri mobilnya atas keinginan sang isteri. Dengan susah payah menembus kemacetan hingga akhirnya berhasil juga tiba di apartemen Joseph Morgan. Dia tidak mengerti kenapa Rachel begitu percaya diri mendatangi kediaman tuan Morgan. Sempat terbesit kecurigaan akan hubungan yang tidak semestinya di antara mereka.Namun saat sambil lalu Rachel memberitahu mungkin telah terjadi sesuatu pada Emily, puteri mereka, Daniel mulai menduga-duga. Jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Dia tidak memiliki pemikiran bagaimana bisa tuan Morgan terhubung dengan Emily. Bukankah pria itu menyukai Willa?Pintunya bahkan tidak terkunci. Rachel dengan gemetar mendorong pintu hingga
“Bagaimana kau bisa mempercayai gadis itu?” David diberitahu bahwa Willa Andersonlah yang memberitahu adiknya tentang Tony. “Bukankah kita tidak pernah mempublikasikannya? Tapi dia mengetahuinya. Aku juga tidak mengerti bagaimana caranya. Dia bilang dia bisa melihat masa lalu. Terdengar bercanda. Tapi kurasa dia serius.” Mia bicara sambil menatap lurus ke arah para pekerja. Melihat lagi ke belakang, ini memang terasa aneh. Willa Anderson dulu tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Dia juga terlihat lemah dan gampang ditindas. Saat ini, Willa Anderson menjadi sangat berani. Dia bahkan tidak takut untuk meminta uang dari Mia. “Gadis itu sepertinya istimewa.” David teringat Willa Anderson yang bergelayutan di lengan Aaron Harris. Kata-kata gadis itu sangat tajam. Sementara tuan Aaron sepertinya juga tidak keberatan. Mia tidak menanggapi komentar saudaranya tentang Willa. Berbagai pikiran membuatnya tenggelam dalam lamunan. Saat itu salah seorang dari pekerja berseru, “Kami
“Wah, ide yang bagus! Aku juga belum pernah ke sana.” Olivia rasanya ingin berjingkrak mendengar ide yang diusulkan Willa. “Aku akan menelepon ayah dan memberitahunya kalau aku sedang bosan dan ingin bepergian. Liburan kemarin, kami hanya di rumah. Ethan si pemalas ini menghabiskan liburannya di kamar dengan membaca sepanjang hari.”“Itu bagus!” Willa berseru senang. “Aku juga sedang tidak ingin bertemu keluarga Anderson. Pasti saat ini mereka sedang berusaha mencariku.” Dia akan punya kesempatan untuk mencari informasi tentang wanita yang disebutkan Olivia. Willa tidak ingin sejarah di kehidupan pertamanya berulang. Tak seorang pun di pulau yang mengetahui bahwa Michael ternyata telah memiliki kekasih.Ethan yang mendengar kegembiraan dua orang di kursi belakang hanya bisa menarik napas panjang. Dia tidak tahu bagaimana tanggapan ayah mereka. Dua orang ini hanya beralasan ingin bepergian untuk bersenang-senang. Nyatanya semua yang barusan mendengar percakapan mer
“Tentu saja tidak! Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan orang yang sudah membuat tanganku patah?” Richard langsung membantah. “Kakak jangan tertipu dengan penampilannya.”Richard tahu, Andrew memandang rendah pada gadis bernama Willa Anderson. Mereka sudah menyelidiki tentang gadis ini. Hanya seorang nona muda dari keluarga yang tidak terkenal. Awalnya mereka cukup kaya. Kini perusahaan milik keluarga itu hampir bangkrut. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal memberi pelajaran padanya.Sekali lagi Edward melihat targetnya. Willa Anderson tidak terlihat gentar sama sekali dengan kedatangan mereka. Gadis itu malah melangkah maju mempersempit jarak di antara dia dan kelompok pria yang dibawa Andrew dan Richard.“Apa kalian sedang membicarakanku?” Dia melirik Richard yang tadi menunjuk-nunjuk ke arahnya. “Ah, kau rupanya, Adik kecil. Kakakmu yang cantik ini sudah memberimu pelajaran. Apa tanganmu sudah menjadi lebih baik? Aku lihat, kau bahkan masih belum
Dua pria yang maju memiliki ekspresi wajah yang berbeda. Yang satu terlihat selalu murung dan tidak mudah tersenyum. Sementara yang lainnya terlihat sangar dan tampak selalu marah. Tinggi keduanya nyaris sama. Tapi si murung bertubuh kurus ceking, sedangkan yang satunya berbadan besar. Saat mereka sama-sama menyeringai melihat target yang cantik molek, tidak ada ekspresi senang yang terpancar, malah menambah kesan sedih di wajah si murung dan seram pada si pemarah.Bersamaan keduanya memburu ke arah Willa, mengulurkan tangan panjang dan besar. Satu di kiri, yang lain di sebelah kanan. Willa hanya berkelit sedikit. Entah bagaimana, serangan dari dua arah itu berhasil dihindari. Dua orang memandang lengan mereka yang kosong. Hanya kurang seinci lagi, mereka akan bisa menyentuh kulit putih halus itu. “Jangan memperlihatkan wajah seperti itu. Kalian makin kelihatan bodoh.” Willa mencela sambil mundur tiga langkah. Bibirnya yang semerah cheri mengembangkan senyum mencela Si murung dan si
Bukannya ketakutan melihat senjata tajam yang dipegang Edward, Willa justru tampak terpesona seolah sedang melihat mainan bagus. “Mommy, sebaiknya kita pergi dari sini. Jangan berbuat nekat!” Olivia berteriak cemas. Dia melihat dengan perasaan ngeri pada benda yang kini di arahkan pada Willa. “Kenapa tuan Bennet lama sekali?” ujarnya lagi pada Ethan. Sesungguhnya Samuel baru tiba beberapa menit yang lalu bertepatan saat Willa melayangkan tendangan pada pria terakhir. Dia menyaksikan sekelompok pria terluka yang tergeletak di tanah. Karenanya, dia kemudian memutuskan untuk menjadi penonton sejenak. Padahal bersamanya, Samuel membawa sepasukan pengawal terlatih berjumlah sepuluh orang. Mereka datang dengan tiga mobil yang di parkir tidak jauh dari tempat kejadian. Tapi karena semua fokus tertuju pada keributan di samping gedung sekolah, tidak ada yang memperhatikan sepuluh pria berseragam yang turun dari mobil. Mereka telah siap menerima perintah dari Samuel Bennet untuk turun tanga
Tidak ada yang berani membantah ucapan Willa. Meski sebenarnya beberapa orang di dalam hati masih juga menggerutu dan protes. Delapan orang dari sembilan yang berlutut usianya lebih tua setidaknya lima tahun dari Willa. Mereka harus memanggil gadis muda ini kakak cantik? Terdengar konyol!“Ada yang tidak setuju?” Willa seakan bisa mendengar suara hati beberapa orang.“Tidak, Kakak cantik. Mana mungkin kami berani tidak setuju?” Edward bicara mewakili yang lain. Hatinya kacau. Dia teringat seseorang yang sangat ditakutinya. Mungkin sebentar lagi orang itu akan mendengar tentang kejadian ini. Mata dan telinganya tersebar di mana-mana.Seumur hidup Richard baru kali kini melihat saudara laki-lakinya begitu takut pada seseorang selain orang itu. Edward seperti harimau yang kehilangan giginya. Sebelumnya dia mengaum begitu keras, kini dia berlutut di tanah dan dengan patuh mengiyakan apa pun yang dikatakan Willa Anderson. Richard tidak bisa menerima ini. Dia harus melakukan sesuatu. Willa
"Apa aku harus memberitahu semua yang terjadi di rumahku padamu?" Aaron berujar dingin. Nada suaranya datar namun menusuk, membuat nyonya Thompson mundur selangkah. "Hubunganku dengan siapapun di rumah ini bukan urusanmu."Dia mengabaikan semua pertanyaan dan rasa penasaran tamunya. Tatapan tajamnya menyapu seisi ruangan, berhenti sejenak pada William yang masih menatap Willa dengan pandangan tidak percaya.Tidak ada yang bisa dikatakan semua orang. Keheningan yang canggung menyelimuti ruangan. Tanpa menambahkan sepatah kata pun, Aaron berbalik dan melangkah menaiki tangga marmer menuju kamarnya untuk mandi.Willa dan Olivia juga meninggalkan ruang tamu. Olivia menggandeng tangan Willa erat, mendongak menatap wajah gadis itu dengan senyum lebar. Sebelum pergi, Willa memberi semua orang senyum penuh makna yang bisa berarti banyak hal—kemenangan, kepuasan, atau mungkin ejekan halus."Selamat sore," ucapnya ringan sebelum beranjak pergi.Lidya nyaris mencekik gadis itu jika saja William
Willa yang mendengar celaan itu hanya tertawa kecil. Baginya, ucapan gadis itu tidak berarti apa-apa.“Sebelumnya kau menyebutku gadis sembarangan. Sekarang kau menambahkan aku sebagai gadis tidak tahu malu.” Willa maju selangkah dan menilai gadis asing di depannya.Penampilannya memang tampak bagus. Tapi mulutnya sangat tajam membuat orang ingin menamparnya.“Tahukah kau siapa orang yang terus kau rendahkan ini? Kau harusnya memastikan dulu orang yang kau singgung. Dengar baik-baik, aku adalah calon nyonya rumah ini. Calon nyonya Harris.” Willa memberitahu semua orang di ruang tamu tanpa ragu sedikit pun.Beberapa pelayan yang memperhatikan hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tidak berani menertawakan atau juga membenarkan. Nona Anderson bukan gadis sembarangan. Jika dia bisa memasuki rumah ini dengan mudah dan membuat tuan mereka tidak bisa melakukan apa-apa padanya, bukankah itu luar biasa? Lagi pula dia bukan gadis yang jahat. Mungkin yang dikatakannya suatu hari akan
Mereka telah dipersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu. Minuman dan beberapa camilan telah disajikan, tapi Aaron masih saja belum kelihatan. Dia belum pulang dari perusahaan. Tapi itu memang wajar. Menunggu bintang keberuntungan bukan masalah. Jadi mereka dengan bersemangat mulai menunggu.Nyonya Thompson memandang sekeliling dengan antusias. Dia telah mengagumi bangunan mewah ini dalam beberapa kali kunjungan yang jarang. Membayangkan dia bisa dengan bebas keluar masuk tempat ini suatu saat sungguh membuat perasaannya mengembang seperti balon udara. Itu akan luar biasa!Ethan dan Aaron tahu bahwa sedang ada tamu yang menunggu ayahnya di bawah. Tapi mereka tidak berniat untuk menemui keluarga Thompson. Itu merupakan urusan ayahnya. Lagi pula, mereka tidak cukup dekat hingga harus pergi untuk menyapa.Keluarga Thompson telah menunggu selama lebih dari satu jam. William yang awalnya sudah enggan ikut pergi, kini wajahnya semakin muram. Dia terus mengece
Olivia di tempat duduknya merasa tidak perlu berpikir saat menjawab. “Itu kakek dan nenek saat menikah.”Selain foto pernikahan orangtuanya, hanya ada foto pernikahan kakek neneknya. Tidak ada yang lain lagi.Meski sudah memiliki tebakan dan ternyata benar, tetap saja Willa merasakan sebuah kejutan. Rasanya antara ingin menangis dan tertawa.Ini konyol sekali. Dulu dia jatuh cinta pada Michael. Di kehidupan barunya, cintanya berlanjut pada generasi berikutnya dari Michael.“Astaga.” Willa bergumam pelan sembari menggelengkan kepala. Dia merasa dikutuk oleh Michael. Entah apa kesalahannya di awal penciptaannya di masa lalu. Adakah dia sudah membunuh makhluk satu galaksi?“Mommy, ada apa?” Olivia mengamati ekspresi Willa yang berubah-ubah.“Tidak. Aku cuma merasa kalau kakek kalian juga sangat tampan. Kalau saja aku hidup satu generasi dengannya, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya.” Willa tertawa pelan. Dia melirik Aaron. Pria itu entah kenapa sepertinya terlihat tidak senang.“T
“Paman.” Sekali lagi Willa menegur. Dari ekspresi Aaron, dia yakin, ayah Olivia ini tahu sesuatu tentang Omega. Willa menjadi sedikit gugup. Di kehidupan barunya ini, mendengar lagi tentang Omega membuatnya merindukan banyak orang.Bagaimana keadaan ayah ibu dan kakak laki-lakinya? Telah lima puluh tahun lewat, jika cukup beruntung, mungkin kakaknya masih hidup. Walau mungkin saat ini dia akan berusia tujuh puluh tahun lebih. Sementara ayah dan ibunya, besar kemungkinan mereka sudah tiada.DI mana mereka di makamkan? Di mana juga makamnya sendiri?Perasaan Willa jadi campur aduk.“Aku akan menyelidikinya.” Aaron berkata dengan kepala dipenuhi pemikiran. Dia tidak boleh mempercayai sepenuhnya sebuah penglihatan seperti ini. Apa lagi Hannah selama ini merupakan wanita yang cukup dipercaya olehnya.“Apa kau pernah mendengar tentang Omega?” Willa penasaran dengan hal ini.“Itu semacam organisasi rahasia.” Aaron mengatakannya sambil lalu. Willa mengangguk mendengar jawaban itu. Dia sudah
Aaron baru saja selesai berganti pakaian waktu dia mendengar ketukan di pintu kamarnya. Suara lembut yang memanggilnya membuat bulu halus di sekujur tubuhnya berdiri tegak. Dia segera meningkatkan kewaspadaannya.Bisa saja dia pura-pura tidur atau mengabaikan ketukan pintu Willa Anderson. Tapi Aaron tahu itu akan percuma saja. Gadis Anderson ini adalah tipe orang yang gigih dan pantang menyerah. Jadi, dengan perasaan was-was Aaron membuka pintu kamarnya.Tidak ada yang aneh dari penampilan gadis yang berdiri di depan pintu. Selain baju tidur yang kelihatannya masih baru, dia hanya menggelung rambutnya secara acak dan tersenyum manis seperti biasanya. Tetap saja pemandangan itu membuat Aaron mengumpat di dalam hatinya. Willa Anderson menjadi makin menarik setiap harinya, terlepas dari disengaja atau tidak pada penampilannya.Ini sudah cukup larut untuk mengetuk pintu seorang pria. Aaron menelan ludahnya, merasa curiga.“Paman,” tegur Willa pelan. “Aku ingin bicara sebentar. Ada hal pe
Hannah Russel! Wanita itu adalah Hannah Russel. Willa segera merasa ada yang tidak beres. Begitu Hannah pergi, Willa melihat sekeliling kamar dan memiliki sebuah tebakan. Jika tidak salah, dia sedang berada di kediaman Harris. Dan dilihat dari ukuran tempat tidur dan beberapa foto dan perabot lainnya, kamar ini adalah kamar tidur utama. Ini kamar tidur orangtua Olivia dan Ethan. Kamar tidur Aaron dan Isabella. Dia segera pergi memeriksa teko air. Isinya tampak jernih. Apa pun yang dimasukkan ke dalamnya tidak akan mempengaruhi warna dan rasanya. Willa membuka tutup teko dan menunduk untuk membaui isinya. Sebagai bagian dari pelatihan di pulau, dia telah belajar beberapa hal termasuk segala sesuatu tentang racun. Yang membuatnya terkejut adalah bahwa sesuatu yang dimasukkan ke dalam sini adalah jenis racun yang pernah dikembangkan oleh organisasi tapi kemudian dimusnahkan karena beberapa alasan. Racun Diam! Racun ini saat masuk ke dalam tubuh korban dan membuat jantung ber
Willa memandang Olivia sesaat, lalu akhirnya tertawa geli.“Paman, terima kasih atas ucapan selamatnya. Apa kau tidak ingin memberiku sesuatu juga?” Willa memikirkan banyak hal yang kemungkinan bisa dia dapatkan.“Tidak. Ini terlalu mendadak,” jawab Aaron cepat tanpa menghiraukan perasaan kecewa Willa. Dia memanggil kepala pelayan untuk mengiris kue ulang tahunnya.“Biar aku. Aku bisa melakukannya.” Willa merebut pisau di tangan Aaron dan menggeser nampan berisi kue. Lalu memotongnya dalam ukuran kecil, meletakkannya di piring. Dia mengambil sedikit dengan sendok dan mendekati Aaron.“Paman, suapan pertama untukmu.” Willa mengarahkan sendok ke mulut pria itu.Aaron melirik pada gadis itu sekilas dan terpaksa membuka mulut. Dia tidak ingin berdebat lagi. Willa sangat bahagia melihat Aaron makan kue yang disuapkannya dengan patuh.“Yang kedua adalah untukku.” Lalu Willa mengambil sedikit kue lagi dengan sendok yang tadi dan menyuap untuk dirinya sendiri. Sebenarnya dia ingin Aaron ya
“Aku tahu.” Willa kembali memberikan jawaban yang membuat semua pendengarnya heran.“Jadi, Mommy, kau akan membuat kejutan ulang tahun untuk ayah meski tanggalnya sudah lewat?” Olivia bertanya hati-hati.“Kenapa? Tidak boleh?” Willa membuka penutup kotak kue, memeriksa isinya sebentar.Olivia ikut melongok dan terperangah. Benar-benar kue ulang tahun. Dan karakter hiasannya sungguh tidak cocok untuk diberikan pada seorang pria dewasa. Olivia cukup mengerti tentang itu. Bukankah aneh jika ayahnya yang keren menerima kue dengan hiasan kuda poni?“Mommu, anu... Itu... bukankah kuda poni tidak cocok untuk karakter seorang pria seperti ayah?” Olivia menegur dengan perasaan bersalah. Meski pun waktunya tidak tepat, dia juga tidak ingin kejutan ini mengecewakan ayahnya atau Willa.“Tidak masalah.” Willa melambaikan tangannya di udara. “Paman tidak akan terlalu memperhatikan kuenya.” Oliva merasa tidak berdaya. “Mommy, setidaknya kau bisa memberitahuku jika ingin memberi kejutan.”Willa tert