⁰Mia Wilson memutuskan pulang lebih awal dari klub malam. Di dalam mobil, dia menghela napas panjang, merasa cemas. Kakaknya, David Wilson, sudah beberapa kali memperingatkan agar tidak membuat masalah, tapi malam ini semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dari yang dia lihat di depan pintu masuk klub, saudara laki-lakinya tampak menghormati pria yang pergi bersama Willa Anderson. Jelas sekali wajah suram David saat kemudian memasuki klub. Dia dapat membaca kemarahan di wajah saudaranya itu. Jadi, Mia buru-buru pergi sebelum David menemukannya di klub.Saat turun dari mobil, hawa malam yang dingin segera menyambut, membuatnya menggigil sejenak. Rumah keluarga Wilson tampak tenang, hanya ada suara desis pendingin udara yang samar terdengar. Seorang pelayan menyambutnya, menanyakan apakah dia perlu sesuatu, tapi Mia mengabaikannya. Dia terus berjalan menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika ponselnya berbunyi, menandakan sebuah pesan masuk. Mia membuka layar ponsel dan melihat
Mia merasakan dunia sekitarnya berputar. "Apa? Tidak mungkin–" Dia teringat kembali tempat itu. Gudang tua yang mengerikan, tempat dia dan Tony disekap. Malam itu dia memang tertidur karena lelah dan ketakutan. Saat dia terjaga, dia tidak melihat Tony. Sampai penyelamatan itu– "Bagaimana kau tahu ini?"Bibir Willa menampakkan seringai kecil. “Apa itu penting?”“Tentu saja itu penting. Bagaimana aku bisa mempercayai sebuah informasi yang tidak jelas sumbernya.” Mia pernah berharap bisa bertemu lagi dengan Tony suatu hari. Mungkin dia bisa menjadikannya saudara kecil. Saat ini, mungkin anak itu telah berusia enam belas tahun. Itu jika yang dikatakan Willa Anderson tidak benar. Dia berdoa semoga Tony memiliki umur panjang.Willa mengangkat bahu dengan sikap acuh. “Anggap saja aku memiliki kemampuan untuk melihat masa lalu.”“Hanya orang tolol yang akan percaya.” Terdengar tawa kecil Willa. “Jangan memaki diri sendiri. Kau baru saja memberi
Sekembalinya dari bertemu Willa, Mia langsung menuju perusahaan milik kakaknya, David. Namun, setibanya di sana, Mia diberitahu sekretaris David kalau kakaknya sedang keluar untuk sebuah pertemuan penting. Mia kecewa dan sedikit menyesal karena tidak menanyakan keberadaan saudaranya lebih dulu lewat telepon sebelum menemuinya.Malam harinya, Mia pergi ke ruang kerja milik David. Dia mengetuk pintu sebelum mendorongnya hingga terbuka. David mengangkat wajahnya dari layar laptop yang sedang menyala.“Kebetulan sekali, aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu.” David bersandar pada kursinya. Tangannya terlipat di depan dada.Mia melangkah masuk dan berhenti tidak jauh dari meja kerja. Wajahnya dipenuhi penyesalan. “Aku minta maaf tentang kejadian semalam.”David menatap lurus ke wajah adiknya. Tidak seperti biasanya, Mia hari ini begitu ringan hati meminta maaf. Biasanya dia sangat keras kepala.“Apa kau tahu siapa orang yang kau singg
David menatap adiknya dengan tatapan serius, ekspresi wajahnya sulit dibaca. “Aku mohon.” Wajah Mia sangat memelas. “Setelah ini, aku akan pergi seperti yang kauinginkan.”Hening sejenak mengisi ruangan. David akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, aku setuju. Tapi dengan satu syarat,” katanya dengan nada tegas. “Kamu harus berhenti membuat masalah dan pergi ke luar negeri, apa pun hasil dari penggalian itu.”Dia bisa bersikap keras pada orang lain. Tapi pada adik perempuannya, David selalu memiliki bagian hati yang lebih lunakMia merasa lega. Dia harap informasi yang dikatakan Willa Anderson benar. Dengan begitu, dia bisa meninggalkan kota ini tanpa beban lagi.***Sementara itu beberapa jam sebelumnya, di sore hari, Willa, Rachel, ibu tirinya dan Emily pergi ke mall. Mereka bertiga berkeliling layaknya seorang ibu dan dua anak gadis yang sedang berbelanja. Sekilas ketiganya tampak akur. Emily terlihat lincah dan yang selalu punya inisiatif untuk memasuki sebuah toko bermerk. Ibuny
Rachel dan Emily memperhatikan bagaimana Joseph Morgan makan es krim yang dibelikan Willa. dengan gembira. Keduanya saling lirik sebentar dengan perasaan jijik, lalu mulai mencicipi es krim mereka sendiri pelan-pelan. Ternyata rasanya lumayan!Saat ketiganya keluar dari toko es krim, itu sudah menjelang makan malam. Joseph Morgan berkata pada semua orang bahwa dia akan mentraktir mereka makan malam sebelum pulang.“Aku sudah kenyang.” Willa berjalan mendahului mereka. Jelas sekali dia tidak tertarik dengan ide itu.“Willa, kurasa tidak ada salahnya kalau kita menerima kebaikan Tuan Morgan. Aku tahu sebuah restoran yang baru buka. Kau pasti akan menyukainya.” Emily buru-buru mencegah Willa pergi.“Emily benar. Ayo pergi makan malam dulu.” Rachel setuju untuk menerima ajakan makan malam itu.“Nona Anderson, ini tidak akan lama. Aku tahu restoran yang dimaksud. Itu tidak jauh dari sini.” Joseph menambahkan dengan bersemangat.Willa
Willa dibawa ke apartemen Joseph. Kali ini dengan bantuan pria itu, Emily memapah tubuh Willa yang selemas kain. Mereka membaringkannya di atas ranjang besar milik Joseph dan merasa lega setelahnya. Ternyata rencana ini tidak terlalu sulit untuk dijalankan. Sekarang saatnya pergi dan membiarkan Joseph Morgan menyelesaikan bagiannya.Sebelum meninggalkan kamar itu, Emily menatap sekeliling kamar tidur yang mewah. Udara di ruangan itu terasa lembap, bercampur aroma parfum mahal yang menyengat hidungnya. Tiba-tiba Emily merasa pusing. Adakah ini karena dia terlalu lelah? Ataukah bau parfum ini telah membuat perasaannya tidak nyaman? Dasar pria tua yang norak! Emily menggerutu sendiri dalam hati. Dia melihat sebentar pada tuan Morgan yang sedang melepas kancing-kancing kemejanya dengan tidak sabar. Gadis itu mendengus jijik dan berniat segera pergi dari tempat itu.“Tuan, aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang.” Emily merasa pu
Aaron Harris tidak mengira akan melihat kembali gadis ini di rumahnya. Hanya dalam hitungan hari Willa Anderson sudah menemukan alasan untuk menginjakkan kakinya lagi di sini. Gadis itu sama sekali tidak memberi kesan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi padanya. Tapi seseorang yang telah disuruh untuk menyelidiki kejadian seperti yang dikatakan Willa segera mengkonfirmasi bahwa semua itu benar adanya. Nona Anderson tidak berdusta. Dia memang terlihat dipapah keluar dari sebuah restoran oleh ibu dan adiknya. Sementara di belakangnya, si tua Morgan mengikuti. Mereka telah memberi kesan pada para pengunjung dan pelayan restoran bahwa gadis itu sedang mabuk dan dia membutuhkan bantuan untuk pergi ke mobil.Jadi, bagaimana gadis ini bisa lolos dari perangkap yang dibuat ibu dan adiknya? Mereka bahkan sudah berhasil membawa Willa Anderson ke apartemen Joseph. Apa yang sesungguhnya telah terjadi?Dalam benak Aaron berputar banyak pertanyaan. Dia tidak pernah merasa terganggu seperti ini.
Daniel Anderson juga mendengar keributan itu. Dia bergegas ke ruang tamu dan melihat beberapa pelayan berusaha melepaskannya dari tubuh Lucas. Tubuh kepala pelayan itu ditekan ke lantai yang dingin dan wajahnya telah menjadi merah.“Rachel, apa yang terjadi denganmu?!” Daniel segera memburu ke arah isterinya dan ikut menarik tubuh isterinya.Dengan bantuan semua orang, Rachel akhirnya berhasil dilumpuhkan. Daniel terpaksa mengikat lengan isterinya dan membopongnya ke kamar utama.Para pelayan yang ikut membantu segera pergi setelah menutupkan pintu kamar dii belakang mereka.Mata Rachel merah saat dirinya diletakkan di tempat tidur. Wajahnya penuh keringat. Panas yang membakar itu terasa menyiksanya.“Daniel. Daniel, ini sangat panas. Tolong aku—“ Rachel melolong sambil berusaha melepaskan diri dari ikatan yang membelitnya.Sejenak Daniel kebingungan. “Aku akan memanggil dokter.”“Tidak. Jangan! Kau bisa menolongku. Dani
"Apa aku harus memberitahu semua yang terjadi di rumahku padamu?" Aaron berujar dingin. Nada suaranya datar namun menusuk, membuat nyonya Thompson mundur selangkah. "Hubunganku dengan siapapun di rumah ini bukan urusanmu."Dia mengabaikan semua pertanyaan dan rasa penasaran tamunya. Tatapan tajamnya menyapu seisi ruangan, berhenti sejenak pada William yang masih menatap Willa dengan pandangan tidak percaya.Tidak ada yang bisa dikatakan semua orang. Keheningan yang canggung menyelimuti ruangan. Tanpa menambahkan sepatah kata pun, Aaron berbalik dan melangkah menaiki tangga marmer menuju kamarnya untuk mandi.Willa dan Olivia juga meninggalkan ruang tamu. Olivia menggandeng tangan Willa erat, mendongak menatap wajah gadis itu dengan senyum lebar. Sebelum pergi, Willa memberi semua orang senyum penuh makna yang bisa berarti banyak hal—kemenangan, kepuasan, atau mungkin ejekan halus."Selamat sore," ucapnya ringan sebelum beranjak pergi.Lidya nyaris mencekik gadis itu jika saja William
Willa yang mendengar celaan itu hanya tertawa kecil. Baginya, ucapan gadis itu tidak berarti apa-apa.“Sebelumnya kau menyebutku gadis sembarangan. Sekarang kau menambahkan aku sebagai gadis tidak tahu malu.” Willa maju selangkah dan menilai gadis asing di depannya.Penampilannya memang tampak bagus. Tapi mulutnya sangat tajam membuat orang ingin menamparnya.“Tahukah kau siapa orang yang terus kau rendahkan ini? Kau harusnya memastikan dulu orang yang kau singgung. Dengar baik-baik, aku adalah calon nyonya rumah ini. Calon nyonya Harris.” Willa memberitahu semua orang di ruang tamu tanpa ragu sedikit pun.Beberapa pelayan yang memperhatikan hanya bisa saling pandang satu sama lain. Mereka tidak berani menertawakan atau juga membenarkan. Nona Anderson bukan gadis sembarangan. Jika dia bisa memasuki rumah ini dengan mudah dan membuat tuan mereka tidak bisa melakukan apa-apa padanya, bukankah itu luar biasa? Lagi pula dia bukan gadis yang jahat. Mungkin yang dikatakannya suatu hari akan
Mereka telah dipersilakan masuk dan menunggu di ruang tamu. Minuman dan beberapa camilan telah disajikan, tapi Aaron masih saja belum kelihatan. Dia belum pulang dari perusahaan. Tapi itu memang wajar. Menunggu bintang keberuntungan bukan masalah. Jadi mereka dengan bersemangat mulai menunggu.Nyonya Thompson memandang sekeliling dengan antusias. Dia telah mengagumi bangunan mewah ini dalam beberapa kali kunjungan yang jarang. Membayangkan dia bisa dengan bebas keluar masuk tempat ini suatu saat sungguh membuat perasaannya mengembang seperti balon udara. Itu akan luar biasa!Ethan dan Aaron tahu bahwa sedang ada tamu yang menunggu ayahnya di bawah. Tapi mereka tidak berniat untuk menemui keluarga Thompson. Itu merupakan urusan ayahnya. Lagi pula, mereka tidak cukup dekat hingga harus pergi untuk menyapa.Keluarga Thompson telah menunggu selama lebih dari satu jam. William yang awalnya sudah enggan ikut pergi, kini wajahnya semakin muram. Dia terus mengece
Olivia di tempat duduknya merasa tidak perlu berpikir saat menjawab. “Itu kakek dan nenek saat menikah.”Selain foto pernikahan orangtuanya, hanya ada foto pernikahan kakek neneknya. Tidak ada yang lain lagi.Meski sudah memiliki tebakan dan ternyata benar, tetap saja Willa merasakan sebuah kejutan. Rasanya antara ingin menangis dan tertawa.Ini konyol sekali. Dulu dia jatuh cinta pada Michael. Di kehidupan barunya, cintanya berlanjut pada generasi berikutnya dari Michael.“Astaga.” Willa bergumam pelan sembari menggelengkan kepala. Dia merasa dikutuk oleh Michael. Entah apa kesalahannya di awal penciptaannya di masa lalu. Adakah dia sudah membunuh makhluk satu galaksi?“Mommy, ada apa?” Olivia mengamati ekspresi Willa yang berubah-ubah.“Tidak. Aku cuma merasa kalau kakek kalian juga sangat tampan. Kalau saja aku hidup satu generasi dengannya, mungkin aku juga akan jatuh cinta padanya.” Willa tertawa pelan. Dia melirik Aaron. Pria itu entah kenapa sepertinya terlihat tidak senang.“T
“Paman.” Sekali lagi Willa menegur. Dari ekspresi Aaron, dia yakin, ayah Olivia ini tahu sesuatu tentang Omega. Willa menjadi sedikit gugup. Di kehidupan barunya ini, mendengar lagi tentang Omega membuatnya merindukan banyak orang.Bagaimana keadaan ayah ibu dan kakak laki-lakinya? Telah lima puluh tahun lewat, jika cukup beruntung, mungkin kakaknya masih hidup. Walau mungkin saat ini dia akan berusia tujuh puluh tahun lebih. Sementara ayah dan ibunya, besar kemungkinan mereka sudah tiada.DI mana mereka di makamkan? Di mana juga makamnya sendiri?Perasaan Willa jadi campur aduk.“Aku akan menyelidikinya.” Aaron berkata dengan kepala dipenuhi pemikiran. Dia tidak boleh mempercayai sepenuhnya sebuah penglihatan seperti ini. Apa lagi Hannah selama ini merupakan wanita yang cukup dipercaya olehnya.“Apa kau pernah mendengar tentang Omega?” Willa penasaran dengan hal ini.“Itu semacam organisasi rahasia.” Aaron mengatakannya sambil lalu. Willa mengangguk mendengar jawaban itu. Dia sudah
Aaron baru saja selesai berganti pakaian waktu dia mendengar ketukan di pintu kamarnya. Suara lembut yang memanggilnya membuat bulu halus di sekujur tubuhnya berdiri tegak. Dia segera meningkatkan kewaspadaannya.Bisa saja dia pura-pura tidur atau mengabaikan ketukan pintu Willa Anderson. Tapi Aaron tahu itu akan percuma saja. Gadis Anderson ini adalah tipe orang yang gigih dan pantang menyerah. Jadi, dengan perasaan was-was Aaron membuka pintu kamarnya.Tidak ada yang aneh dari penampilan gadis yang berdiri di depan pintu. Selain baju tidur yang kelihatannya masih baru, dia hanya menggelung rambutnya secara acak dan tersenyum manis seperti biasanya. Tetap saja pemandangan itu membuat Aaron mengumpat di dalam hatinya. Willa Anderson menjadi makin menarik setiap harinya, terlepas dari disengaja atau tidak pada penampilannya.Ini sudah cukup larut untuk mengetuk pintu seorang pria. Aaron menelan ludahnya, merasa curiga.“Paman,” tegur Willa pelan. “Aku ingin bicara sebentar. Ada hal pe
Hannah Russel! Wanita itu adalah Hannah Russel. Willa segera merasa ada yang tidak beres. Begitu Hannah pergi, Willa melihat sekeliling kamar dan memiliki sebuah tebakan. Jika tidak salah, dia sedang berada di kediaman Harris. Dan dilihat dari ukuran tempat tidur dan beberapa foto dan perabot lainnya, kamar ini adalah kamar tidur utama. Ini kamar tidur orangtua Olivia dan Ethan. Kamar tidur Aaron dan Isabella. Dia segera pergi memeriksa teko air. Isinya tampak jernih. Apa pun yang dimasukkan ke dalamnya tidak akan mempengaruhi warna dan rasanya. Willa membuka tutup teko dan menunduk untuk membaui isinya. Sebagai bagian dari pelatihan di pulau, dia telah belajar beberapa hal termasuk segala sesuatu tentang racun. Yang membuatnya terkejut adalah bahwa sesuatu yang dimasukkan ke dalam sini adalah jenis racun yang pernah dikembangkan oleh organisasi tapi kemudian dimusnahkan karena beberapa alasan. Racun Diam! Racun ini saat masuk ke dalam tubuh korban dan membuat jantung ber
Willa memandang Olivia sesaat, lalu akhirnya tertawa geli.“Paman, terima kasih atas ucapan selamatnya. Apa kau tidak ingin memberiku sesuatu juga?” Willa memikirkan banyak hal yang kemungkinan bisa dia dapatkan.“Tidak. Ini terlalu mendadak,” jawab Aaron cepat tanpa menghiraukan perasaan kecewa Willa. Dia memanggil kepala pelayan untuk mengiris kue ulang tahunnya.“Biar aku. Aku bisa melakukannya.” Willa merebut pisau di tangan Aaron dan menggeser nampan berisi kue. Lalu memotongnya dalam ukuran kecil, meletakkannya di piring. Dia mengambil sedikit dengan sendok dan mendekati Aaron.“Paman, suapan pertama untukmu.” Willa mengarahkan sendok ke mulut pria itu.Aaron melirik pada gadis itu sekilas dan terpaksa membuka mulut. Dia tidak ingin berdebat lagi. Willa sangat bahagia melihat Aaron makan kue yang disuapkannya dengan patuh.“Yang kedua adalah untukku.” Lalu Willa mengambil sedikit kue lagi dengan sendok yang tadi dan menyuap untuk dirinya sendiri. Sebenarnya dia ingin Aaron ya
“Aku tahu.” Willa kembali memberikan jawaban yang membuat semua pendengarnya heran.“Jadi, Mommy, kau akan membuat kejutan ulang tahun untuk ayah meski tanggalnya sudah lewat?” Olivia bertanya hati-hati.“Kenapa? Tidak boleh?” Willa membuka penutup kotak kue, memeriksa isinya sebentar.Olivia ikut melongok dan terperangah. Benar-benar kue ulang tahun. Dan karakter hiasannya sungguh tidak cocok untuk diberikan pada seorang pria dewasa. Olivia cukup mengerti tentang itu. Bukankah aneh jika ayahnya yang keren menerima kue dengan hiasan kuda poni?“Mommu, anu... Itu... bukankah kuda poni tidak cocok untuk karakter seorang pria seperti ayah?” Olivia menegur dengan perasaan bersalah. Meski pun waktunya tidak tepat, dia juga tidak ingin kejutan ini mengecewakan ayahnya atau Willa.“Tidak masalah.” Willa melambaikan tangannya di udara. “Paman tidak akan terlalu memperhatikan kuenya.” Oliva merasa tidak berdaya. “Mommy, setidaknya kau bisa memberitahuku jika ingin memberi kejutan.”Willa tert