Theo bertanya, "Ingat apa?"Melihat Theo kebingungan, Kayla tahu bahwa dirinya salah sangka. Theo tidak mengingat apa pun, tetapi dia tidak kecewa. Berdasarkan keadaan saat ini, tidak masalah kalau Theo melupakan masa lalu.Dia terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Dulu kamu sering memanggilnya pebinor, kukira kamu ingat."Theo mendengus dengan sombong. "Kukira diriku yang dulu buta hingga berteman dengan orang berhati jahat sepertinya. Sepertinya aku tahu bahwa dia bukan orang baik, aku berteman baik dengannya hanya untuk menghargai tetua di keluarga kami.""Bukan." Kayla tidak ingin dia salah paham hanya karena lupa ingatan, apalagi berprasangka buruk pada Davin. "Kamu dan Davin benar-benar bersahabat. Setiap kamu tertimpa masalah, dia akan berusaha keras untuk membantumu."Ekspresi Theo masih muram, tetapi dia tidak melarang Kayla menjawab telepon. "Kalau begitu nyalakan pengeras suara. Pria itu tampak seperti pebinor tingkat atas, dia mungkin akan menjelek-jelekkanku di belakang u
Kayla tertegun.Persahabatan mereka sungguh unik.Dia tidak lanjut berbicara lagi dan Theo pun kembali bekerja, masih ada setumpuk dokumen yang perlu dia baca. Hanya saja, setengah jam kemudian Parlin masuk dengan membawa sebuah kantong belanjaan. "Pak Theo, ini barang yang dipesan Tuan Muda Davin untukmu."Dia berjalan menuju meja kantor, lalu meletakkan barang itu dan bergegas pergi. Dia tidak berani memberi tahu Theo isi di dalam kantong itu.Karena kantong belanjaan itu tidak diikat, benda di dalamnya terlihat jelas.Di bawah pandangan Kayla, Theo mengeluarkan sekotak daun teh yang dikemas dengan indah. Di atas kotak hadiah berwarna hitam, bertuliskan kata "Masa Remaja".Kayla tidak bisa menahan tawa. Dia tersenyum sambil mengacungkan jempol pada Theo. "Sangat cocok denganmu, teh ... berkelas."Theo tertegun.Mereka kira dia tidak mengerti maksud kata ini?Theo melempar daun teh itu ke samping dan tidak menyentuhnya lagi....Karena Theo sudah kembali bekerja dan kesehatannya baik-
Kayla tidak mendengar ucapan Bella dengan jelas, tetapi dia tahu bahwa Bella pasti akan gagal membujuk Darius. Jadi, saat memesan makanan, dia langsung memesan porsi untuk empat orang.Kalau Darius datang dari Perusahaan Oliver, kemungkinan besar dia akan datang bersama Theo.Memang benar, sebelum Bella selesai bertelepon, dia sudah menerima pesan dari Theo. "Aku dan Darius akan pergi ke sana, pesan lebih banyak makanan."Kayla membalas, "Oke."Bella menopang dagunya sambil menghela napas. "Katanya dia mau datang.""Ya, aku sudah memesan makanan.""Kok kamu nggak kaget?""Memangnya kamu pernah menang beradu mulut dengan Pak Darius?"Bella ingin membantah, tetapi dia hanya membuka mulutnya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Setelah dipikir-pikir, Kayla benar, dia tidak pernah menang beradu mulut dengan Darius.Meskipun dia adalah tipe wanita yang pemberani, dia memang berbuat salah. Karena dia tidak memahami hukum, Darius selalu mengancamnya dengan UUD.Setelah mereka mengobrol leb
Wajah pemuda itu langsung memerah. Dia berkata dengan tergagap-gagap, "Aku ... semua uangku berada di rekening. Rekening itu nggak terhubung dengan Ovo ataupun Dana, jadi ...."Darius menjawab dengan nada dingin, "Ada ATM di bawah, aku juga punya mesin EDC di mobil, pilih yang mana?"Pemuda itu tidak bisa berkata-kata.Setelah tertegun selama beberapa detik, dia memandang Bella dengan tatapan memelas. "Nona Bella ...."Pemuda itu tampan, muda dan berotot. Kalau dia terjun ke dunia hiburan, dia pasti akan punya banyak penggemar. Menghadapi tatapannya, Bella pun tidak tega ....Bella melirik Darius dan Darius pun menatapnya dengan dingin. "Ada yang ingin kamu katakan?"Oke, memangnya kenapa kalau dia kasihan? Dia tidak berani melawan Darius demi seorang pria, apalagi pria ini bukanlah siapa-siapa. Berselisih dengan Darius karena ketampanan seorang pria sangat tidak sepadan. Jadi, dia pun menggelengkan kepalanya dengan tegas.Darius mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu. "Masih mau
Saat Theo mengatakan bahwa Darius akan mencampakkan Bella, dia melihat perubahan emosi di mata Bella. Terlihat jelas bahwa Bella senang akan hal itu.Bella terdiam.Mobil semewah apa pun memiliki ruangan yang terbatas. Kalau penumpang terus membahas topik yang mencekam, ruangan yang semula sempit akan terasa sesak.Meskipun dia sudah lama ingin putus dengan Darius, entah mengapa dia merasa gugup saat mendengar pertanyaan Darius.Darius masih menatap Bella, dia seolah-olah tidak akan berhenti menatap Bella sebelum mendapatkan jawaban.Mata Darius sangat gelap dan caranya memandang Bella pun dipenuhi dengan keseriusan.Setelah menelan ludah dengan gugup, Bella menjawab dengan jujur, "Nggak juga ... tapi yang kucari adalah pacar yang lemah lembut dan perhatian, bukan ... bapak-bapak cerewet yang terus melafalkan undang-undang."Dia mengucapkan kalimat terakhir dengan terbata-bata. Suaranya sangat pelan, tetapi Darius dapat mendengarnya.Darius tertegun."Huft ...." Setelah mengungkapkan i
Kabar yang terlalu mendadak dan hanya disampaikan secara verbal tidak mungkin berhubungan dengan resepsi pernikahan. Sejak Theo pergi dengan terburu-buru dan meninggalkan Kota Bapura selama enam tahun, berbagai macam rumor sudah beredar di masyarakat. Karena dia sudah pulang, Evi ingin mengadakan perjamuan makan. Selain untuk menumpas rumor-rumor tersebut, dia juga ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkenalkan Theo pada tokoh-tokoh penting.Acara diadakan di Vila Aeris, Kayla hadir sebagai istri Theo. Dia menemani Theo pergi menyapa tamu.Dia terus menggandeng tangan Theo. Melihat cara Theo menyapa dan bersosialisasi dengan para tamu, dia tidak melihat ada yang berbeda.Sebelum acara dimulai, Kayla masih memikirkan bagaimana caranya memperkenalkan identitas orang secara diam-diam pada Theo. Hanya sebagian orang dekat yang tahu bahwa Theo hilang ingatan, tetapi para tamu yang diundang hari ini adalah kenalan Theo. Kalau sampai Theo tidak bisa mengenali mereka, situasi akan menj
Bella memiliki sifat yang periang dan sama sekali tidak centil. Setelah diejek Kayla, dia pun menjawab dengan lugas, "Sekarang dia adalah pacarku, tentu saja hanya dia yang terlintas di benakku saat membicarakan soal menikah. Aku adalah orang yang beradab, kamu kira aku seperti pria berengsek yang suka memelihara simpanan?"Kayla tersenyum sambil mengangguk. "Oke, oke, aku tahu kamu setia. Kapan rencananya akan menikah, mari adakan resepsinya bersama-sama?""Kami belum membicarakan soal itu. Kalau kami pacaran selama sepuluh atau delapan tahun lagi, kamu mungkin bisa aja menungguku, tapi Theo pasti akan menghabisiku," kata Bella sambil memotong kue di atas piring. Di bawah penerangan cahaya, kulitnya yang dirawat dengan baik tampak sangat memukau. "Kalian sudah punya akta nikah, kapan adain resepsi? Sekarang semuanya masih belum tahu kalau kalian sudah menikah, orang yang ingin menjadikan wanita sebagai alat untuk menjalin hubungan dengan Keluarga Oliver masih menyusun rencana. Tadi sa
Percakapan di dalam masih berlanjut. Kayla melirik Carlos dengan canggung. Sebagai tokoh yang dibicarakan, Carlos tampak sangat tenang.Mentalnya tidak sekuat Carlos dan dia tidak suka menguping. Jadi, dia berencana untuk pergi. Namun, begitu dia menggerakkan kakinya dan ujung tumit sepatunya baru menyentuh lantai, Carlos menoleh ke arahnya.Kayla tertegun.Tepat ketika dia ingin berbicara, pintu kamar mandi terbuka. Ketiga orang yang mengobrol di dalam kamar mandi keluar dengan riang. Melihat Carlos berdiri di luar pintu, senyuman cerah di wajah mereka pun membeku. Seseorang berkata dengan tergagap-gagap, "Tu ... Tuan Muda Carlos, kok ... kok kamu bisa di sini?"Carlos tersenyum sambil bertanya dengan tenang, "Siapa yang kalian bilang mak lampir?"Ketiganya tertegun.Bagaimana mungkin ada yang berani menjawab pertanyaan ini? Mereka masih ingin hidup.Keheningan melanda, bahkan kebisingan di ruang tamu pun teredam. Di tengah suasana yang mencekam ini, Kayla tidak mungkin bersuara untuk
Sembari berbicara, Lilya terus melirik Celine dengan sudut mata. Sekarang, dia sangat merasa bersalah dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya. Karena emosi ini, Lukas yang selalu diutamakan sejak kecil pun turun pangkat.Namun, Lukas tidak tahu apa-apa. Dia membelalakkan matanya dengan kaget sambil bertanya dengan kesal, "Bu, racun apa yang dia berikan pada Ibu sampai membuat Ibu membelanya seperti ini? Lihatlah luka di wajahku ini, ini yang namanya menguji?"Sembari berbicara, dia membungkuk untuk memperlihatkan memarnya pada Lilya. "Dia ingin membunuhku, Ibu masih membelanya."Hasan yang berada di dalam ruangan mendengar ucapan ini, dia mengerutkan kening sambil berkata, "Diam kamu, kamu itu pria, luka sekecil ini membuatmu menjerit seperti ini?"Dia menatap wajah Lukas yang dipenuhi dengan memar sambil berkata dengan nada menghina, "Dipukuli oleh wanita masih berani mengadu.""Lalu apa yang bisa lakukan? Ayah nggak mengizinkanku memukul wanita, apa lagi yang bisa kula
Percakapan macam apa ini? Carlos tidak sanggup? Masih perlu membuktikan?Revin diam-diam mengangkat sekat, dia takut Carlos akan membungkamnya. Dengar-dengar, kebanyakan pria yang kekurangan dalam hal tersebut memiliki gangguan mental, pantas saja sifat Carlos sangat aneh.Di kursi belakang, Carlos menatap Celine dengan tajam, seolah-olah ingin menggali dua lubang di tubuh Celine. "Kamu nggak puas dengan keterampilanku?"Celine berpikir sejenak sebelum menjawab dengan serius, "Delapan dari sepuluh kali kamu hanya berbaring, apa kamu pantas menanyakan hal seperti ini?""Aku hanya berbaring diam? Siapa yang meminta berhenti di tengah proses? Siapa yang pergi setelah dirinya terpuaskan?" Dia menatap Celine sambil tersenyum dingin. "Celine, semoga kelak kamu nggak nangis."Jarak hotel itu tidak jauh. Ketika mereka masih berbicara, mobil sudah berhenti.Carlos berkata, "Turun.""Untuk apa?" Celine tidak menyangka Carlos akan menggunakan alasan bertemu dengan Hasan untuk membawanya ke hotel.
Di bawah penerangan cahaya, Celine membantu Lyon merapikan celana dan Lyon pun menunduk untuk menatapnya. Jalanan yang terlihat melalui jendela di belakangnya. Terkadang, ada pejalan kaki yang lewat dengan kepala tertunduk sehingga membuat suasana di toko menjadi lebih hangat.Lyon menatap cermin berulang kali, lalu berkata dengan serius, "Bagus."Celine mengangguk. "Bayar pakai kartu atau QRIS?"Ekspresinya sangat datar, dia sama sekali tidak terlihat gembira saat ada yang memuji karyanya. Singkatnya, dia tidak tampak seperti desainer, melainkan seperti robot penghasil uang yang tidak berperasaan.Lyon tertegun sejenak, lalu berkata sambil tersenyum pasrah, "Kamu ....""Celine." Terdengar suara Carlos dari pintu.Celine menoleh ke arah datangnya suara. Carlos berdiri di bawah lampu, sosoknya yang tinggi, ekspresinya yang muram dan suaranya yang berat memancarkan suatu aura mendominasi. Celine mengerutkan kening sambil bertanya dengan acuh tak acuh, "Ada urusan apa datang ke sini?"Set
Mendengar ucapannya, Merlin membelalakkan matanya dengan kaget. Masalah ini tidak boleh dibicarakan di depan orang tuanya, sekarang, tindakan sekecil apa pun dapat menghancurkan harapan terakhirnya.Dia sudah berusaha keras selama bertahun-tahun untuk membangun citra gadis baik, tidak boleh dirusak begitu saja."Kamu masih tahu malu, nggak? Di satu sisi, kamu nggak berharap merasakan kasih sayang dari mereka, tapi di sisi lain, kamu malah mengadu. Tindakanmu ini disebut munafik."Celine mendengus dingin. Dia sama sekali tidak menyembunyikan niatnya, dia ingin memanfaatkan Keluarga Tomson untuk mencapai tujuannya. "Kalau aku nggak meminta orang lain menaklukkanmu, apa aku harus mengambil pisau dapur dan bertarung nyawa denganmu? Merlin, sadarlah, sekarang masyarakat dikendalikan oleh hukum."Merlin tercengang.Kata-kata yang dilontarkan Celine bagaikan sindiran untuk diri sendiri. Masyarakat hukum? Dia mencelakai begitu banyak orang, beraninya mengatakan masyarakat dikendalikan oleh huk
Tentu saja, Carlos tidak akan melakukan apa pun pada Celine. Baik dari segi didikan maupun karakter yang tertanam dalam dirinya, dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh seperti memerkosa wanita.Selain itu, dia menemukan Celine bukan sengaja memprovokasinya, melainkan benar-benar tidak bereaksi terhadap sentuhannya.Kening Carlos diselimuti dengan hawa dingin, tatapannya yang tajam tertuju pada badan Celine. Pakaian Celine berantakan, leher dan lengan Celine dipenuhi dengan bekas merah. Celine pun menatapnya dengan linglung, seolah-olah baru dilecehkan secara brutal.Jelas-jelas dia tidak mengerahkan banyak tenaga, bahkan sudah mengontrol tenaganya, tetapi bekas sekecil apa pun tampak sangat mencolok di kulit putih Celine.Carlos mengatupkan bibirnya untuk menahan suatu emosi yang tak dapat diluapkan, lalu mengulurkan tangannya untuk membuka laci di samping tempat tidur. Memang benar, terdapat beberapa botol obat. Setelah beberapa saat, dia baru mengucapkan satu kalimat, "Celine, ka
Melihatnya marah, Ratna yang berada di samping pun berkata dengan getir, "Pak, Nyonya sudah tidur."Carlos hanya melirik Ratna dan langsung naik ke atas dengan galak. Saat melewati ruang tamu, dia melihat dua lembar kertas A4 di atas meja. Meskipun dia tidak melihat tulisan di atas kertas dengan jelas, dia tahu kata-kata apa yang tertera di atas kertas.Pembuluh darah di wajahnya berkedut. Dia bertanya dengan nada dingin, "Apa juga ada di meja makan? Dia meletakkan kertas itu di setiap tempat yang aku lalui?"Ratna tidak bersuara, artinya dia membenarkan dugaan Carlos.Setelah terdiam selama beberapa menit, Carlos tertawa dengan marah. Celine bertekad untuk menceraikannya?Dia bergegas ke atas dengan ekspresi dingin. Seketika, percikan api di hatinya langsung menyala saat mengetahui Celine mengunci pintu. Dia menahan amarahnya, lalu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu.Setelah beberapa saat, pintu terbuka. Celine menahan pintu agar Carlos tidak bisa masuk. "Ada urusan apa?"Carlo
Shanny baru sadar kamera ponselnya mengarah ke belakang orang-orang itu. Dia mengangkat ponselnya dan berjalan ke hadapan orang-orang itu dengan santai. "Astaga, kok bisa dipukuli sampai memar seperti ini, mungkin ibu kandungmu pun nggak mengenalimu lagi."Celine pun tidak bisa mengenali orang itu sebelum mendengar suara memohon yang familier. "Nona Celine, Nona Celine, kami sudah tahu salah, kami nggak seharusnya menindasmu. Tolong ampuni kami, tolong minta Paman Hasan jangan pergi mencari orang tua kami lagi."Dia membela diri dengan terisak-isak. Kalau dia masih memiliki cara lain, seorang pria dewasa sepertinya tidak akan memohon ampun di pinggir jalan. Meskipun reputasinya buruk dan dia tidak terlalu mementingkan harga diri, siapa yang akan menginjak harga diri sendiri?"Aku memang pernah memukulmu dulu, tapi kamu juga memukulku. Bisa dibilang kita hanya berselisih, bukan menindas secara sepihak. Beberapa waktu lalu kamu mematahkan satu kakiku dan aku pun nggak pergi mencarimu."S
Sepertinya suasana hati Celine sangat baik, dia meluapkan semua emosinya yang terpendam selama ini. Dia menopang dagunya sambil melebarkan senyuman di sudut bibirnya. Dari sisi mana pun, senyuman ini tampak sangat provokatif dan bibir merahnya sedikit terbuka.Melihatnya hendak mengatakan sesuatu, Carlos mengerutkan kening dan langsung menyelanya, "Diam."Dia hanya bisa berpikir bahwa Celine sengaja membuatnya kesal karena sudah dicueki selama dua tahun ini. "Dulu siapa yang bersikeras ingin menikah denganku?"Celine mengangkat kepalanya untuk meneguk habis arak di dalam gelas. Cairan dingin mengalir ke tenggorokannya dan masuk ke perutnya. Detik berikutnya, sensasi terbakar pun menyebar dari perutnya ke sepanjang pembuluh darah di tubuhnya.Perlahan-lahan muncul rona merah di kulit putihnya. Matanya berkilau, seolah-olah sedang dimasuk cinta.Melihat gelas kosong di tangan Celine, kerutan di alis Carlos menjadi makin dalam. "Apa kamu sapi? Siapa yang mengajarimu cara meminum arak?"Aw
Carlos hendak membungkuk untuk memeriksa kondisi Merlin. Mendengar ucapan ini, dia tidak tahu apakah dirinya harus melanjutkan tindakannya.Lilya yang berada di luar mendengar kebisingan dari kamar Celine. Dia mengira Celine terjatuh karena tidak leluasa bergerak, dia bergegas memasuki kamar. "Celine, ada apa?"Begitu selesai berbicara, dia langsung melihat Merlin yang terbaring diam di atas lantai. "Merlin ... kok bisa pingsan? Carlos, cepat telepon ambulans. Hasan, Hasan ...."Celine menyela teriakannya. "Dia pura-pura."Lilya berhenti berteriak, dia menatap Celine dengan kaget. "Kalau nggak percaya, tusukkan saja beberapa jarum ke tubuhnya. Kujamin dia akan melompat tinggi."Setelah dia selesai berbicara, Merlin yang berbaring di lantai mengerang pelan dan tampak sangat kesakitan. Dia memegang kepalanya sambil membuka mata. Begitu membuka mata, dia melihat sekeliling dan pada akhirnya pandangannya tertuju pada Carlos. "Kak Carlos, ada apa denganku?"Carlos tertegun.Begitu pula deng