Share

92. Desas-Desus

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-09 00:32:22
Untuk pertama kalinya—setelah sejak terakhir kali ia memutuskan untuk meninggalkan Max dan memilih menikah dengan Nathan, Mia tak lagi ingin menolak Max dalam hidupnya. Iapun menerima ciuman Max dengan segenap kerinduan yang sama besarnya dengan pria itu.

Dalam detik-detik itu, dunia di sekitar Mia seakan-akan berhenti berputar. Max, sosok yang masih menempati ruang terdalam di hatinya, seolah kini dihadirkan kembali dalam kehangatan ciuman mereka yang mendalam.

Bibir-bibir mereka saling melumat dengan lembut, Mia dan Max sama-sama merasakan getaran emosi yang bertautan antara cinta yang terluka dan kerinduan yang tak terungkapkan.

Sekarang, dalam senyuman yang terbentuk di antara desir kerinduannya yang terpendam selama tujuh tahun ini, Max akhirnya mendapatkan Mia lagi di dalam pelukannya, merasakan ciuman mereka yang kembali terjalin dengan kelembutan yang tak tertandingi.

Mia mengangkat wajahnya, membiarkan pandangan mereka saling bertemu dalam keintiman yang tak terucapkan namun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   93. Obsesi

    Vena memandang jari manisnya, di mana cincin pernikahan sirinya dengan Nathan melingkar cantik. Matanya menyorot sendu, mengingat lagi momen pernikahan dadakan yang ia lakukan bersama Nathan di depan penghulu. Ya. Nathan Romeo Wijaya akhirnya menikahinya. Nathan adalah suaminya sekarang dan ia adalah istri Nathan. Tetapi, pria itu sama sekali tak pernah memperlakukan dirinya layaknya istri. Nathan memang kerap membawanya pergi ke pesta-pesta besar semacam gala dinner perusahaan, tetapi Vena tetap diperlakukan oleh Nathan sebagai asisten pribadi. Tak ada yang tahu bahwa dia adalah istri kedua Nathan. Bahkan Winda, sekretaris Nathan, mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa darinya. Vena sering melihat Nathan berbicara dengan Winda dengan lebih akrab dan hangat, sesuatu yang sangat diidamkannya. Senyum dan perhatian yang diberikan Nathan kepada Winda membuat hatinya teriris. Setiap kali melihat kedekatan itu, rasa cemburu dan kesepian semakin menyiksa dirinya.“Kamu milikku, aku tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   94. Pria Manipulatif

    “Kuingatkan padamu! Jangan-pernah-menyentuh-milik-Mia-lagi,” desis Nathan penuh ancaman di telinga Vena. “Mengerti?” bisiknya dengan nada yang menakutkan dan penuh ancaman.Nathan telah lama menyadari apa yang diam-diam dilakukan Vena di kamar ini. Dia mengamati dan menilai wanita ini, mengetahui betapa dia ingin menguasai apa yang menjadi milik Mia. Dia juga tahu betapa seringnya Vena berusaha menindas Mia di belakangnya.Selama ini, Nathan diam, bukan karena dia tak ingin menolong Mia. Dia ingin tahu sejauh mana dan bagaimana Mia bisa melindungi dirinya sendiri dan juga melindungi apa yang menjadi miliknya—suaminya. Nathan diam-diam merasa puas setiap kali Mia marah dan kesal melihat Vena berusaha menarik perhatiannya. Setiap kali wajah Mia memerah karena marah, setiap kali bibirnya mengerucut karena kesal, Nathan merasakan kenikmatan tersendiri. Ada sesuatu yang memuaskan setiap melihat wanita yang dicintainya itu bereaksi dengan begitu intens terhadap upaya Vena.Nathan menikmati

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   95. Ingin Melindungi Impiannya

    Mia berdiri dalam kekaguman saat tiba di apartemen Dokter Joshua. Terletak di salah satu gedung eksklusif pusat kota Jakarta, apartemen ini menawarkan pemandangan malam yang memukau dari cakrawala yang berkilauan. Begitu memasuki apartemen, Mia disambut oleh ruang tamu yang luas dengan langit-langit tinggi dan dinding kaca yang memberikan kesan terbuka dan lapang.Lantai marmer putih yang mengkilap dihiasi dengan karpet Persia mewah, menciptakan perpaduan sempurna antara kemewahan dan kenyamanan. Perabotan modern namun elegan tersebar di sekitar ruangan: sofa besar yang nyaman, meja kopi dari kayu mahoni, dan kursi berlengan yang mengundang.Lukisan-lukisan kontemporer menghiasi dinding, menambah keindahan seni, sementara lampu kristal yang menggantung dari langit-langit memberikan cahaya hangat dan menenangkan. Di salah satu sudut, terdapat rak buku besar yang dipenuhi dengan berbagai buku dan majalah, menunjukkan selera intelektual pemiliknya.Dapur terbuka yang dilengkapi dengan pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   96. Diserbu Wartawan

    Wajah Dokter Joshua menunjukkan betapa ia benar-benar peduli, tidak hanya sebagai seorang dokter, tetapi juga sebagai seorang teman yang ingin melihat Mia menemukan kebahagiaannya sendiri. Dia menatap Mia, seolah-olah berharap bahwa pertanyaannya akan menjadi kunci untuk membuka jalan bagi Mia untuk menemukan impian yang mungkin telah lama terkubur.Mia menunduk, air matanya mulai menetes. “Impianku yang mana, Dok? Aku tidak punya impian, sejak kecil… hidup dan impianku sudah diatur orangtuaku. Dan saat menjadi istri seseorang, hidupku diatur Mas Nathan.”Dokter Joshua mendekat, mengangkat dagu Mia dengan lembut, memaksanya untuk menatap matanya yang penuh kasih. “Setiap orang pasti punya mimpi, Mia. Termasuk kamu. Hanya karena kamu hidup di bawah tekanan dan kendali orang lain, bukan berarti kamu tak punya impian sama sekali, kan?”Mia menghela napas, menahan air matanya. “Mungkin… mungkin Dokter benar. Tapi sekarang yang terpenting adalah memastikan Rival dan juga Max mendapatkan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   97. Flirting In the Air

    Max, dengan langkah cepat namun tenang, mengikuti arahan para official timnas. Tatapannya lurus ke depan, mengabaikan sorot lampu kilat kamera dan pertanyaan-pertanyaan yang terus dilemparkan ke arahnya. Sedangkan para official terus menjaga barikade hingga Max berhasil mencapai bus timnas.Di dalam bus, rekan-rekan timnas telah menunggu Max dengan sorot cemas. Wajah mereka terlihat lega melihat Max akhirnya berhasil masuk ke dalam bus tanpa keterlambatan yang lebih lama lagi."Antusiasme publik di sini terhadap atlet timnas memang luar biasa," gumam Hugo—pemain timnas yang baru saja dinaturalisasi—dengan suara pelan, mencoba memahami betapa besarnya euforia para penggemar sepak bola di Indonesia terhadap pemain timnas mereka. Saat bermain di liga-liga Eropa, fokus utamanya adalah pada performa di lapangan tanpa harus terlalu dipusingkan dengan sorotan media yang terlalu berlebihan. Namun, di sini, segalanya terasa begitu berbeda. "Kurasa, ini bukan hanya tentang sepak bola. Ini ten

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   98. Dukungan dan Solidaritas

    Max menutup telepon dengan senyum yang masih terukir di wajahnya, merasakan kehangatan dari percakapan dengan Mia.Hatinya yang tadinya resah kini terasa lebih ringan, seolah-olah setiap kata yang Mia ucapkan adalah suntikan semangat yang mampu menangkis segala tekanan dan gosip yang menghampirinya. Dia memandang keluar jendela bus yang terus melaju, melihat pemandangan yang berkelebat, tapi pikirannya masih terpusat pada Mia. Senyum tak memudar dari bibirnya sepanjang ingatannya terpatri pada seraut wajah wanita yang dicintainya itu.Selama perjalanan ke tempat latihan, Max merasakan dorongan semangat yang luar biasa. Setiap kali mengingat tawa Mia dan candaan ringan mereka, dia merasa kuat dan seolah siap menghadapi tantangan apapun. Di dalam bus, meskipun ia tahu bahwa rekan-rekannya masih berbisik-bisik tentang gosipnya yang beredar, namun Max memilih untuk fokus pada kenangan percakapannya dengan Mia. Wajahnya yang tadinya tegang kini lebih santai, dengan senyum yang sesekali

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   99. Dilema

    Brama Kumbara mondar-mandir gelisah di ruangan kerjanya. Sejak pagi hingga senja menjelang, telepon demi telepon masuk, semua bertanya-tanya tentang rumor yang beredar luas di luar sana: "Apakah Max terlibat cinta dengan wanita yang masih berstatus istri orang?"Pertanyaan itu terasa seperti belati yang menusuk hatinya, menciptakan kegelisahan yang tak terbendung. Setiap panggilan telepon membuatnya semakin cemas, merenungkan kemungkinan skandal besar yang akan meledak jika tidak ditangani dengan cepat dan bijaksana. Dia berjalan mondar-mandir di sekitar ruangan pribadinya, pikirannya melayang-layang di antara strategi yang harus segera dilakukan untuk meredakan situasi ini sebelum semuanya terlambat. Pikirannya dipenuhi bayangan tentang dampak buruk yang mungkin terjadi, bukan hanya pada Max, tetapi juga pada tim dan organisasi bisnisnya yang telah ia bangun dengan susah payah.“Astaga… Max, kamu betul-betul sinting! Kenapa kamu harus terlibat hubungan dengan istri orang? Istrinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   100. Jangan Libatkan Temanku

    Brama Kumbara sedang membuat laporan bisnis ketika tiba-tiba dering telepon memecah keheningan ruangan. Ia meraih ponselnya dan melihat nama Nyonya Esmee, ibu Max, tertera di layar.Brama segera menjawab panggilan itu. “Halo, Tante Esmee?”Tanpa basa-basi lagi, Nyonya Esmee langsung menyerbunya dengan pertanyaan. “Aku baru saja membaca berita yang tak enak tentang Max. Tapi itu tidak benar, kan? Masa iya Max menyukai istri orang? Aku tidak keberatan dia menjalin hubungan dengan wanita manapun, tetapi istri orang? Tidak, aku tidak akan pernah setuju. Bram, tolong jelaskan sesuatu padaku, apa yang sebenarnya terjadi?” suaranya terdengar khawatir di seberang sana.Brama menghela napas panjang, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menenangkan hati ibu Max. “Tante, ini cuma gosip yang beredar di media. Kita semua tahu, Max selalu menjaga sikapnya, dia bukan tipe orang yang akan melakukan hal seperti itu.”Nyonya Esmee menghela napas panjang. “Bram, kamu adalah orang terdekatnya di In

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12

Bab terbaru

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   EPILOG

    Di lobi gedung rumah sakit elit di jantung kota Jakarta, sebuah sedan Rolls Royce hitam berhenti dengan anggun, memancarkan aura kemewahan yang nyata di antara deretan mobil mewah lainnya yang sedang memasuki halaman rumah sakit tersebut.Pintu mobil sedan mewah itu terbuka, menampilkan seorang pria tampan berwajah oriental yang melangkah keluar dengan aura kecerdasan dan percaya diri. Berbalut sepatu kulit hitam mengkilap, kaki pria itu menapak lantai lobi dengan ketegasan seorang pemimpin sejati. Setelan jas hitam yang dikenakannya begitu pas membingkai tubuhnya yang tinggi dan atletis, menambah kesan elegan dan berwibawa yang kini melekat erat pada diri pria berusia 40 tahun itu.“Silakan, Tuan Valen,” sapa asistennya sambil membukakan pintu mobil, memberikan anggukan hormat pada CEO “Bintang Hospital Group” yang baru saja tiba.Aura Dokter Joshua Valen kini begitu berbeda, mencerminkan transformasi yang telah ia lalui dalam beberapa tahun ini. Sejak ditinggalkan oleh Mia, Valen me

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   153. Damai Bersamamu (Tamat)

    Max dan Mia memulai babak baru dalam kehidupan mereka di Lake District, Inggris, sebuah tempat yang menawarkan ketenangan dan keindahan alam yang kontras dengan kehidupan kota yang sibuk. Keputusan mereka untuk menetap di kawasan ini adalah bagian dari keinginan mereka untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam kehidupan baru mereka bersama.Rumah mereka, sebuah cottage yang terletak di tepi danau, dikelilingi oleh hutan hijau dan pegunungan yang menjulang, memberikan latar belakang yang sempurna untuk melanjutkan kehidupan mereka. Setiap pagi, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang memukau dan suara lembut angin yang berdesir di antara pepohonan. Ini adalah tempat di mana Mia dan Max dapat menghindar dari hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan benar-benar fokus pada kebersamaan mereka.Max, sebagai pemain sepak bola profesional, berhasil menjalani karier yang cemerlang di Inggris bersama Lakeside City, klub sepak bola yang kini terdaftar dalam EPL (English Premi

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   152. Bukan Akhir Kisah Cintaku

    Di sebuah rumah sakit, Valen duduk di ruang tunggu keluarga pasien, menantikan Mia yang sedang menjalani operasi darurat dan harus dikuret karena mengalami keguguran. Valen masih mengenakan kemejanya yang bersimbah darah—darah Mia. Asistennya mencoba membujuknya untuk mengganti pakaian. Namun, Valen menggelengkan kepala, menolak tawaran itu. Gelengan itu membuat asistennya mundur, memberikan ruang bagi Valen yang masih terlihat kalut dan terpukul oleh peristiwa tragis yang menimpa Mia.Di depannya, Max yang juga sedang tegang menantikan Mia, ia mengamati semua gerak-gerik Dokter Joshua yang semakin jelas di matanya. “Kamu jatuh cinta pada Mia kan, Dok?”Tanpa ragu, Valen mengangguk. “Aku jatuh cinta padanya sejak pertama kali kami bertemu, di ruang IGD itu. Kupikir saat itu aku hanya merasa iba kepadanya, tapi ternyata tidak… itu bukan hanya rasa iba ataupun sekadar simpati. Aku selalu ingin bersamanya sejak saat itu. Ingin melindunginya, ingin memastikan bahwa dia selalu baik-baik

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   151. Di Ujung Kehidupan

    Gavin menginjak gas mobilnya lebih dalam, melesat keluar dari basement dengan kecepatan yang mencerminkan kepanikan dalam dirinya. Jantungnya berpacu, diliputi oleh ketakutan dan penyesalan yang menghantui setiap pikiran.“Maafkan aku, Valen. Maafkan aku…!” suaranya nyaris tak terdengar, tercekik oleh emosi yang bergolak. Bibirnya gemetar, dan air mata mulai membanjiri pandangannya.Tangis Gavin pecah, mengalir deras seperti sungai yang tak terbendung. Hatinya terasa remuk, diremas oleh kepedihan yang tak tertahankan saat bayangan Valen melintas di benaknya. Bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu sekarang?Pikiran itu mencabik-cabik ketenangannya. Ketakutan menyeruak, menggerogoti setiap sudut batinnya. Bagaimana jika Valen… mati? Atau lebih buruk, bagaimana jika Valen cacat permanen akibat keputusan impulsif yang baru saja ia buat?“Tidak…! Tidak!” Gavin memukul-mukul setir mobil dengan frustrasi.Penyesalannya datang terlambat, menghempaskan Gavin ke dalam jurang keputusasaan.

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   150. Jangan Ambil Dia

    Di dalam basement, area parkir sebuah apartemen, tatapan Gavin tak lepas dari mobil yang terletak beberapa meter di depannya. Mobil itu seolah menjadi simbol dari seseorang yang diam-diam telah menjadi pusat dunianya—Dokter Joshua Valen. Hati Gavin bergejolak dengan perasaan yang tak pernah ia ungkapkan kepada siapa pun, kecuali kepada pemilik mobil itu sendiri.Joshua Valen, sang dokter yang tampan dan baik hati, adalah sosok yang telah membuat Gavin merasakan ketenangan yang tak pernah ia dapati dari orang lain. Setiap kali berada di dekat Valen, Gavin merasa damai, seolah semua beban hidupnya menghilang dalam sekejap. Kekaguman Gavin terhadap Valen melampaui batas-batas yang wajar, melebihi rasa kagum seorang pasien biasa kepada dokternya. Gavin telah jatuh cinta—perasaan yang ia tahu salah, namun tak bisa ia kendalikan.Gavin masih mengingat dengan jelas hari ketika ia akhirnya memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Valen. Detik-detik itu penuh ketegangan baginya, n

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   149. Memperbaiki Keadaan

    “Michella, kamu sekarang bisa mencairkan nilai pokok investasi milik Mia, lakukan segera.” Nathan menyampaikan instruksi itu lewat telepon. Michella terkejut mendengar permintaan Nathan. Padahal sebelumnya, Nathan kerap memberinya ancaman yang mengerikan bila ia sampai memberikan bantuan keuangan pada Mia, apalagi sampai mengembalikan nilai pokok investasi yang sudah sering diminta oleh Mia.Namun, tanpa banyak tanya lagi—khawatir Nathan berubah pikiran, Michella segera mentransfer uang itu pada Mia. Membuat Mia menangis lega saat ia menyampaikan kabar baik itu.“Maaf, aku baru bisa mengembalikan uang investasimu sekarang, Mia.” Michella berkata dengan hati yang diliputi rasa bersalah.“Tidak apa-apa, Michella…, yang penting sekarang bisnismu sudah stabil, kan?” ucap Mia begitu tulus.Michella diam-diam merasa bersalah dalam hatinya karena sebenarnya bisnisnya baik-baik saja selama ini. Tetapi ia tak berkutik dan tunduk pada perintah Nathan karena ancaman-ancamannya terhadap bisnis M

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   148. Mari Bekerja Sama Secara Profesional

    “Bisa-bisanya kamu menciptakan kiamat untuk kariermu sendiri, Max!” Brama mengomel dengan nada yang semakin meninggi saat menemuinya di hotel usai pertandingan malam itu, nadanya penuh dengan kekhawatiran. Dia membayangkan dampak dari tindakan Max yang sembrono ini—reputasi yang hancur, skandal yang meledak, efek domino yang bisa berakibat fatal bagi kariernya. Brama sangat memahami bagaimana dunia olahraga bisa kejam; satu langkah salah bisa menghancurkan segalanya dalam sekejap.Brama menatap Max sambil geleng-geleng kepala, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan gelisah. Kepalanya yang botak berkilau di bawah cahaya lampu. Sementara itu, Max duduk dengan tenang di hadapannya, menyandarkan punggung ke kursi dengan senyum tipis yang tampak santai. Matanya memancarkan keteguhan yang sulit digoyahkan, seolah semua kata-kata Brama hanya angin lalu.Senyuman Max mencerminkan keyakinan dan ketidakpeduliannya terhadap apa kata dunia atas tindakannya. “Mia sudah bercerai dari Nathan, itu

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   147. The Answer is Always "Yes"

    Jeritan cinta yang begitu menggema dari Max seolah merobek kebisingan di stadion, menimbulkan kekagetan di pikiran begitu banyak orang, khususnya Mia. Dia tak pernah membayangkan bahwa Max akan melakukan sesuatu yang begitu nekat, begitu terbuka, di depan puluhan ribu pasang mata.Mia membeku, tubuhnya kaku seperti patung di tengah lautan manusia yang seakan tidak berhenti bergejolak dengan sorak sorai dan tepukan tangan. Dalam diri Mia, perasaan malu, terkejut, dan kebingungan bergulat satu sama lain, membuat tubuhnya gemetar. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak bisa mengimbangi kekacauan yang terjadi di dalam pikirannya. Dia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.Tatapan Mia yang biasanya lembut kini terpaku lurus ke depan, mencoba menghindari pandangan orang-orang yang kini tertuju padanya. Setiap mata di stadion ini seolah sedang memperhatikannya, menilai, dan mungkin bahkan menghakiminya. Tangannya yang dingin berusaha mencari pegangan, dan tanpa sadar, ia mengge

  • Pak Presdir, Istrimu sedang Bersama Tuan Mantan!   146. I Love You So Much

    Max bersama para pemain lainnya berjalan menuju tepi lapangan, wajahnya berseri-seri dengan senyum hangat menghiasi bibirnya. Tangannya terangkat, melambai ke arah suporter yang memenuhi tribun, seolah ia ingin menyapa setiap orang yang telah memberikan dukungan penuh selama pertandingan. Setiap langkah yang ia ambil terasa penuh dengan kebanggaan, mencerminkan kemenangan yang baru saja mereka raih.Sesampainya di tepi lapangan, Max sedikit membungkukkan badannya sebagai penghormatan tulus kepada para suporter. “Terima kasih!” teriaknya kemudian, sambil kembali melambaikan tangannya.Aksinya diikuti oleh rekan-rekan timnas yang lain. Seketika sikap rendah hati para pemain itu memicu gelombang tepuk tangan yang riuh dari tribun. Sorak-sorai membahana, mengapresiasi sikap hormat yang ditunjukkan oleh Max dan para pemain timnas.Langkah Max dan timnya terhenti tepat di depan tribun Selatan. Di sana, lautan suporter dengan kostum hitam—warna khas Ultras Garuda, mendominasi pemandangan. N

DMCA.com Protection Status