Sandy yakin dengan prinsipnya dan menghadapi Jihan dengan mantap."Aku nggak punya harta kekayaan ataupun kakak laki-laki yang dapat membantu menyelesaikan segalanya, jadi aku nggak bisa dibandingkan dengan dia."Jihan sontak terkekeh."Selain itu, Jefri dapat mengambil hati Nona Sara tanpa menggunakan cara apa pun."Ketika Jihan mengatakan ini, matanya tertuju pada tangan Sandy yang terbungkus perban.Sandy tidak menyangka Jihan langsung tahu soal dirinya yang sengaja meniru kecelakaan mobil yang Jefri alami.Sandy merasa seperti ditelanjangi, ucapan Jihan langsung membongkar isi hatinya.Saat Sandy sedang merasa sangat malu, suara Jihan yang dingin dan mencemooh pun terdengar."Perbedaan terbesar antara Jefri dan kamu adalah Jefri nggak perlu repot-repot menarik perhatian Nona Sara darimu. Kamu nggak akan bisa melawannya."Kata-kata ini sangat menghina dan membuat Sandy merasa tidak nyaman.Ucapan itu bagaikan pisau yang menghujam hati Sandy.Sandy tidak tahu bahwa sebagai buaya dara
Ketika Sandy mendengar ini, jantungnya berdetak kencang.Setelah Jihan selesai menangani masalah Jefri, Jihan malah mengungkit masalah yang lain lagi.Sandy pun berbalik dan menatap Jihan. Badannya merasa gemetar saat mata mereka beradu pandang."Aku nggak tahu cerita kalian, jadi aku nggak akan mengomentarinya. Cukup Pak Jihan saja yang tahu.""Oh, gitu?"Jihan tersenyum sinis."Aku dengar beberapa waktu lalu, Nona Sara mengajak Dokter Sandy ke Kota Ostia untuk ketemu Tuan Ivan?"Sandy tidak mengerti apa yang dimaksud Jihan, jadi dia tidak berani menjawab sembarangan dan hanya mengangguk."Nona Sara menganggap Tuan Ivan sebagai adik laki-lakinya. Mengajak Dokter Sandy ketemu berarti dia ingin Tuan Ivan mengenalmu. Aku yakin setelah melihatmu dan menganggapmu boleh juga, Tuan Ivan merasa lega dan memercayakan Nona Sara kepadamu. Tapi, kamu malah mengkritik kisahnya dengan istriku? Bukankah itu berarti Dokter Sandy harus minta maaf pada Tuan Ivan?""Aku nggak mengkritik dia ataupun Nona
Tentu saja Sara segera mengetahui informasi bahwa Jihan menemui Sandy untuk menyelesaikan masalah.Wina yang menemaninya berbelanja dan makan bertanya apa dia perlu jadi perantara, tetapi Sara menolak.Menurut Sara berkata ini adalah kesalahan Sandy, dia yang harus bertanggung jawab. Jihan tidak salah.Sara sebenarnya masih merasa ragu, tapi masalahnya hubungan mereka sudah mencapai level pernikahan dan mereka tidak bisa mundur.Yang lebih dikhawatirkan Wina adalah pernikahan kedua Sara. Jika pernikahan kedua tidak bahagia, Sara mungkin tidak akan pernah berani menikah lagi.Namun, Sara mengatakan bahwa Jefri bukanlah pilihan yang baik. Sandy memang salah, tapi Jefri juga sebenarnya tukang pembuat onar.Setelah mendengar ini, Wina merasa apa yang dikatakan Sara masuk akal, gadis mana yang berani mempertaruhkan seluruh hidupnya dengan Jefri, tapi ...."Tuan Muda Jefri pernah menangis karenamu."Tangan Sara yang memegang sayuran berhenti sejenak, lalu tersenyum seolah memikirkan sesuatu
Dokter Sandy kembali dari luar negeri dan sudah lama tidak ke rumah sakit. Namun, dia tetap memperlakukan rekan-rekan dan para pasiennya dengan lembut. Dia selalu berbicara dengan lembut dan tidak pernah bersikap jahat. Siapa sangka sifatnya di balik pintu yang tertutup ternyata sangat berbeda.Bukan berarti Sandy yang bertindak terhadap Jefri bukanlah masalah besar. Masalahnya, alasan pertama, cara yang Sandy gunakan sangat rapi. Kedua, saat Jihan ingin membuat perhitungan dengannya, Sandy selalu menghindar. Sebenarnya, dia hanya berani berbuat tanpa berani mempertanggungjawabkan. Itu sebabnya dia membuat alasan dan mencoba membujuk Jihan.Pada akhirnya, alasannya adalah Sara. Sandy menggunakan Sara sebagai tamengnya. Sandy benar-benar tidak berguna sebagai pacar, masa dia menjadikan kekasihnya sebagai tameng agar Jihan mengampuninya? Di mana dia menaruh harga diri Sara?Justru Wina. Jika bukan Wina-lah yang membujuk Keluarga Lionel, mana mungkin Jihan sudi menerima permintaan maaf Sa
Mereka bertiga sedang mengobrol di restoran, sementara Sandy menemui Jefri untuk minta maaf.Jefri sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Ketika dilihatnya Sandy masuk, dia melirik sebentar dan kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela.Sandy berpikir bahwa Jefri akan seperti yang terakhir kali. Ketika melihatnya kembali, dia akan sangat emosional sehingga berdiri dan memukulinya.Tanpa diduga, Jefri bersikap begitu tenang kali ini. Tampaknya Sara sudah menjelaskan kepadanya dan mungkin menyerah.Sandy menghampirinya dan berkata 'maafkan aku'.Sandy tidak mengatakan kenapa dia minta maaf. Jefri juga mendengarnya.Dengan tenang atau lebih tepatnya, tatapan matanya yang tampak mati rasa, memandang dengan acuh tak acuh."Kalau aku jadi kamu, meskipun kakiku patah, nggak akan minta maaf."Untuk apa meminta maaf di saat semuanya sudah berlalu? Memangnya itu bisa mengubah keadaan?"Dalam menghadapi kekuasaan, mereka yang tahu keadaan adalah pemenang. Aku bukan kamu yang selalu dibela ol
Sindiran dalam kata-kata Sandy begitu kuat sehingga bahkan orang-orang yang berdiri di luar pintu pun nggak tahan mendengarnya."Tuan Muda Jefri memperlakukan setiap pacarnya dengan tulus, dia nggak pernah membohongi atau mengkhianati mereka."Artha berjalan masuk dengan kepala tegak dan dada terangkat.Sandy menoleh ke belakang, lalu memalingkan pandangan, menatap Jefri dengan jijik."Bukankah menjijikkan punya banyak pacar?"Ketika Jefri mendengar ini, dia merasa tidak nyaman dan ingin bangun, tapi Artha menahannya."Tuan Muda Jefri hanya bersenang-senang untuk menghabiskan waktu, bukan untuk meniduri mereka."Setelah Artha menjelaskan, dia menghampiri Sandy."Dalam hal ini, Tuan Muda Jefri memang nggak bisa dibandingkan dengan Dokter Sandy ...."Wajah Sandy terlihat kesal."Apa maksudmu?"Artha pun tersenyum kecil."Dokter Sandy, setelah kamu lulus SMA, kamu ada di luar negeri. Pergaulan di sana cukup bebas, orang-orangnya juga cenderung sedikit. Pasti nggak akan sulit mencari tahu
Begitu Sara memasuki pintu, dia melihat Sandy sedikit gugup dan berdiri, seolah-olah dia sudah melakukan kesalahan besar dan terlihat sangat bingung."Sara, apa Dokter Lilia sudah memberitahumu semua yang terjadi hari ini?"Sara berpikir Sandy akan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi tanpa diduga dia mengambil inisiatif untuk berbicara."Ya."Dia mengangguk dan berjalan menghampiri Sandy."Kenapa kamu menungguku di sini? Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?"Sara ingin mendengar penjelasan Sandy?Sandy pun langsung menjelaskan, "Apa yang dikatakan Lilia benar. Aku memang menggunakan nama Ivan untuk memprovokasi Jihan."Melihatnya seperti ini, Sara terdiam lama sebelum berkata, "Jihan datang padamu bukan untuk ikut campur dalam urusan kita, tapi dia marah karena adiknya terluka sampai harus masuk rumah sakit. Dia ke sini untuk meminta penjelasan. Dia sudah bilang kamu harus bertanggung jawab, dia memintamu menyelesaikan masalah ini sendiri. Dia hanya ingin kamu meminta
Sorot tatapan Sara yang penuh dengan emosi rumit berangsur-angsur terlihat kecewa, "Semenjak kita pacaran, dia hanya dua kali melakukannya. Sekali waktu di Kota Ostia dan sekali sekarang. Selebihnya, Jefri menepati janjinya dan selalu memutar arah setiap kali melihatku. Dia tak pernah mengusikku, tapi kamu bisa-bisanya punya spekulasi dia selalu melakukannya? Bukankah itu berarti kamu sendiri menganggapku sebagai wanita genit? Ya 'kan, Kak Sandy?"Sandy tersentak mendengar Sara memanggilnya, membuatnya langsung merasa bersalah. "Bukan begitu. Aku percaya padamu kok, aku juga tahu kamu sudah menolak Jefri. Jefri-lah yang terus menemuimu di saat kamu sudah punya pacar. Maaf, aku sudah salah. Aku nggak seharusnya berspekulasi padamu seperti ini. Maaf aku sudah mengecewakanmu."Sara menatap Sandy dengan tenang selama beberapa saat, lalu berujar dengan tenang, "Kak Sandy, aku sadar ... kalau kita ternyata nggak terlalu cocok, jadi ayo putus."Sandy langsung berujar dengan gelisah, "Jangan b