Tentu saja Sara segera mengetahui informasi bahwa Jihan menemui Sandy untuk menyelesaikan masalah.Wina yang menemaninya berbelanja dan makan bertanya apa dia perlu jadi perantara, tetapi Sara menolak.Menurut Sara berkata ini adalah kesalahan Sandy, dia yang harus bertanggung jawab. Jihan tidak salah.Sara sebenarnya masih merasa ragu, tapi masalahnya hubungan mereka sudah mencapai level pernikahan dan mereka tidak bisa mundur.Yang lebih dikhawatirkan Wina adalah pernikahan kedua Sara. Jika pernikahan kedua tidak bahagia, Sara mungkin tidak akan pernah berani menikah lagi.Namun, Sara mengatakan bahwa Jefri bukanlah pilihan yang baik. Sandy memang salah, tapi Jefri juga sebenarnya tukang pembuat onar.Setelah mendengar ini, Wina merasa apa yang dikatakan Sara masuk akal, gadis mana yang berani mempertaruhkan seluruh hidupnya dengan Jefri, tapi ...."Tuan Muda Jefri pernah menangis karenamu."Tangan Sara yang memegang sayuran berhenti sejenak, lalu tersenyum seolah memikirkan sesuatu
Dokter Sandy kembali dari luar negeri dan sudah lama tidak ke rumah sakit. Namun, dia tetap memperlakukan rekan-rekan dan para pasiennya dengan lembut. Dia selalu berbicara dengan lembut dan tidak pernah bersikap jahat. Siapa sangka sifatnya di balik pintu yang tertutup ternyata sangat berbeda.Bukan berarti Sandy yang bertindak terhadap Jefri bukanlah masalah besar. Masalahnya, alasan pertama, cara yang Sandy gunakan sangat rapi. Kedua, saat Jihan ingin membuat perhitungan dengannya, Sandy selalu menghindar. Sebenarnya, dia hanya berani berbuat tanpa berani mempertanggungjawabkan. Itu sebabnya dia membuat alasan dan mencoba membujuk Jihan.Pada akhirnya, alasannya adalah Sara. Sandy menggunakan Sara sebagai tamengnya. Sandy benar-benar tidak berguna sebagai pacar, masa dia menjadikan kekasihnya sebagai tameng agar Jihan mengampuninya? Di mana dia menaruh harga diri Sara?Justru Wina. Jika bukan Wina-lah yang membujuk Keluarga Lionel, mana mungkin Jihan sudi menerima permintaan maaf Sa
Mereka bertiga sedang mengobrol di restoran, sementara Sandy menemui Jefri untuk minta maaf.Jefri sedang berbaring di ranjang rumah sakit. Ketika dilihatnya Sandy masuk, dia melirik sebentar dan kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela.Sandy berpikir bahwa Jefri akan seperti yang terakhir kali. Ketika melihatnya kembali, dia akan sangat emosional sehingga berdiri dan memukulinya.Tanpa diduga, Jefri bersikap begitu tenang kali ini. Tampaknya Sara sudah menjelaskan kepadanya dan mungkin menyerah.Sandy menghampirinya dan berkata 'maafkan aku'.Sandy tidak mengatakan kenapa dia minta maaf. Jefri juga mendengarnya.Dengan tenang atau lebih tepatnya, tatapan matanya yang tampak mati rasa, memandang dengan acuh tak acuh."Kalau aku jadi kamu, meskipun kakiku patah, nggak akan minta maaf."Untuk apa meminta maaf di saat semuanya sudah berlalu? Memangnya itu bisa mengubah keadaan?"Dalam menghadapi kekuasaan, mereka yang tahu keadaan adalah pemenang. Aku bukan kamu yang selalu dibela ol
Sindiran dalam kata-kata Sandy begitu kuat sehingga bahkan orang-orang yang berdiri di luar pintu pun nggak tahan mendengarnya."Tuan Muda Jefri memperlakukan setiap pacarnya dengan tulus, dia nggak pernah membohongi atau mengkhianati mereka."Artha berjalan masuk dengan kepala tegak dan dada terangkat.Sandy menoleh ke belakang, lalu memalingkan pandangan, menatap Jefri dengan jijik."Bukankah menjijikkan punya banyak pacar?"Ketika Jefri mendengar ini, dia merasa tidak nyaman dan ingin bangun, tapi Artha menahannya."Tuan Muda Jefri hanya bersenang-senang untuk menghabiskan waktu, bukan untuk meniduri mereka."Setelah Artha menjelaskan, dia menghampiri Sandy."Dalam hal ini, Tuan Muda Jefri memang nggak bisa dibandingkan dengan Dokter Sandy ...."Wajah Sandy terlihat kesal."Apa maksudmu?"Artha pun tersenyum kecil."Dokter Sandy, setelah kamu lulus SMA, kamu ada di luar negeri. Pergaulan di sana cukup bebas, orang-orangnya juga cenderung sedikit. Pasti nggak akan sulit mencari tahu
Begitu Sara memasuki pintu, dia melihat Sandy sedikit gugup dan berdiri, seolah-olah dia sudah melakukan kesalahan besar dan terlihat sangat bingung."Sara, apa Dokter Lilia sudah memberitahumu semua yang terjadi hari ini?"Sara berpikir Sandy akan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi tanpa diduga dia mengambil inisiatif untuk berbicara."Ya."Dia mengangguk dan berjalan menghampiri Sandy."Kenapa kamu menungguku di sini? Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?"Sara ingin mendengar penjelasan Sandy?Sandy pun langsung menjelaskan, "Apa yang dikatakan Lilia benar. Aku memang menggunakan nama Ivan untuk memprovokasi Jihan."Melihatnya seperti ini, Sara terdiam lama sebelum berkata, "Jihan datang padamu bukan untuk ikut campur dalam urusan kita, tapi dia marah karena adiknya terluka sampai harus masuk rumah sakit. Dia ke sini untuk meminta penjelasan. Dia sudah bilang kamu harus bertanggung jawab, dia memintamu menyelesaikan masalah ini sendiri. Dia hanya ingin kamu meminta
Sorot tatapan Sara yang penuh dengan emosi rumit berangsur-angsur terlihat kecewa, "Semenjak kita pacaran, dia hanya dua kali melakukannya. Sekali waktu di Kota Ostia dan sekali sekarang. Selebihnya, Jefri menepati janjinya dan selalu memutar arah setiap kali melihatku. Dia tak pernah mengusikku, tapi kamu bisa-bisanya punya spekulasi dia selalu melakukannya? Bukankah itu berarti kamu sendiri menganggapku sebagai wanita genit? Ya 'kan, Kak Sandy?"Sandy tersentak mendengar Sara memanggilnya, membuatnya langsung merasa bersalah. "Bukan begitu. Aku percaya padamu kok, aku juga tahu kamu sudah menolak Jefri. Jefri-lah yang terus menemuimu di saat kamu sudah punya pacar. Maaf, aku sudah salah. Aku nggak seharusnya berspekulasi padamu seperti ini. Maaf aku sudah mengecewakanmu."Sara menatap Sandy dengan tenang selama beberapa saat, lalu berujar dengan tenang, "Kak Sandy, aku sadar ... kalau kita ternyata nggak terlalu cocok, jadi ayo putus."Sandy langsung berujar dengan gelisah, "Jangan b
Sandy tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam, mengira Sara putus dengannya karena campur tangan Lilia, jadi dia menyalahkan Lilia atas semua yang terjadiKeesokan harinya, Sandy pergi ke rumah sakit dengan lesu. Begitu dia duduk di ruangannya, Reo bergegas menemuinya dengan gembira sambil membawa setumpuk informasi."Dokter Sandy, obat yang aku kembangkan berhasil!"Kesedihan Sandy mendadak lenyap. Dia segera mengulurkan tangan untuk mengambil dokumen yang diserahkan oleh Reo."Ini adalah pujian tinggi yang diberikan oleh para ahli internasiona!""Tentu saja, rumah sakit juga pasti akan mendapatkan pujian."Sandy sangat bersemangat sehingga tangannya yang memegang dokumen itu gemetar."Bukankah ini berarti kamu bisa memenangkan hadiah nobel kedokteran?"Reo mengangguk dan melambaikan tangannya."Itu sih nggak penting. Yang penting obat-obatan ini bisa membantu pasien menghilangkan rasa sakit dan menyembuhkan mereka."Reo merasa bahwa misi penting seorang dokter adalah mengobati penya
Sekelompok dokter dan perawat berjalan menuju wastafel di koridor, lalu melepas sarung tangan dan mencuci tangan masing-masing dengan sabun sambil mengobrol."Dokter Reo benar-benar sial. Dia membantu Dokter Sandy melakukan operasi, tapi malah terjadi kecelakaan seperti ini. Kalau sudah begini, siapa yang harus bertanggung jawab?""Siapa lagi? Pasti Dokter Reo! 'Kan bukan Dokter Sandy yang melakukan operasinya ....""Ya sih, tapi Dokter Sandy juga pasti disuruh tanggung jawab."Salah satu kepala perawat pun melirik si dokter yang bicara. "Nggak masalah siapa yang bertanggung jawab sekarang. Yang penting, pihak keluarga almarhum percaya bahwa Dokter Reo melakukannya dengan sengaja."Si dokter pun berhenti mencuci tangannya, lalu mengangkat kepalanya dan bertanya kepada si kepala perawat, "Kenapa begitu?"Setelah melihat sekeliling, si kepala perawat pun mendekatkan kepalanya kepada si dokter dan berbisik, "Bukankah pasien yang meninggal itu ahli medis yang terkenal secara internasional?