Tidak lama kemudian, Zeno kembali. Kali ini, Cessa sedang duduk di sofa sambil menangis.Ini pertama kalinya Zeno melihat Cessa menangis. Sepertinya Cessa sedang sangat sedih. Zeno bergegas mendekat dan berjongkok di depan Cessa, lalu menyeka air mata wanita itu."Maaf, maaf .... Tadi cara bicaraku kasar banget ...."Cessa merasa sangat malu. Jelas-jelas dia merasa kecewa dengan Zeno, tetapi amarahnya langsung reda begitu melihat Zeno kembali menemuinya.Cessa sangat membenci dirinya yang seperti ini, tetapi perasaannya benar-benar bergantung pada Zeno. Setiap tindakan Zeno akan dengan mudah memengaruhinya.Karena Cessa tidak bisa berhenti menangis, Zeno pun sontak memeluk Cessa dengan panik. Zeno menepuk-nepuk punggung Cessa dan menggenggam tangan wanita itu sambil berulang kali menyuruh Cessa untuk menamparnya saja."Tampar saja aku sepuasmu, yang penting kamu nggak akan nangis lagi ...."Cessa menatap pipi kanan Zeno yang bengkak, lalu mengelusnya dengan rasa bersalah."Sakit nggak?
Berlutut?Apa Jihan juga berlutut saat meminta Wina kembali kepadanya?Zeno menatap lututnya. Selama ini dia hanya berlutut untuk berdoa dan sebagai bentuk menghormati orang tuanya, tetapi masa dia berlutut di depan Cessa!Malam itu, Zeno berlutut di atas karpet yang lembut sambil menggenggam tangan Cessa dan memohon padanya."Maafkan aku, aku berjanji nggak akan memanfaatkanmu lagi ...."Cessa mendorong tangan Zeno, lalu menatap pria itu sambil menyilangkan tangan di depan dadanya."Apa kamu benar-benar harus pergi setelah lima bulan?"Zeno tidak punya pilihan, dia memang harus pergi."Selama aku bisa kembali, aku akan menikahimu."Cessa menghela napas dalam-dalam mendengar sumpah Zeno.Dia tidak menanyakan ke mana Zeno harus pergi, dia hanya balas mengangguk.Karena Cessa menyukai Zeno, dia harus memberanikan diri mencintai pria itu walaupun akhir cerita mereka mungkin tidak bahagia. Cessa bukanlah seorang pengecut.Zeno tidak menyangka berlutut seperti ini akan berguna. Dia berterim
Sementara itu, di Keluarga Lionel. Selain Aulia dan orang tuanya, Jihan, Leona, Jefri dan yang lain juga hadir.Jihan awalnya ingin membawa Wina bersamanya, tetapi Wina mengatakan bahwa proyek terakhir Vera berhubungan dengan Keluarga Ivoron.Wina takut setelah hadir sebagai istri Jihan, dia akan ketahuan ketika dia pergi menemui Keluarga Ivoron untuk mendiskusikan proyek dengan identitasnya sebagai Vera, jadi dia tidak datang.Setelah Andrew bertemu Cessa, dia kembali ke Alvinna dan bertemu dua orang lagi. Karena dia tidak menemukan calon yang cocok, kakeknya pun mengenalkannya pada Keluarga Lionel.Kakeknya sangat menyukai gaya Keluarga Lionel dalam melakukan sesuatu, sementara Andrew mengagumi kemampuan Jihan dalam mendominasi dunia bisnis.Jihan berbeda dari yang lain, dia sama sekali tidak mengandalkan perjodohan atau kekuatan harta, tetapi fokus pada kemajuan proyek dan kemampuannya.Adik laki-laki Jihan, Jun, juga merampas beberapa proyek dari tangan Keluarga Ivoron saat memasuk
Jefri menyingsingkan lengan bajunya hendak memukuli Andrew, tetapi Leona menahannya. "Tuan Muda Andrew, kamu belum main-main di Kota Aster, 'kan? Gimana kalau Aulia temani jalan-jalan? "Andrew berpura-pura tidak peduli dan berhenti mengasihani Jefri. "Ya, ini pertama kalinya aku ke sini. Tolong Nona Aulia ajak aku jalan-jalan."Aulia segera berdiri. "Kalau gitu, aku akan mengajakmu ke pantai untuk melihat pemandangan."Andrew mengiakan dengan sopan, lalu bangkit berdiri dan hendak berjalan pergi ketika Jefri tiba-tiba ikut berdiri. "Aku ikut kalian."Leona meraih lengan bajunya dan menarik Jefri kembali ke sofa. "Aulia, kamu ajak Tuan Muda Andrew jalan-jalan saja. Ada yang ingin kubicarakan dengan kakakmu."Aulia melirik wajah pucat kakaknya, dia penasaran kenapa Jefri begitu menentang Andrew.Namun, tetap saja Aulia harus menghormati Andrew. Jika tidak, bisa-bisa dia dianggap tidak sopan.Aulia pun membuat gestur mempersilakan kepada Andrew. "Ayo, Tuan Muda Andrew, biar kuantar berke
Setelah Jihan bertemu Andrew, dia kembali ke Bundaran Blue Bay. Wina sedang mengajari Gisel mengerjakan pekerjaan rumahnya. Begitu melihat Jihan pulang, Wina segera melangkah maju dan mengambil mantel yang Jihan lepas."Bagaimana?"Wina menyerahkan mantel Jihan kepada pelayan yang menunggu, lalu berjinjit dan membantu membuka kemeja dan dasi Jihan. Jihan pun mencium Wina yang begitu perhatian."Ih, malu ...."Gisel sedang berbaring di atas meja sambil menulis. Dia menutupi matanya, tetapi sengaja mengintip kemesraan Wina dan Jihan dari celah jemarinya."Veraya, kembalilah ke kamarmu."Jihan mengedikkan dagunya ke arah Gisel."Paman nyebelin banget ..." keluh Gisel dengan kesal.Meskipun begitu, tetap saja Gisel menurut. Dia mengambil pekerjaan rumahnya, lalu berlari ke kamarnya.Setelah Gisel kembali ke kamar, Jihan memeluk Wina dan berkata, "Sekarang saatnya kamu mengumpulkan PR-mu, 'kan?"Wina yang bersandar di pelukan Jihan pun mengelus wajah tampan Jihan. "Kamu ingin aku menyerahka
Jihan menghabiskan semalaman untuk menjawab soal itu. Saat memalingkan pandangannya dari komputer, dia melihat Wina sudah tertidur pulas sambil bersandar di sofa dan diselimuti.Jihan tersenyum menatap sosok Wina yang tampak begitu cantik dan menawan di bawah sinar matahari.Setelah menatap Wina seperti ini beberapa saat, Jihan berdiri dan berjalan ke arah Wina, lalu menyodok-nyodok pipi Wina. "Ayo bangun."Wina mendorong tangan Jihan menjauh, lalu berbalik badan memunggungi Jihan. "Ssst, aku ngantuk ...."Jihan pun membungkuk dan berkata dengan sabar, "Ayo tepati janjimu. Berikan hadiahnya kepadaku setelah aku selesai menjawab soalnya."Jantung Wina yang sudah setengah sadar pun sontak berdebar dengan kencang, tetapi dia berpura-pura tetap tidur. "Aku ngantuk banget, Sayang. Ini sudah larut ...."Jihan pun terkekeh. "Sayang, kalau ditunda bayarannya jadi dua kali lipat loh.""Ya sudah, dua kali lipat," jawab Wina sambil mengangguk dengan tidak peduli.Nanti malam Wina tinggal menipu J
Supaya Reynaldi tidak tahu Zeno dan Cessa bersama, Cessa meminta Jodie untuk melindungi mereka.Misalnya, ketika Zeno keluar dari jendela. Reynaldi hendak keluar untuk memeriksa karena mendengar bunyi, tetapi Cessa segera memanggil Jodie dan meminta tolong.Contoh lainnya ketika Zeno dan Cessa sedang berkencan. Entah makan bersama atau menonton film, mereka akan menyeret Jodie dan menjadikan pria itu sebagai tameng.Jodie tidak tahan lagi, jadi dia meminta pesawat pribadinya disiapkan dalam semalam dan pulang ke Alvinna. Dia membeli sebuah vila di seberang Bundaran Blue Bay.Jodie masih mecurigai Jihan sebagai salah satu anggota Organisasi Shallon, jadi dia sengaja tinggal di dekat Jihan supaya bisa leluasa mengamati Jihan.Jodie adalah wakil ketua Kamar Dagang Endoa-Siana. Organisasi Shallon sering sekali menggunakan kekuatan keluarga lainnya untuk menyerang Kamar Dagang, sehingga tidak jarang Kamar Dagang merugi.Organisasi Shallon memang melenyapkan mereka yang bermain kotor di duni
Kesedihan Desta pun sontak berhenti setelah Jodie memanggilkan seorang wanita."Tuan Muda baik banget!"Jodie hanya balas melirik dan tidak mengacuhkan pengawalnya itu, lalu meminum anggur merahnya sendirian.Tiba-tiba, seorang wanita duduk di sebelahnya.Tangan wanita itu yang lembut pun perlahan-lahan bergerak naik dari paha Jodie ...."Ngapain kamu?" tanya Jodie sambil refleks mencengkeram tangan wanita itu.Wanita muda itu sama sekali tidak takut dan malah mendekat ke arah Jodie. "Tuan Muda Jodie, kalau lagi keluar begini harusnya Tuan Muda Jodie bersenang-senang. Gimana kalau kulayani malam ini?"Sejujurnya, Jodie masih perawan dan belum pernah melakukannya. Karena usianya sudah matang, kenapa dia tidak mencobanya saja?Namun, ketika wanita muda itu duduk mengangkang di atas pangkuannya, Jodie tiba-tiba teringat cara Wina duduk di atas pangkuan Jihan ...."Dasar gila!"Begitu teringat akan adegan itu, Jodie langsung memaki dengan marah.Jodie sebenarnya memaki dirinya sendiri, tet