Tuan Besar Killian tidak menyangka bahwa orang yang akhirnya mengambil tongkat dari tangannya itu bukanlah cucunya yang duduk di sebelahnya atau Jihan yang duduk di kursi utama atau anggota Keluarga Lionel lainnya, melainkan Wina yang tadi dia pukul.Senyuman Wina yang terkesan lembut dan ramah itu membuat ekspresi Killian tampak agak terharu. Killian pun berkata, "Kamu itu berasal dari Keluarga Dinsa, jadi mau kasih penjelasan apa lagi?""Mau aku itu anggota Keluarga Dinsa atau bukan, aku tetap harus menjelaskannya."Setelah menjawab seperti itu, Wina meletakkan tongkat itu kembali ke atas meja dan menghadap semua orang. "Aku tahu bahwa Keluarga Dinsa dan Keluarga Lionel sedang berseteru. Aku juga tahu bahwa kalian semua merasa sedih karena kehilangan mereka yang kalian cintai. Tapi, nggak sedikit juga anggota Keluarga Dinsa juga kehilangan keluarga masing-masing. Sejauh yang kutahu, jumlahnya bahkan jauh lebih banyak daripada Keluarga Lionel.""Setelah kalian mengusir Keluarga Dinsa
"Masih berani kamu menyahut!" bentak Killian dengan sangat marah.Jefri takut dia akan membuat kakeknya makin marah, jadi dia tutup mulut.Namun, para anggota Keluarga Lionel lainnya saling berbisik seolah-olah sedang berdiskusi meminta Jihan memberikan penjelasan.Jihan yang sedang duduk di sofa pun memandangi sekelompok orang yang berisik itu dan kehilangan kesabarannya. "Semua yang dikatakan istriku itu benar. Urusan Keluarga Dinsa nggak ada hubungannya dengan dia. Kalau nggak percaya, selidiki saja sendiri. Kalau sudah tahu, tapi tetap memutuskan untuk membencinya, aku juga nggak akan segan-segan."Sekalipun hasil penyelidikian tidak sesuai dengan apa yang dikatakan Wina, Jihan tetap akan melindungi istrinya. Tentu saja para anggota Keluarga Lionel sudah mengetahui jalan pikiran Jihan. Apa sebuah keputusan yang bijaksana bagi orang seberkuasa Jihan melakukan semua ini demi seorang wanita?Ayana merasa cepat atau lambat Jihan akan mati di tangan Wina. Bagaimanapun juga, begitu orang
Killian bangkit berdiri dan berkata, "Ikut aku ke ruang kerja."Maksudnya, Killian tidak mau mengatakannya di depan Wina dan Jefri?Jefri dan Wina saling berpandangan, lalu akhirnya menatap Jihan.Jihan tetap duduk bergeming. "Kenapa nggak bisa mengatakannya saja sekalian di depan mereka?"Killian berbalik badan dan berkata dengan dingin, "Setelah kamu mendengarkan, kamu dapat memutuskan mau memberi tahu mereka atau nggak."Jihan sedikit mengernyit dan berpikir sejenak, lalu menatap Daris. "Apa Lilia sudah sampai?"Daris menjawab dengan hormat, "Rumah sakit agak jauh dari sini. Dia sudah dalam perjalanan dan akan segera tiba."Jihan lalu memalingkan pandangannya dan memegang lengan Wina dengan hati-hati. "Sakit, Sayang?"Wina merasa sangat terharu dengan sorot tatapan Jihan yang terlihat penuh perhatian. "Sekarang sudah lebih baik. Tenang saja. Sana bicara dulu dengan Kakek."Jihan mengelus rambut Wina dengan penuh sayang, lalu memerintahkan Daris dengan dingin, "Begitu Lilia sampai, s
Killian pun melirik Jihan dengan ekspresi yang terlihat sangat serius."Pada akhirnya, ayahmu menghamili anak haram itu. Setelah Ellen tahu, dia langsung ke luar negeri dan meminta mereka untuk menggugurkan anak tersebut. Ayahmu menolak dan menggunakan anak itu sebagai alasan untuk memaksa Ellen bercerai. Ellen sangat marah sehingga dia meneleponku dan memintaku untuk mengurusnya.""Tapi, apa yang bisa kulakukan? Aku ingin berlutut dan memohon kepada putraku, tapi di sisi lain, aku harus memihak pada menantu yang kupilih sendiri. Nggak ada satu pun pilihan yang kurasa nyaman untukku. Tapi, sejujurnya, manusia pasti akan selalu luluh dengan anaknya sendiri. Aku menasihati Ellen dengan mengatakan bahwa anak itu nggak bersalah. Ellen juga setuju bahwa anak itu nggak bersalah, tapi dia bilang ayahmu harus meninggalkan wanita itu beserta anak mereka atau Ellen akan memberi tahu seluruh Keluarga Lionel agar mereka menyerang wanita dari Keluarga Dinsa itu.""Mana mungkin aku memberi tahu selu
Jihan tidak banyak bereaksi mendengar kisah tersebut, dia memang tipe orang yang sulit berempati. Dia hanya balik bertanya dengan bingung, "Terus, anak yang lahir dari anak haram Julius itu?"Killian perlahan-lahan membuang ekspresi penyesalannya, dia memandang Jihan yang tanpa ekspresi itu dan menghela napas. "Anak itu tumbuh besar menjadi orang yang sangat berbakat dan membanggakan."Jihan tidak begitu tertarik dan bertanya lagi, "Di mana dia?"Tentu saja dia merasa agak penasaran karena tiba-tiba mengetahui bahwa dia memiliki saudara tiri.Killian menatap Jihan selama beberapa saat, lalu mengungkapkan rahasia yang sudah lama dia sembunyikan jauh di dalam hatinya, "Dia duduk di hadapanku."Ekspresi Jihan yang awalnya biasa-biasa saja tiba-tiba menegang. "Apa katamu?"Killian menurunkan kakinya dan berkata dengan wajah serius, "Ellen sama sekali nggak hamil untuk kedua kalinya. Setelah wanita dari Keluarga Dinsa itu melahirkan anaknya, Ellen mengirim anak itu ke Keluarga Levin. Saat w
Killian sontak memandang Jihan dengan kaget. "Kamu ...."Jihan memejamkan matanya dan tidak mau berbicara lebih lanjut. "Keluar."Killian duduk termangu sambil menatap cucunya. "Kalau kamu nggak setuju bercerai, aku nggak bisa menyembunyikan kenyataan bahwa kamu memiliki separuh darah Keluarga Dinsa."Waktu itu, Nenek Melisa setuju untuk merahasiakan semua ini setelah Killian mengalokasikan 10% saham keluarga kepadanya. Karena sekarang Jihan-lah yang memegang 50% saham keluarga, Nenek Melisa pasti tidak akan rela. Jika Jihan tidak mau menceraikan atau membereskan Wina, dia pasti akan membeberkan semuanya. Jika itu sampai terjadi, mana mungkin Jihan bisa tetap berada di Keluarga Lionel?Untuk mencegah Jihan mengikuti jalan yang sama seperti ayahnya, Killian bahkan rela mendengarkan nasihat Jefri dan mengesampingkan perseteruan antara Keluarga Dinsa dan Keluarga Lionel untuk sementara. Namun, Killian tidak akan mengabaikan masalah etika. Jika sampai informasi ini tersebar, bukankah itu a
Karena Jihan mendadak berhenti dan tertawa, Wina pun bertanya dengan cemas. "Sayang .... Kamu kenapa sih?"Jihan memeluknya dengan kesakitan, suaranya terdengar bergetar. "Wina, menurutmu kenapa kita nggak boleh bersama?"Jantung Wina terasa seperti berhenti berdetak selama sepersekian detik. "Apa ... maksudmu?"Tidak boleh bersama? Apa itu berarti Jihan mau bercerai?Apa jangan-jangan Jihan ingin melakukannya setelah pembicaraannya dengan Killian?Wina menjadi sedikit takut dan memeluk pinggang Jihan. "Kamu sudah berjanji padaku nggak akan pernah meninggalkanku."Jihan tidak tahu bahwa sekarang Wina sudah makin mencintainya. Jika Jihan tidak menginginkannya lagi, Wina mungkin tidak akan bisa bertahan ....Ketakutan di matanya membuat hati Jihan terasa sakit. "Aku menginginkanmu, Wina, aku menginginkanmu."Jihan benar-benar seperti orang gila. Sambil melakukannya, dia sambil terus mengatakan bahwa dia pasti akan selalu menginginkan Wina ....Wina menatap Jihan yang tampak berkaca-kaca
Jihan segera kembali ke ruang kerja, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon.Nenek Melisa yang sudah terlelap pun terbangun karena ada telepon. Dia kaget sekali melihat Jihan meneleponnya.Jihan tidak akan pernah berinisiatif meneleponnya. Kenapa sekarang Jihan meneleponnya selarut ini?Dia mengulurkan jari-jarinya yang keriput dan mengklik tombol jawab, "Halo, Jihan ...."Jihan bahkan tidak balik menyapa dan hanya berkata dengan dingin, "Aku akan mengembalikan 10% saham Grup Lionel kepadamu dan memberikan tambahan 5% untuk putramu. Jangan pernah membocorkan rahasia itu. Lalu, berhentilah menghasut Keluarga Lionel untuk mengurus istriku atau akan kupastikan kamu dan putramu hilang nggak berbekas!"Nenek Melisa sontak tersenyum mendengar penawaran Jihan, tetapi langsung menjadi ketakutan ketika mendengar ancaman Jihan. "Kamu ...."Jihan langsung menyela, "Kuberi waktu lima detik untuk kamu memikirkannya."Ini jelas-jelas sebuah pemaksaan!Nenek Melisa ingin sekali menantang Jihan den