Wina mengikuti pandangan Lilia ke arah perutnya."Obatnya sih sudah habis, tapi ...."Wina sedikit kecewa dan menghela napas."Aku mungkin nggak bisa hamil."Dia meminum begitu banyak obat, tetapi tetap tidak berefek. Wina takut dia tidak akan bisa punya anak."Wina ... mungkin kamu coba saja bayi tabung?"Wina berbalik dan menatap Jihan yang duduk di dalam mobil."Dia nggak setuju."Jihan tahu proses bayi tabung itu menyakitkan, melahirkan juga menyakitkan. Jihan takut Wina jadi menderita, jadi Jihan memutuskan agar mereka tidak usah punya anak.Setelah Lilia memahami pemikiran Jihan, dia pun tidak menyarankan bayi tabung lagi. "Kalau begitu, akan kucoba sesuaikan lagi resepnya. Nanti kamu coba lagi saja kalau sudah minum."Wina ingin menolak, tetapi Lilia mendorongnya ke dalam mobil tanpa ragu. "Aku akan membuatkan obatnya dan mengirimkannya kepadamu besok."Setelah Lilia selesai berbicara, dia menutup pintu mobil, mundur selangkah dan melambai ke Wina."Kirimi aku pesan kalau sudah
"Nggak usah, aku sudah memutuskan ...."Lilia menyeka air matanya dan dengan lembut mendorong tangan Reo menjauh."Maaf ...."Setelah balas dendam pada Yuno, Lilia memang berencana untuk bersama Reo, tetapi ternyata kehidupan yang damai dan dicintai bukanlah miliknya."Lilia, seberapa keras pun kamu menolak, aku akan tetap menunggumu."Reo juga bertekad akan membalaskan dendam Lilia setelah Yuno menodainya!"Reo, jangan bodoh."Bagi Lilia, mendorong Reo menjauh berarti melindungi pria itu. Karena Yuno si gila itu bisa melakukan apa saja."Kamu tahu aku bodoh, jadi jangan lakukan ini padaku."Setelah berkata seperti itu, Reo pun berbalik dan berjalan meninggalkan vila. Sikap keras kepalanya membuat Lilia duduk di tangga dengan tidak berdaya.Di mobil menuju Bundaran Blue Bay."Paman ...."Gisel yang sedang memegang boneka itu memanggil Jihan yang sedang menutupi Wina dengan selimut tipis.Jihan balas menatap Gisel dengan santai. "Pelankan suaramu, jangan sampai bibimu kebangun."Gisel p
Tangisan Gisel membangunkan Wina. Saat dia membuka matanya, dia melihat Daris sedang memasukkan kapas ke dalam sebuah boneka, sementara Gisel sedang memegang kepala boneka itu sambil menangis."Kenapa ini?"Wina pun mengambil tisu dan menyeka air mata Gisel."Paman ... tukang bohong ...."Gisel menangis dengan tersedu-sedu. Karena bibinya sudah bangun, dia pun mengabaikan bonekanya. Dia memeluk lengan Wina sambil menangis menuduh Daris."Dia membongkar boneka peninggalan ibuku, tapi nggak bisa menjahitnya lagi! Huhuhu ...."Daris pun terdiam.Ya ampun, ternyata diam-diam saja bisa jadi masalah.Dia melirik ke arah Pak Jihan yang duduk di sebelahnya dan kebetulan Jihan juga sedang menatapnya seolah-olah sedang ikut menyalahkan Daris.Daris menghela napas dengan berat. Sudahlah, siapa suruh dia bekerja di keluarga yang terkenal. Ya, ya, ya, memang dia yang salah!"Nyonya, ada cip memori di dalam boneka itu ...."Daris menunjuk cip memori di tangan Pak Jihan dan mengedipkan mata ke arah W
Setelah mobil berhenti di Bundaran Blue Bay, Wina menggendong Gisel dan membaringkannya di ruang tamu di lantai pertama. Gadis kecil itu tertidur dengan begitu pulas sampai tidak bisa dibangunkan, jadi Wina membiarkan Gisel tidur.Dia menutupi Gisel dengan selimut, lalu bangkit berdiri dan berjalan ke ruang kerja. Jihan tampak tampan karena sedang fokus memproses cip memori.Wina bersandar di pintu dan menatap Jihan selama beberapa saat, lalu meminta pelayan untuk memanaskan susu. Setelah dipanaskan, Wina mengambil susu itu dan meletakkannya dengan lembut di atas meja."Bagaimana? Berapa lama untuk membuka cip memorinya?"Jihan tampak fokus mengurus cip memori itu."Semalaman kayaknya."Semalaman?Bukankah Jihan selalu pandai melakukan segala sesuatunya?Kenapa membuka cip memori saja memakan waktu semalaman?"Sini, duduk di sebelahku."Di saat Wina masih terkejut, Jihan pun melirik ke sofa di sebelahnya dan mengisyaratkan Wina untuk duduk.Suaminya sudah membantu Wina membongkar kode
Setelah Jefri duduk, dia melihat kode itu dan mulai mengetik dengan cepat di keyboard.Cara dia beroperasi bahkan lebih fokus daripada Jihan.Memang seorang pria itu baru serius saat mengerjakan bidang keahliannya.Wina merasa agak lelah setelah bergadang semalaman, jadi Jihan menyuruhnya untuk tidur dulu. Nanti Jihan akan membangunkannya jika kode cip memori itu sudah terpecahkan.Wina meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan bagi Jefri dan Jihan, lalu pergi ke kamar Gisel. Dia memejamkan matanya dan tertidur sambil memeluk Gisel.Meskipun Jefri adalah seorang ahli komputer, tetap saja dia membutuhkan waktu yang lama untuk membuka isi cip memori itu. Jefri menghabiskan sekitar dua jam sebelum akhirnya berhasil."Wah, kakaknya Kak Wina bukan orang sembarangan. Cip ini kayak diberikan kode sembilan lapis. Begitu satu lapis terpecahkan, ada lapis berikutnya. Kira-kira apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?"Jihan berdiri di belakang Jefri sambil melipat kedua tangannya di depan dada d
Jefri sudah selesai menyatukan videonya secara utuh dan mengonversi formatnya, jadi dia menekan tombol spasi.Layar komputer yang gelap pun langsung terlihat lebih terang ....Latar belakang video adalah tepi pantai yang dikelilingi perkampungan nelayan. Lingkungannya sangat asri dan tenang.Setelah menyorot keadaan sekeliling, kamera pun fokus ke arah pantai dan perlahan diperbesar. Ada sesosok tubuh kecil yang membungkuk untuk mengambil kerang."Vera, hati-hati, jangan terlalu dekat dengan laut ...."Tiba-tiba, terdengar suara yang lembut dan anggun dari dalam video. Vera yang masih kecil pun berbalik, menunjukkan wajahnya yang agak mirip dengan Gisel."Jangan khawatir, Bu ...."Ibu?Wina sontak terkejut. Jadi, orang yang merekam video ini adalah ibunya?Jari-jari kaki Wina sedikit melengkung, dia menatap layar komputer dengan gugup sekaligus bersemangat.Setelah Vera yang masih kecil selesai mengambil kerang dan berlari menghampiri, kamera pun beralih ke bayi yang terbaring di buaia
Veransa dalam video itu pun lanjut berbicara,"Waktu Ibu masih kecil, orang tua Ibu nggak begitu menyukai Ibu. Kakek buyut kalian menaruh rasa kasihan pada Ibu, jadi Ibu dibesarkan olehnya.""Mungkin itu sebabnya saat meninggal, kakek buyut kalian mewariskan semua hartanya kepada Ibu. Karena hanya Ibu yang tetap berbakti kepadanya sampai akhir hayatnya.""Ibu sebenarnya nggak menginginkan warisan itu, tapi orang tua Ibu serakah sekali sehingga rela menyakiti Ibu demi mendapatkan warisan itu.""Tapi, Ibu ini orang yang keras kepala. Makin mereka menginginkannya, makin Ibu nggak mau memberikannya. Hubungan kami pun menjadi makin tegang.""Saat itu, Ibu sudah bertunangan dengan seorang pria bernama Reynaldi Naula. Hubungan kami cukup baik dan kami juga saling mencintai, Ibu bahkan mengira akan menikah dengannya.""Tapi ...."Veransa menyentuh wajahnya, matanya yang lembut dipenuhi kesepian dan keputusasaan."Jeana Soraya adalah sahabat Ibu. Ibu nggak tahu kalau dia juga mencintai Reynaldi
Setelah Veransa selesai berbicara, dia menunjuk ke lingkungan sekitar."Di sinilah para nelayan yang baik hati itu menyelamatkan Ibu.""Sudah lama Ibu membawa kalian ke sini. Karena Verina tersedak air dan menderita penyakit jantung bawaan, jadi Ibu terpaksa membawa kalian pergi.""Kehidupan Ibu memang malang, jadi semoga hidup kalian jauh lebih baik daripada hidup Ibu ....""Lalu, satu hal terakhir yang ingin Ibu beri tahu kepada kalian. Tentang siapa ayah kandung kalian.""Namanya Haris Nizari, dia adalah presdir Grup Nizari.""Kalau suatu saat kalian bertemu dengannya, semoga dia nggak pernah mengenali kalian.""Tapi, Ibu juga nggak mau kalian balas dendam kepadanya. Ibu hanya berdoa semoga anak-anak Ibu bisa tumbuh dengan damai dan sehat.""Biarkan orang-orang jahat yang sudah menyakiti Ibu membusuk selamanya dalam ingatan Ibu."Video itu pun berhenti dan berganti dengan video selanjutnya.Jihan yang sudah mengetahui semua ini pun menoleh melirik Wina di sebelahnya.Wina mengepalka