Jordan tidak pernah melakukan bisnis yang merugi. Karena Jihan ingin mengganti taruhan mereka, itu berarti dia juga harus mengubah syaratnya."Nggak masalah, tapi kalau kayak gitu, biarkan istrimu duduk di belakangku selama balapan."Jordan menepuk kursi belakang motornya sambil menatap Jihan dengan provokatif."Jangan keterlaluan kamu, Jordan!"Urat di punggung tangan Jihan yang terkepal tampak menonjol. Rasanya dia ingin langsung menghajar Jordan."Kalau gitu jangan diubah!"Untuk apa diubah? Pokoknya, Jordan akan menang dan akan mendapatkan taruhannya.Wina tahu bahwa taruhan yang Jordan ajukan, mau menang atau kalah, sama-sama membuat Jihan jijik.Strategi paling aman adalah seperti yang disarankan oleh Jihan, yaitu mengubah taruhan apabila dia menang terlebih dahulu.Dengan begitu, nanti setelah Jihan menang, Wina tidak perlu mencium Jordan dan Jihan juga tidak usah meniduri orang lain.Jihan pasti yakin akan menang, itu sebabnya dia mengusulkan seperti itu. Tidak disangka Jordan
Dor!Begitu suara tembakan terdengar, kedua motor itu langsung melesat ....Sebuah pamflet terbang keluar dari motor yang dikemudikan oleh Jihan. Farrel melangkah maju untuk mengambil pamflet tersebut.Begitu membuka dan melihat isinya ...."Wah, sialan! Ini 'kan panduan mengemudikan motor!"Saat melihat Jihan bisa mengendarai motor barusan, Farrel pikir pria itu selama ini memang diam-diam suka mengendarai motor. Ternyata Jihan baru mempelajari caranya!Jihan memang berbakat sekali!Sementara itu, Wina awalnya mencengkeram ujung pakaian Jordan. Namun, begitu menyadari tubuhnya nyaris terlempar, dia akhirnya mencengkeram kerah belakang Jordan.Motor itu melaju dengan sangat cepat. Wina menarik kerah Jordan ke belakang dengan begitu keras sampai-sampai Jordan tidak bisa mengendarai motor dengan baik dan bola matanya berputar ke atas ...."Sialan ... bisa lepas nggak! Kalau begini yang ada aku mati dicekik olehmu!"Wina takut tubuhnya terlempar, jadi dia tetap menarik kerah belakang Jord
Jordan menatap Jihan yang berjalan ke arahnya tanpa ekspresi, lalu berpikir sejenak dan segera memutar motornya kembali ke jalan pegunungan.Putar balik yang mendadak ini membuat Wina nyaris terlempar dari atas motor. Wina baru bisa duduk tegak lagi dengan mencengkeram erat pakaian Jordan."Hei, ini curang, Jordan!"Deru angin mengantarkan suara Wina yang marah ke telinga Jordan."Siapa suruh kamu curang duluan!"Jordan bahkan lebih marah daripada Wina, dia menoleh dan menatap wanita itu dengan tajam."Aku pasti bakal menang kalau bukan karena kamu mencekik dan menggelitiku!""..."Wina menelan air ludahnya dengan kikuk, lalu menggertakkan giginya dan berbalik menantang."Siapa suruh kamu memintaku duduk di belakang!""..."Jordan marah sekali, tetapi dia tidak bisa membantah ucapan Wina.Harus dia akui, Wina memang benar. Tidak seharusnya Jordan meminta wanita itu duduk di belakangnya!Meskipun begitu, tetap saja Jihan tidak menang balapan dengan adil. Pria itu 'kan memanfaatkan andil
Jihan meninju wajah Jordan dengan sekuat tenaga sampai-sampai bekas pukulannya tercetak jelas membentuk rona kemerahan di wajah Jordan.Jordan yang terkapar ke atas tanah pun sontak tertegun, lalu menatap Jihan yang bertubuh tinggi tegap itu dengan wajah membengkak merah.Sial, ini pertama kalinya Jordan dipukul oleh lawannya. Rasanya tidak seperti habis berkelahi, melainkan dihajar satu pihak oleh pria dewasa.Bagaimana ya menjelaskannya? Ah ya, rasanya seperti dididik oleh kakak atau ayah sendiri! Benar-benar tidak menyenangkan!Jordan merasa sangat malu sehingga dia berbalik dan memperhatikan sekeliling untuk melihat apa ada yang melihat kejadian ini ....Belum sempat dia memperhatikan dengan saksama, Jihan sudah meninju wajahnya lagi dengan kencang ....Jihan sama sekali tidak memberikan Jordan kesempatan untuk menarik napas sejenak. Dua tinju berturut-turut Jihan itu membuat Jordan merasa pusing.Selain itu, kenapa Jihan hanya memukul bagian kanan wajah Jordan? Memangnya tidak bis
Begitu pikiran ini terlintas dalam benaknya, Jordan segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Jodie.Jodie yang sedang bergegas ke klub Sara pun mengangkat telepon Jordan dengan ekspresi tidak sabar."Ada apa?""Kak, bukannya Kakak lagi mencari Vera? Tolong kirimkan fotonya kepadaku kalau ada."Jodie memegang foto Vera dan dengan saksama mengingat-ingat setiap fitur wajah Vera."Kamu ingin fotonya untuk apa?"Jordan menatap Wina yang berjalan menjauh bersama suaminya."Aku ketemu orang yang kelihatannya familier, jadi aku ingin cari tahu apakah dia orang yang Kakak cari atau bukan."Jodie segera menutup telepon, lalu memotret foto Vera dan mengirimkannya ke Jordan.Setelah Jordan menerima foto itu, dia memperbesar dan mengamatinya dengan cermat. Wina tampak mirip dengan Vera di foto itu.Namun, mereka hanya sekadar mirip. Wina bukan Vera, itu berarti Wina bukanlah putri bibinya dan juga bukan orang yang dicari Jodie ....Akan tetapi, Jordan ingat ayahnya pernah bilang bahwa saat bibi
Setelah beberapa ronde, Sara baru menyadari bahwa Sandy belum pernah ke tempat hiburan. Dia bahkan tidak tahu cara bermain kartu.Sara menatap Sandy sambil bertanya, "Kak Sandy, kamu nggak pernah merokok, minum atau bermain, ya?"Sandy yang tidak tahu cara bermain pun tersenyum dengan kikuk. "Ya, aku nggak pernah merokok, minum atau main kayak gini."Sandy sangat bertolak belakang dengan Jefri. Pria ini benar-benar cocok dijadikan seorang pacar karena masih polos dan lugu.Masalahnya, rasanya tidak adil memacari orang sebaik Sandy hanya karena Sara sedang marah dengan Jefri ....Sandy menatap Sara yang sedang melamun dengan sorot tatapan yang penuh kasih sayang, "Kamu lagi mikirin apa?"Sara menggelengkan kepalanya dan menunduk menatap kartu di tangannya. Poninya pun jatuh sehingga menutupi pandangannya.Saat Sara hendak membetulkannya, sebuah tangan ramping mendahuluinya dan menyematkan poni Sara ke belakang telinganya.Sara sontak tertegun merasakan sentuhan lembut Sandy di pipi dan
"Tu ... Tuan Jodie kenapa ada di sini?"Jodie memang tampan, tetapi sangat mudah terhasut emosi.Terakhir kali pria itu datang ke sini untuk menanyakan keberadaan Vera, Sara sangat ketakutan sampai-sampai tidak berani berbicara.Meskipun begitu, demi melindungi Wina, Sara berbohong kepada Jodie dan mengatakan bahwa Vera telah pergi ke Britton.Sekian lama sudah berlalu, tetapi sekarang Jodie datang lagi kepadanya. Dari sorot tatapan Jodie yang tajam menusuk, Sara takut pria itu sudah tahu Sara membohonginya.Sementara otak Sara segera memikirkan alasan kenapa Jodie datang ke sini, dia menatap Jodie sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.Orang bilang jangan memukul mereka yang tersenyum kepada kita. Saat menghadapi orang yang pemarah, justru kita harus bersikap selembut mungkin."Pertanyaanku masih sama, di mana Vera?"Jodie memasukkan satu tangan ke dalam sakunya dan berdiri di depan Sara. Karena dia lebih tinggi, jadi dia harus menunduk menatap Sara.Untung saja sebelum keluar
Mata Jodie yang menyalang marah membuat Sara ketakutan.Kenapa emosi orang satu ini cepat berubah? Kenapa dia langsung memperlakukan Sara dengan kasar padahal Sara sudah menjawab baik-baik?"Dia dikubur di kuburan Keluarga Chris di Britton ...."Sara takut jika dia memberi tahu tentang kuburan Keluarga Chris, Jodie akan langsung mengetahui bahwa Vera sudah lama meninggal.Namun, jika dipikir-pikir lagi, sepertinya Jodie tidak sesabar itu mencari tahu kapan Vera meninggal.Jodie pasti bertanya tentang lokasi kuburan Vera untuk memastikan apakah Vera memang sudah tiada.Kapan meninggalnya tidak perlu dipertanyakan. Intinya Vera sudah tiada, jadi buat apa juga bertanya kapan?Selama Jodie tidak menyelidiki kapan Vera meninggal, dia tidak akan mencurigai Wina yang menggunakan identitas Vera.Jika Jodie tidak dapat menemukan Wina, lebih baik memberi tahu Jodie sekalian di mana Vera dimakamkan.Dengan begini, Jodie pasti tidak akan menemui Sara lagi karena sudah memastikan kematian Vera."Ke