Begitu berjalan masuk, Sara langsung menyapa dengan gembira, "Wina!"Wina refleks mendongak saat mendengar suara yang sudah lama tidak dia dengar itu dan melihat Sara sedang berjalan masuk.Wina langsung meletakkan bukunya dan berlari menghampiri Sara dengan gembira."Sara!"Wina pun memeluk Sara dengan bahagia karena sudah lama mereka tidak bertemu. "Gimana kabarmu selama enam bulan ini?"Saudara tidak perlu saling berkata-kata, satu pelukan saja sudah membuat Sara tersenyum gembira. "Aku baik-baik saja, hidupku masih sama kayak biasanya yang sibuk mencari uang dengan menjalankan klub."Sara pun melepaskan pelukannya dengan Wina, lalu memegang bahu Wina dan memperhatikan wanita itu dengan saksama. Sara menyadari tubuh Wina yang jauh lebih kurus dari sebelumnya dan tersenyum dengan pedih. "Kamu kurusan banget. Kamu pasti hidup sengsara selama enam bulan ini, ya?"Wina takut Sara akan khawatir, jadi dia sengaja berkelit, "Ya, tapi aku bisa melewatinya kok."Tentu saja Sara bisa menebak
Tenggorokan Jefri sontak terasa tercekat. Hatinya terasa getir dan pedih, tetapi dia tetap bertanya balik dengan ekspresi tenang, "Kamu mau kencan buta? Dengan siapa?"Sara tidak menjawab pertanyaan itu dan menatap Jihan dengan sopan. "Tuan Jihan, aku nggak akan mengajak Wina pulang. Dia lebih aman tinggal di sini bersamamu ...."Jihan pun mengangguk, yang penting tujuannya tercapai. Jihan mengalihkan pandangannya kepada Wina sambil berkata, "Kalian ngobrol saja dulu."Dia merapikan laptopnya, lalu bangkit berdiri dan berjalan melewati para pelayannya sambil memerintahkan dengan dingin, "Jamu teman Nyonya dengan baik."Istilah "Nyonya" yang Jihan gunakan sontak membuat Wina merasa aman sekaligus memenangkan hati Sara.Walaupun mereka belum menikah, Jihan sudah menganggap Wina sebagai istrinya. Itu berarti para pelayan juga akan memperlakukan Wina sebagaimana semestinya.Sara benar-benar tidak bisa menemukan cela dalam tindakan Jihan.Apalagi karena Sara sudah melihat sendiri bagaimana
Sara pun menghela napas dan memberi tahu Wina dengan nada yang terdengar sangat serius, "Demi bisa kabur dari penjara yang dibangun Yuno untuknya, Lilia pun melompat turun sehingga kakinya patah. Kalau bukan karena Jihan yang mengutus Daris untuk balas dendam, mereka pasti nggak akan menemukan Lilia yang tergeletak di atas rumput. Lilia juga menghabiskan berbulan-bulan di rumah sakit untuk bisa pulih."Wina langsung bertanya dengan cemas apakah cedera Lilia serius atau tidak. "Untungnya, dia sudah sembuh," jawab Sara. "Mungkin ke depannya dia akan sedikit kesulitan untuk berjalan, tapi dia nggak akan pincang. Cuma ... sejak saat itu, dia nggak bisa lagi pakai sepatu hak tinggi ...."Selama ini, Wina selalu melihat Lilia mengenakan sepatu hak tinggi. Wanita itu terlihat menawan, percaya diri dan memesona. Tidak bisa menggunakan sepatu hak tinggi lagi sama saja dengan merusak kepercayaan diri Lilia. Wina jadi merasa agak tidak terima. "Terus, gimana dengan nasib Yuno si bajingan itu?""K
Jefri hendak berpamitan kepada Jihan, tetapi kakaknya itu tiba-tiba memanggil Sara, "Nona Sara, tunggu sebentar."Sara pun berhenti melangkah dan menoleh. "Ya, Tuan Jihan?"Jihan berjalan ke luar vila dan mengisyaratkan Sara untuk mengikutinya. "Kita bicara sebentar."Sara mengangguk dan berjalan keluar. Mereka berbicara sebentar di luar, lalu Sara berjalan pergi.Sebelum Jihan memasuki vila, Jefri menoleh ke Wina dan berkata, "Kak Wina, kamu suka barang apa?"Wina masih merasa agak canggung dengan cara Jefri memanggilnya. Dia sontak tertegun, lalu menyadari maksud tersirat dalam ucapan Jefri. Wina pun balik bertanya, "Kamu mau apa?"Jefri menunjuk Sara yang berada di luar jendela, lalu berujar meminta tolong kepada Wina, "Tolong bantu aku tanyakan kepadanya dengan siapa dia akan menjalani kencan buta. Nanti kubelikan apa pun yang kamu inginkan."Wina berdiri di depan meja makan sambil menatap Jefri. "Kamu menganggap Sara serius nggak?""Apanya yang menganggap serius?" tanya Jefri deng
Setelah melepaskan Wina, Jihan pun berkata sambil mengelus wajah Wina yang tampak merah padam, "Wina, aku pergi dulu sore ini."Jantung Wina seolah berhenti selama sepersekian detik. "Kamu mau ke mana?""Cuma urusan perusahaan kok, tenang saja," jawab Jihan sambil mencium kening Wina lagi.Wina balas mengangguk dengan lega, lalu Jihan mengajaknya duduk di meja makan.Jihan menyuapi Wina memakan banyak menu bergizi, lalu mengeluarkan ponselnya dan menelepon Daris. Jihan menyuruh Daris untuk menugaskan pengawal yang akan senantiasa melindungi Wina.Begitu menerima telepon itu, Daris yang sedang merawat Lilia di rumah sakit pun langsung menyerahkan mangkuk buburnya kepada perawat. Dia bangkit berdiri, lalu menuju rumah Keluarga Lionel.Karena sudah ada Daris dan sekelompok pengawal di sekitar Wina, Jihan pun meninggalkan vila dan menuju ke tempat dia akan melamar ....Sementara itu, Jefri merasa kesal karena dia merusak kencan buta Sara dan akhirnya diomeli Sara habis-habisan.Meskipun be
Sara mengendarai mobilnya ke pantai, sementara Wina duduk di sebelahnya. Wina memandangi laut di luar jendela sana dan teringat bahwa Jihan pernah membawanya ke tempat ini.Malam itu, Jihan mengira Wina tidur dengan Rian. Jihan mengirimkan ribuan pesan dan menelepon ratusan kali sebagai Tuan Malam, tetapi Wina tidak menggubrisnya. Pada akhirnya, Jihan mengendarai mobil Bugatti-nya dan mencegat Wina, lalu membawa Wina ke pantai ini.Saat itu, Jihan meletakkan satu tangannya di jendela mobil sambil memeluk WIna. Dia berulang kali mencari tahu berapa kali Wina sudah tidur dengan Rian, mencari tahu apakah Wina menyukainya, bahkan menawarkan imbalan senilai dua triliun asalkan Wina bersedia berhenti menyukai Rian. Di sisi lain, Wina menunggu ungkapan cinta pria itu untuknya.Waktu itu, baik Jihan dan Wina mungkin sama sekali tidak menyangka suatu saat nanti Jihan akan melamar Wina.Sara pun menghentikan mobilnya di depan ruang pameran berbentuk persegi. "Kita sampai, Wina. Makan malamnya di
Tiba-tiba, galaksi itu menghilang dan digantikan dengan ribuan mawar yang menutupi lantai.Galaksi yang awalnya berada di bawah kaki Wina pun berpindah ke atas kepala dengan sangat cepat ....Wina pun refleks menengadah untuk menatap galaksi itu, tetapi tiba-tiba aurora yang berwarna kehijauan pun muncul di dinding sekitar Aula Jihan-Wina ....Jantung Wina sontak berdebar. Itu ... aurora buatan.Ternyata Jihan tidak pernah lupa bahwa Wina ingin melihat aurora ....Karena mereka tidak jadi pergi ke Finola, Jihan memutuskan untuk membuatkan aurora bagi Wina. Dengan begini, aurora ini akan selamanya menjadi milik Wina. Wina bisa menontonnya selama yang dia mau.Wina yang mengerti maksud hati Jihan pun merasa begitu bahagia dan terharu sampai-sampai matanya berkaca-kaca menahan tangis.Saat Wina sedang memperhatikan pemandangan yang menakjubkan ini, seorang pria berjas putih pun berjalan perlahan menghampirinya ....Cahaya redup yang ada di sekeliling membuat pria itu tampak begitu tampan
Wina menunjuk kotak cincin berlian itu sambil bertanya, "Bukannya kamu sudah menyiapkan pernyataan ungkapan cintamu?"Jefri dan para anggota Keluarga Lionel yang bersembunyi di sudut ruangan pun sontak tertawa terbahak-bahak ....Wina langsung tertegun. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, tetapi tidak melihat siapa-siapa. Tepat pada saat itu, Jihan pun menggenggam tangan Wina.Jihan membuka bibir tipisnya dan berulang kali mencoba menyampaikan ungkapan cintanya, tetapi tidak bisa. Pada akhirnya, Jihan pun bertanya dengan cemas, "Kamu mau menikah denganku atau nggak?"Wina tahu betul Jihan mungkin akan mati cemas jika dia menjawab tidak mau, jadi dia segera tersenyum pada Jihan sambil mengangguk. "Mau!"Memangnya Wina akan menikah dengan siapa lagi jika bukan dengan Jihan? Semenjak Wina menjual dirinya kepada Jihan, dia dan Jihan sudah ditakdirkan bersama. Mereka sudah ditakdirkan untuk menikah dan tidak ada yang bisa mengubah hal ini.Kata setuju dari Wina membuat ekspresi cema