Pengawal itu pun bangkit berdiri, lalu menatap Olivia dengan dingin. Olivia yang sedang terbaring di atas lantai itu sedang menekan pergelangan tangannya yang berdarah dengan tangannya yang satu lagi.Olivia sama sekali tidak menyangka Jihan sepintar dan sekeji ini!Dia terlalu terburu-buru. Olivia mengira bisa mengambil hati Jihan dengan memberikan pria itu perhatian di saat pria itu sedang patah hati, tetapi ternyata dugaannya itu keliru ....Olivia diam-diam menyesali keputusannya, dia menatap pergelangan tangannya yang terus mengucurkan darah dengan gelisah.Mau mati sekarang ataupun nanti sama saja buruknya.Masalahnya, Olivia tidak punya pilihan lain sekarang. Lebih baik dia menunda kematiannya selagi masih memiliki kesempatan untuk mencari cara kabur.Jadi ...."Oke, oke, aku akan mengaku!""Tapi, panggilkan dokter untuk mengobatiku dulu!" kata Olivia sambil menengadah menatap pengawal itu."Kamu nggak berhak tawar-menawar dengan kami!" sahut si pengawal sambil menatap Olivia de
Di rumah sakit."Seret dia keluar!"Zeno sontak gemetar mendengar suara Jihan yang begitu dingin. Sepertinya, kali ini Jihan akan turun tangan sendiri.Zeno pun pergi ke kamar mandi, lalu mencengkeram tangan Olivia yang patah dan menyeret wanita itu ke hadapan Jihan.Olivia menutupi pergelangan tangannya yang sudah berhenti mengeluarkan darah dengan gemetar, lalu menatap Jihan yang auranya sudah terasa haus darah dengan ketakutan.Jihan duduk di atas sofa dan menatap Olivia seolah-olah kematian wanita itu sudah pasti, lalu membuka telapak tangannya.Zeno yang berdiri di belakang Jihan langsung mengeluarkan sebilah pisau emas dan meletakkan pisau itu di atas tangan Jihan.Jihan mengetuk-ngetuk setumpuk uang dolar yang diletakkan di atas meja kaca dengan ujung pisaunya."Nih, 50 juta dolar. Ini biaya jasamu memperbaiki kulit punggung Wina. Utangku sudah lunas."Olivia melirik semua uang itu, matanya yang semula tampak ketakutan pun melebar dengan penuh harap. Karena Jihan sudah berbaik h
Sorot tatapan Jihan tampak lebih tajam karena dia tahu Wina terluka.Hati Wina penuh luka berkat perbuatan Jihan sebelumnya, tetapi Jihan belum sempat menyembuhkannya. Mana mungkin Wina akan percaya padanya?Alih-alih menjawab perkataan Olivia, Jihan hanya menatap Olivia dengan dingin sambil mencengkeram pisaunya dan menarik tangan Olivia yang satu lagi ....Olivia menyadari bahwa Jihan tidak akan melepaskannya, jadi dia berkata dengan marah, "Gara-gara kamu! Kamu melihatnya, tapi kamu juga yang bersikap begitu dingin kepada Wina! Itu sebabnya hati Wina jadi mati rasa terhadapmu! Ini bukan salahku!"Ekspresi Jihan sontak terlihat kaku. Kapan Olivia melihat Jihan memperlakukan Wina dengan begitu acuh tak acuh?Jihan menatap Olivia dengan tajam, lalu mengangkat pisau yang dia pegang dan menghunuskannya ke ujung jemari Olivia."Bicara yang jelas!"Olivia menolak langsung mengakui karena merasa ini adalah cara untuk menyelamatkan hidupnya."Aku baru akan memberitahumu kalau kamu melepaskan
Valeria pun melanjutkan, "Tapi, Nona Wina masih memberanikan diri. Setelah berdiri mengamati, dia memutuskan untuk datang langsung ke restoran demi menemuimu. Aku yakin dia berniat bertanya langsung kepadamu, tapi satpam restoran melarangnya masuk.""Itu salahku. Aku takut ada yang menguping, jadi aku sengaja memesan satu restoran. Aku juga takut orang-orang dari organisasi akan menghampiriku, jadi aku menyuruh satpam untuk meminta siapa pun yang datang menunjukkan kartu undangannya. Kamu tahu 'kan kartu undangan itu sebenarnya adalah kata sandi organisasi ...."Setelah itu, rekaman kamera pengawas segera beralih ke adegan di mana Olivia menghentikan Wina untuk mengetuk kaca. Valeria pun menoleh ke arah Olivia dan menampar wanita itu lagi."Jelas-jelas kamu tahu restoran itu menggunakan kaca LOW-E, tapi kamu malah nggak memberi tahu Nona Wina dan menghentikannya! Dasar jalang!"Olivia sampai tidak sanggup melawan setelah babak belur dipukuli, dia hanya tergeletak di atas lantai. Rasa s
Jihan sontak teringat saat Wina pergi ke ruang kerjanya untuk mencari peralatan menggambar. Waktu itu Wina pasti sudah menemukan barang-barangnya yang dicuri. Wina berpura-pura tidak tahu karena memang ingin bersama dengan Jihan ....Akan tetapi, setelah Jihan menghancurkan hati Wina untuk kedua kalinya, Wina mengambil barang-barang itu untuk mengakhiri hubungan mereka.Sayangnya, Jihan sama sekali tidak terpikirkan hal ini. Pernyataan Wina yang mengatakan bahwa momen mereka bersama itu hanya untuk bersenang-senang membuat Jihan tidak bisa berpikir dengan jernih. Dia langsung mengurung dan memaksa Wina melayaninya agar Wina hamil.Wina yang sudah terluka pasti akan merasa makin kecewa dengan sikap Jihan. Itu sebabnya Wina bahkan tidak ingin mengucapkan sepatah kata pun kepada Jihan ....Jihan memang bodoh sekali. Setiap kali bersinggungan dengan sesuatu yang berkaitan dengan Wina, akal sehat Jihan pasti langsung hilang. Jihan jadi kehilangan rasionalitas dan ketenangannya.Jihan melemp
Maksud ucapan Jihan adalah jangan sampai Valeria ikut campur.Benar juga. Hubungan asmara itu hanya melibatkan dua insan. Adanya kesalahpahaman apa pun akan lebih baik diselesaikan sendiri oleh mereka yang bersangkutan.Meskipun begitu, Valeria masih agak khawatir dan takut Jihan akan membeberkan tentang organisasi dan identitasnya saat menjelaskan kepada Wina.Setelah berpikir sebentar, Valeria pun berbalik badan dan berujar mengingatkan Jihan."Tuan Jihan, identitasmu akan memengaruhi kehidupan semua orang di Organisasi Shallon. Silakan saja kalau Tuan Jihan mau menjelaskan kepadanya, tapi nggak boleh sampai membongkar identitasmu ...."Jihan pun menengadah menatap Valeria dengan dingin dan tajam."Aku percaya padanya."Jihan memang berniat menceritakan segalanya kepada Wina.Dengan begini, Wina tidak akan salah paham lagi seandainya suatu saat nanti Jihan harus menjalankan misi dari organisasi.Betapa Valeria ingin sekali mengomeli dan memaki-maki Jihan yang sudah menjadi budak cint
Di sisi lain, Jerome sedang mempelajari soal pemancar. Begitu mendengar ponselnya berdering, dia melepas sarung tangannya dan mengeluarkan ponselnya dari saku pakaian kerjanya.Begitu melihat Jihan yang meneleponnya, Jerome langsung berjalan keluar untuk mengangkat telepon itu. "Ya ampun, Kak Jihan, akhirnya ponsel Kakak nyala juga! Kakak tahu nggak Jefri sudah membuat Grup Lionel jadi berantakan? Kami rasanya hampir gila mengurusi ulahnya, Kakak ....""Cepat datang ke Walston dan ambil alih proyek NASA-ku," sela Jihan.Jerome sontak tertegun, dia mengira salah dengar. Jerome pun bertanya, "Loh? Kenapa?"Awalnya, Jerome-lah yang ditugaskan sebagai penanggung jawab proyek NASA. Jika sekarang Jihan mengembalikan proyek itu ke tangan Jerome, pasti karena terjadi sesuatu yang gawat di sana.Apa jangan-jangan Jefri menjual Grup Lionel?Alih-alih menjelaskan, Jihan hanya memerintahkan adiknya, "Cepat ke sini."Lalu, Jihan menutup telepon dan menatap Zeno. "Siapkan pesawat, kita segera berang
Reo langsung jatuh cinta pada Lilia begitu melihat Lilia memberikan kuliah saat Reo masih kuliah kedokteran.Reo mati-matian mengasah kemampuan dan ilmunya di bidang pengobatan demi memantaskan diri menjadi pasangan Lilia. Dia juga baru berani mengutarakan perasaannya kepada Lilia setelah meraih beberapa prestasi di bidang medis belakangan ini.Akan tetapi, Lilia selalu saja menolak perasaan Reo. Sampai sekarang, Reo belum tahu kenapa Lilia terus menolaknya.Ternyata ini semua karena Lilia pernah terluka. Tanpa perlu bertanya pun Reo sudah tahu bahwa luka di hati Lilia disebabkan oleh cinta.Namun, itu tidak jadi masalah bagi Reo. Karena hanya Lilia yang dia suka.Itu sebabnya Reo tidak akan peduli masa lalu seperti apa yang Lilia miliki. Dia akan selalu menerimanya ....Lilia hendak menolak perasaan Reo lagi, tetapi tiba-tiba pinggangnya dirangkul seseorang."Wah, Dokter Reo boleh juga. Siapa sangka kamu ternyata menyukai wanita yang menjadi rekan bersenang-senangku."Begitu mendengar
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je