Wina merasa ada maksud tersirat di balik ucapan Alvin.Namun, dia tidak mau repot-repot bertanya. Alvin juga tidak mungkin mau menjelaskan.Alvin sama sekali tidak berniat bicara banyak pada Wina. Setelah berujar mengingatkan seperti itu, Alvin menegakkan tubuhnya, lalu berbalik badan dan berjalan pergi.Saat melihat mobil mewah itu melaju pergi, Wina pun menghela napas lega.Dia tahu Alvin akan kembali, tetapi setidaknya untuk saat ini dia mendapatkan kebebasan.Namun, saat teringat akan enam triliun itu, tubuh Wina kembali menegang.Wina berjongkok dalam kondisi dilema. Tepat pada saat itu, Sara meneleponnya dan bertanya kenapa Wina belum datang.Wina mengenyahkan pikirannya yang terasa kacau, lalu mengatakan akan segera ke sana dan bergegas pergi ke vila Sara.Sara takut Wina melewatkan makan siang, jadi dia sengaja menyiapkan banyak makanan. Sara menata semua makanan itu di sebuah taman kecil.Begitu melihat Wina turun dari mobil di kejauhan sana, Sara segera memanggil Wina, "Sini,
Pria anggun yang duduk di atas kursi roda itu pun menoleh. Begitu melihat Sara, wajahnya yang tampan langsung dihiasi senyuman."Kak Sara ...."Saat mendengar panggilan yang tidak asing itu, Sara langsung menjadi yakin bahwa orang di hadapannya memang benar adalah Ivan. Pemuda yang sejak kecil sudah Sara anggap sebagai adik kandungnya sendiri.Air mata Sara langsung bergulir turun. Sara berjalan menghampiri Ivan sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi, lalu mengumpat sambil menangis."Dasar bajingan! Bisa-bisanya kamu masih hidup, tapi nggak menyuruh orang untuk memberitahuku!""Setiap hari aku pergi ke kuil untuk berdoa semoga kedua saudaraku bisa kembali!""Kamu tahu nggak lututku sampai bengkak karena kebanyakan berlutut? Mataku juga bengkak karena kebanyakan nangis sampai-sampai nyaris nggak bisa melihat ...."Wina jadi ikut berkaca-kaca mendengar perkataan Sara. Sara sudah melakukan begitu banyak hal demi mereka. Sepertinya, seumur hidup saja tidak cukup untuk membalas kebaikan ha
"Ivan, waktu kecil 'kan kita sudah janji akan hidup bersama kalau sudah besar. Karena kamu dan Wina sudah kembali, ayo tinggal bersamaku."Sara membeli vila itu bukan semata-mata karena dalam mimpinya Wina mengatakan bahwa dia akan membangun rumah di alam baka sebagai tempat tinggal akhiratnya bersama dengan Ivan dan Sara, tetapi juga karena Sara masih ingat janji masa kecil mereka.Apalagi setelah melalui berbagai macam perpisahan dan perubahan kisah hidup. Tentu saja sebagai saudara, mereka harus tinggal bersama dan saling menyayangi satu sama lain.Akan tetapi, Jesse langsung menyela, "Nggak boleh, Tuan Ivan harus tetap di sini. Di luar itu bahaya."Sara sontak tertegun, lalu langsung mengerti.Walaupun status Rian sudah meninggal, itu tidak berarti dia aman.Jika Keluarga Gerad sampai tahu bahwa Ivan masih hidup, mungkin Ivan akan mati.Sepertinya, sekarang mereka tidak bisa lagi hidup sebebas zaman muda dulu.Seiring bertumbuh dewasa, Sara, Wina dan Ivan menempuh jalan hidup masin
Ivan tersenyum dengan getir. Mana mungkin memberikan hadiah mewah bisa melunasi utang nyawanya?Ivan pun menengadah menatap Wina yang berdiri di samping dengan mata yang tampak memerah ....Ivan tahu betul bahwa sedari awal hanya Wina yang Jihan inginkan.Di sisi lain, Ivan juga hanya menginginkan Wina. Apa yang harus dia lakukan seandainya dia memilih untuk melepaskan Wina ....Setelah mengendalikan perasaan bersalahnya, Wina pun berkata kepada Ivan, "Aku sudah janji akan menjagamu selamanya, Ivan. Kamu nggak usah terlalu mikirin. Aku 'kan bukan tipe orang yang ingkar janji ...."Sara menatap Wina dengan kaget, dia tidak menyangka Wina akan berjanji seperti itu kepada Ivan ....Jemari ramping Ivan pun menekan-nekan kakinya yang tidak responsif itu. Rasa putus asa yang menyerang batin Ivan terasa begitu menyiksa.Ivan pun menoleh menatap Jesse, lalu berkata, "Aku capek, dorong aku masuk ...."Jesse merasa ucapannya barusan menyebabkan suasana kikuk di antara Wina, Sara dan Ivan, tetapi
Wina menatap pemandangan itu, sorot matanya terlihat bernostalgia.Dia jadi teringat bagaimana dulu, Jihan juga berlalu pergi dari hadapan Wina sambil memegang tangan Winata.Saat itu saja Wina sudah tidak berhak berkomentar apa-apa, apalagi sekarang.Hubungan mereka sudah usai. Wina tidak lagi ada hubungannya dengan siapa pun yang menjadi kekasih Jihan ....Sara memperhatikan Jihan dan wanita itu masuk ke dalam mobil mewah yang sudah terparkir, lalu menoleh menatap Wina.Begitu melihat ekspresi Wina saat ini sudah berubah menjadi datar, Sara langsung mengerti apa yang Wina pikirkan."Wina, mereka 'kan cuma pegangan tangan, bukan yang gimana-gimana. Jangan salah paham dulu ....""Dia juga nggak melihatmu. Kalau dia lihat, dia pasti nggak akan membiarkan wanita itu mendekat ...."Sebagai seorang kakak, tentu saja Sara akan secara otomatis lebih memihak kepada Ivan.Namun, seandainya Wina masih mencintai Jihan, Sara tidak mau Wina sampai bersusah hati karena semua ini.Wina pun menatap S
Leona menyentuh kukunya yang baru saja dimanikur, lalu menjawab, "Kamu nggak usah pusing dengan pernikahan Aulia, masalah pernikahanmu justru lebih penting. Lagian, reputasimu nggak begitu bagus. Banyak keluarga terkenal di luar sana yang nggak bersedia menjadikanmu menantu mereka ...."Jefri berkata dalam hati bahwa dia belum mau menikah, tetapi dia tetap menyahut dengan ekspresi tenang, "Kalau gitu, ya nggak usah diburu-buru. Pelan-pelan saja, Kak ...."Leona tahu Jefri menolak karena masih belum puas bersenang-senang, jadi dia tidak mengacuhkan adiknya itu dan kembali fokus pada Jihan. "Kalau kamu?"Jihan yang sedari tadi memandang pemandangan di luar jendela pun menjawab pertanyaan Leona dengan ekspresi yang terlihat sangat cuek, "Nggak usah pikirin soal aku.""Jihan, jangan bilang kamu mau membujang selamanya?" tanya Leona dengan ekspresi putus asa.Leona baru tahu tentang kejadian yang Jihan alami saat tahun ini pulang ke tanah air.Dia benar-benar tidak menyangka bahwa Jihan yan
Silsilah keluarga Jefri bisa dibilang rumit, tetapi sebenarnya tidak juga.Hugo Lionel memiliki lima saudara laki-laki. Total anak dari kelima saudara ini adalah sembilan orang.Ryder Lionel dan Jihan lahir dari anak pertama, sedangkan Leona lahir dari anak kedua.Karena Leona dan Ryder seumuran, jadi mereka menjadi yang paling tua di antara sepupu-sepupu lainnya.Jerome dan Jun lahir dari anak ketiga, Jonas dan Dion lahir dari anak keempat, sedangkan Jefri dan Aulia lahir dari anak bungsu ....Karena sebagian besar cucu di Keluarga Lionel adalah laki-laki, Aulia yang merupakan cucu kedelapan pun menjadi kesayangan keluarga.Itu sebabnya semua orang sangat memikirkan pernikahan Aulia, mereka tidak mau Aulia sampai menikah dengan orang yang salah. Sejak tiga empat tahun yang lalu, mereka mulai memilah-milah calon suami Aulia.Awalnya, Keluarga Gerad terpilih. Sayangnya, Rian menolak, sehingga perjodohan pun dibatalkan. Karena sekarang Aulia sudah pulang dari studinya, tentu mereka harus
Mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dan mengobrol sambil tertawa, lalu berangkat menuju kuil yang sering dikunjungi Sara.Begitu tiba di kaki gunung, mereka bisa langsung mendengar bunyi bel yang terdengar jauh, tetapi nyaring. Mereka juga bisa mendengar lantunan lagu doa.Suara-suara seperti ini terdengar begitu menentramkan, rasanya semua beban yang menumpuk jadi terangkat.Wina pun berjalan mengikuti Sara memasuki area kuil dengan sopan sambil membawa buah-buahan yang mereka beli.Begitu masuk ke dalam kuil, air mata Wina perlahan-lahan mengalir turun.Sepertinya, selama ini Wina tidak bisa melampiaskan semua rasa sakit yang menumpuk dalam hatinya. Barulah pada saat ini dia menemukan kedamaian ....Setelah mereka masuk, seorang biksu pun menuntun mereka untuk mempersembahkan dupa dan berdoa kepada yang di atas. Setelah itu, si biksu melempar undi ramalan dan Sara melaksanakan nazarnya dengan taat ....Setelah itu, si biksu memperhatikan tanda tangan Wina dan berujar mengingatkan
Lama sekali Jodie hanya tertegun setelah menerima berita kematian Wina, tetapi akhirnya bergegas dan mengantar kepergian Wina ke tempat peristirahatan terakhirnya. Setelah semua orang meninggalkan pemakaman, Jodie mengelus batu nisan Wina dengan penuh rindu."Wina."Jodie perlahan berjongkok sambil bertopang pada batu nisan Wina dan menatap wajah Wina dalam foto dengan matanya yang sudah menua ...."Nggak disangka, ya?""Ternyata begitu aku jatuh cinta, rasa cintaku bisa bertahan selama ini," gumam Jodie sambil mengangkat alisnya. "Aku saja nggak tahu kalau aku ternyata tipe orang yang sepenyayang ini."Jodie menatap foto itu dan tersenyum. "Sampai-sampai ... aku merasa nggak ada satu wanita lain pun yang menarik perhatianku. Tuh Wina, aku nggak kalah dari Jihan, 'kan?"Namun, yang menjawab Jodie adalah bunyi kepak sayap burung yang terbang di pemakaman. Setelah semua binatang itu pergi, yang tersisa hanyalah keheningan. Sama heningnya seperti rasa cinta yang selama ini Jodie pendam da
Sebelum kehidupan Wina berakhir, yang terlintas di benaknya adalah rasa cinta yang Jihan sembunyikan selama lima tahun itu ....Saat membalikkan tubuhnya dan bangun, Wina bisa melihat tubuhnya dipeluk dengan erat oleh sepasang lengan yang kuat dan bertenaga. Jika itu bukan cinta, lantas apa ....Wina juga bisa melihat suasana makan di akhir pekan itu dengan jelas. Jihan yang duduk di depannya sesekali melirik Wina melalui ekor matanya. Jika itu bukan karena Jihan sudah lama menyukainya waktu, lantas apa ....Apalagi setelah Jihan selesai melakukannya. Dia akan menggendong dan membiarkan Wina berbaring tengkurap, lalu mengusap-usap punggung Wina untuk menidurkannya seperti anak kecil ....Rasa cinta Jihan terwujud dalam hal-hal kecil. Mungkin sekilas tidak terlihat jelas cinta macam apa itu dan hanya Jihan sendiri yang tahu betapa dia menyayangi dan mencintai Wina ....Mata Wina tidak bisa lagi terbuka, rasanya jiwanya tersedot keluar. Dia tidak punya tenaga lagi untuk bangkit, dia juga
Wina mengelus bagian belakang kepala Delwyn, ekspresinya terlihat sangat tenang seolah-olah dia sudah berdamai dengan kenyataan. "Kapan kamu akan menikah?"Tubuh Delwyn sontak menegang, air mata menggenangi pelupuk matanya. Dia pun perlahan menengadah dan melepaskan Wina. "Ibu ... aku ... aku belum bertemu dengan gadis yang kusuka."Wina bisa melihat pantulan dirinya dari bola mata Delwyn, jadi dia menyentuh wajah putranya. "Kamu lihat sendiri betapa menderitanya ibumu tetap bertahan hidup. Masa kamu nggak mau membiarkan Ibu menyusul ayahmu?"Sewaktu kecil Delwyn dikekang oleh orang tuanya, tetapi sekarang setelah besar, giliran dia yang mengekang orang tuanya. Karena hanya pengekangan ini saja yang bisa mencegah Delwyn menjadi yatim piatu. Jadi ... biarkan Delwyn menjadi egois untuk kali ini saja ....Delwyn meraih lengan Wina dan memohon, "Ibu, tolong tunggu sebentar lagi. Aku akan menemukan gadis yang kusuka dan menikahinya, oke?"Wina tidak tega menyakiti hati putranya, jadi dia me
Demi putranya, Wina sama sekali tidak mengikuti Jihan. Namun, rambut Wina mendadak beruban dalam satu malam dan wajahnya seolah menua sepuluh tahun. Kerutannya sontak tampak lebih kentara, tatapan matanya selalu terlihat kosong.Di depan makam Jihan, Wina meminta Jihan untuk menunggunya. Sekarang Wina sudah punya anak, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu dengan asal. Nanti setelah putra mereka menikah, barulah Wina akan pergi menyusul Jihan. Jika Jihan ternyata tidak menunggunya, Wina akan menarik kembali janjinya tentang kehidupan selanjutnya sehingga mereka tidak akan pernah bertemu lagi ....Wina tidak menghadiri pemakaman Jihan. Itu sebabnya dia akhirnya terbangun, lalu berjalan ke makam Jihan dengan tubuh yang terhuyung-huyung. Tidak ada yang tahu tentang apa yang Wina katakan kepada Jihan, selain Delwyn yang memapah ibunya untuk menemui ayahnya ....Malam itu, Wina tiba-tiba pingsan di salju dan segera dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pertolongan pertama. Wina baru sadar s
Bulu mata Wina tampak bergetar. Dia mengangkat matanya yang terkesan kosong dan menatap ke kejauhan. "Nggak, aku nggak akan ke mana-mana. Kami akan tetap di sini sampai aku ikut mati beku. Nggak akan ada yang bisa memisahkan kami."Semua orang sontak merasa tercekat. Mereka semua bergegas membujuk Wina agar jangan melakukan hal bodoh, tetapi Wina tidak mengacuhkan semua omongan mereka. Dia hanya duduk diam di sana sambil memeluk Jihan, menunggu ajal menjemputnya.Delwyn akhirnya menggenggam tangan Wina dengan erat sehingga pandangan Wina beralih kepadanya. "Ibu, aku tahu betapa Ibu mencintai Ayah dan Ibu pasti sulit menerima kenyataan ini, tapi tolong jangan lakukan hal bodoh. Aku sudah kehilangan Ayah dan aku nggak bisa kalau harus kehilangan Ibu juga ...."Suara putranya membuat Wina akhirnya perlahan menatap Delwyn. Wina menyentuh wajah Delwyn yang tampak begitu mirip dengan Jihan, lalu tersenyum kecil dengan senang ...."Ibu sudah lama mempersiapkan diri untuk kematian ayahmu. Kare
Air mata Wina pun mendadak mengalir turun. Tidak ada tangisan yang memilukan hati, hanya keheningan dan bibir Wina yang terbuka. Wina ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya dia sudah mengatakan semua yang ingin dia katakan kepada Jihan. Pada akhirnya, Wina hanya menurunkan pandangannya menatap wajah Jihan yang sudah pucat itu ...."Bodoh. Mau seberapa banyak pun darahmu mengalir keluar, kamu tetap suamiku. Mana mungkin aku takut? Aku nggak takut. Kenapa kamu malah pergi ke tempat seperti ini sendirian?"Yang membuat Wina merasa begitu getir adalah karena dia tidak sempat berpamitan untuk terakhir kalinya. Namun, Jihan sama sekali tidak memikirkan rasa penyesalan Wina dan fokus ingin menyembunyikan kondisinya dari Wina ....Lantas, bagaimana jika ... Wina tidak mengenali tiruan Jihan? Apa itu berarti Wina tidak akan pernah menemukan tubuh Jihan? Apa itu berarti Jihan akan selamanya terkubur beku di bawah salju ....Jihan sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ajal menjemputn
Saat Delwyn meraih tangan Jihan dengan gemetar, Wina sontak menengadah seolah mendapatkan firasat. Dia melihat ke arah Delwyn sekilas, lalu bergegas merangkak menghampiri putranya dengan rambut acak-acakan seperti orang gila.Wina tetap tidak menangis. Dia bahkan menyentuh tangan yang kaku dan putih membeku itu dengan tatapan tegas, lalu menurunkan pandangannya yang bergetar dan menggali salju yang menutupi tubuh Jihan dengan tangannya yang sudah berdarah.Salju yang menumpuk di gunung lebih dalam, setiap lapisannya mengubur Jihan. Wina berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengeluarkan suaminya dari dalam salju, lalu akhirnya melihat wajah Jihan yang berlumuran darah. Tidak ada rona kemerahan apa pun di wajah yang tampan itu, hanya ada noda darah dan salju yang menghiasi ....Delwyn menatap sosok ayahnya dengan tidak percaya. Dia pun jatuh terduduk, hatinya terasa remuk redam. Langit seolah mendadak runtuh dan hanya ada kegelapan tak berujung yang menyelimuti ...."Delwyn.""Tolong Ibu,
Wina yang sedang mencari ke mana-mana sontak berhenti melangkah, rasanya dia seperti mendengar ada yang memanggil namanya. Wina pun menoleh dengan tatapan kosong, tetapi terlihat jelas hanya ada dia di sini.Wina berdiri dalam diam, lalu memegangi dadanya yang berdetak dengan begitu kuat. Tiba-tiba, hatinya terasa tersayat seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Saking sakitnya, Wina sampai membungkukkan tubuhnya. Akan tetapi, rasa sakit itu tidak kunjung hilang ....Firasatnya mengatakan bahwa sesuatu terjadi pada Jihan. Di saat Wina ingin kembali mencari Jihan, tiba-tiba sosok Jihan yang tampan muncul di hadapannya sambil membawa sebuket mawar."Sayang, kok kamu di sini? 'Kan sudah kubilang tunggu aku?"Begitu melihat Jihan tampak baik-baik saja, jantung Wina yang semula berdegap kencang mendadak menjadi tenang kembali.Wina langsung melempar payungnya dan melompat memeluk Jihan dengan gembira.Wina menghela napas lega saat merasakan hangat tubuh dan napas Jihan."Sayang, kamu tahu
Saat melihat Jihan berdiri sempoyongan dan mengerahkan sedikit tenaga untuk melambaikan tangannya, Jefri akhirnya tidak tahan lagi. Dia menggertakkan gigi dan berlari secepat mungkin ke dasar Gunung Kiron ...."Kak Jihan, aku panggil dokter dulu, terus menyuruh robot itu naik gunung dan baru setelah itu aku akan menjemputmu! Kakak berdiri saja di sana dan tunggu aku, ya! Aku akan segera kembali!"Jalan gunung di malam hari memang tidak dapat diprediksi, salju yang turun dari langit seolah menjadi sumber penerangan. Jefri merasa seperti sedang berjalan di siang hari. Namun, saking langkahnya terburu-buru, Jefri sampai beberapa kali jatuh tersungkur ke atas tanah dan dia bahkan tidak tahu berjalan ke arah mana ....Jihan memandangi punggung Jefri yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya, lalu memegangi dadanya. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang perlahan melambat. Jihan berdiri diam sambil merasakan bagaimana nyawanya meregang ....Entah berapa lama waktu berlalu, yang je