Permana memegang ponselnya sambil berdiri di depan jendela yang terbentang dari langit-langit. Setelah berpikir selama beberapa saat, dia akhirnya menelepon Jihan."Aku mau memberitahumu lebih dulu kalau James menugasiku untuk berperang di luar lapangan. Aku akan menjadi musuhmu."Jihan sudah tahu James akan melakukan hal seperti ini, ekspresinya tetap terlihat datar."Kalau kamu mau meninggalkan Medan Hitam, kamu bisa menyaksikan apinya dari sisi yang lain."Permana tersenyum dengan santai."Aku ini 1-4, anggota pertama yang bergabung dengan Medan Hitam. Mana bisa aku menonton dari sisi lain? Paling aku nggak bakalan menyerangmu."Selain James, ada pula banyak rekannya di Medan Hitam. Demi rekan-rekannya dan Medan Hitam yang mereka dirikan bersama, mau tidak mau Permana harus menunaikan misi yang James berikan."Tapi, Nak, walaupun aku nggak akan melakukan apa-apa kepadamu, tetap saja kenyataannya ada banyak keluargaku yang dibunuh oleh Organisasi Shallon. Aku harus membunuh beberapa
"Memangnya aku bisa keluar hidup-hidup kalau Tuan Jovan menemuiku tanpa aku menyelidiki soal Pimedus lebih dulu?" sahut Jihan dengan dingin.Tuan Jovan menyerahkan tongkat berjalannya kepada Daris, lalu duduk di sofa, "Dengan keahlianmu, nggak heran kalau kamu bisa kembali hidup-hidup."Jihan pun berbalik badan menghadap Tuan Jovan yang sedang duduk. "Terus, kenapa kamu menemuiku?"Tuan Jovan bersandar di sofa dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Karena kamu sudah tahu tentang Pimedus, sebaiknya aku memberitahumu."Jihan yang berdiri menghadap cahaya itu menatap Tuan Jovan dengan datar. "Jadi, kamu berencana menyembunyikannya dariku selamanya kalau aku nggak tahu?"Tuan Jovan tidak menjawab pertanyaan itu yang penting itu dan berujar, "Aku nggak memberitahumu karena Pimedus bukanlah organisasi yang baik."Cahaya senja yang hangat di luar jendela menyinari tubuh Jihan, membuat tubuh Jihan seolah memancarkan cahaya keemasan. Namun, Jihan sama sekali tidak merasa hangat.Dia bertan
"Saat itu, Keluarga Nebena juga lagi dalam masa-masa yang sulit. Mereka punya banyak utang dan menjadi musuh banyak pihak.""Bisa dibilang ada banyak pihak yang mengejar-ngejar menagih utang kepada Keluarga Nebena, tapi James mengadang semuanya.""Berkat perlindungan dari James, nggak ada yang berani menyentuh Keluarga Nebena. Sekelas Pimedus saja nggak bisa mendekati Ishara.""Rustadi baru memiliki kesempatan balas dendam setelah James dipaksa oleh ayahnya untuk menikah dengan Petra, lalu Ishara dicampakkan dalam amarah.""Rustadi memimpin Pimedus untuk membunuh keluarga Ishara, lalu meminta para preman bawahannya untuk menggantikan Michael dan memerkosa Ishara yang baru saja melahirkan.""Jumlah mereka banyak sekali dan apa yang mereka lakukan sangat kejam. Menurut keterangan ayahku, bagian pribadi Ishara sampai hancur. Ishara nggak mungkin bisa istirahat dengan tenang kalau melihat bagaimana dia mati.""Rustadi bukan orang yang memiliki kekuasaan tinggi saat itu, dia juga nggak bera
Ucapan Jihan itu menyela nostalgia Jovan. Jovan pun mengangkat pandangannya menatap mata Jihan yang seolah mengetahui segalanya."Ya, aku memang berencana menggunakanmu sebagai senjata untuk menyingkirkan Keluarga Dinsa, Keluarga Levin dan Keluarga Lionel. Itu lebih memuaskan daripada aku turun tangan sendiri. Gimanapun juga, mereka semua itu kerabatmu."Dendam atas kematian istrinya tidak cukup dibalaskan hanya dengan saling membunuh seperti yang Keluarga Elfitra lakukan. Jovan berencana mengadu domba Keluarga Dinsa, Keluarga Levin dan Keluarga Lionel dengan perlahan-lahan.Jika James adalah orang yang kejam, maka Jovan adalah orang yang licik. Dia menyusun permainan caturnya dengan sabar dan penuh strategi selama bertahun-tahun, sementara para pemainnya menganggap satu sama lain seperti kerabatnya sendiri."Aku pernah nyaris mati dihajar waktu berumur tujuh tahun dan kamulah yang menyelamatkanku waktu itu. Kamu memberiku tempat untuk menumpang hidup. Kukira kamu memang tulus mau meny
Wajah Jihan yang diterpa sinar matahari terlihat pucat. Dia menyunggingkan seulas senyuman dingin."Aku nggak mau istriku hidup denganku dalam ketakutan. Aku cuma ingin menghabiskan sisa hidupku bersamanya. Apa aku salah?"Tinggal di Organisasi Shallon, membuatnya selamanya berjalan di ujung pisau. Jika identitasnya terungkap, dia, Wina dan keluarga mereka akan berada dalam bahaya."Kamu nggak salah.""Terus salah siapa?"Jihan mengangkat alisnya dan bertanya pada Jovan."Kalau aku nggak salah, masa Zeno yang salah?"Tuan Jovan balas meliriknya tanpa menjawab apa-apa.Jihan perlahan menegakkan tubuh, meletakkan tangannya di atas lutut dan menatap langsung ke arah Jovan dengan matanya yang dingin."Apa kamu tahu berapa banyak nyawa melayang karena keegoisanmu?"Jari Jihan satu per satu jatuh ke meja di antara mereka berdua, menunjuk daftar nama Organisasi Shallon di hadapannya."Mereka dijadikan cyborg hidup demi bisa membalaskan dendammu!""Dan Zeno, yang tumbuh besar bersamaku, mati d
Jihan mengangkat matanya dan menatap Vian dengan tenang. "Aku nggak mengajakmu."Vian berujar perlahan, "Zeno dan anggota lainnya juga saudaraku. Sudah tugasku membalaskan dendam mereka."Tatapan Jihan yang dingin menatap pintu yang sudah ditutup Daris di belakang Vian, kemudian dia berkata, "Sebaiknya kamu pulang dengannya dan mendengar cerita sebenarnya."Vian tersenyum menghina, "Dia mengadopsiku dan menyembunyikanku, dia membimbingmu dan memanfaatkanmu, apa beda kedua hal ini? Fakta yang kalian ucapkan itu hanya seperti mengasah dua bilah pisau."Baik Vian dan Jihan adalah pedang yang diasah oleh Jovan. Bedanya, Jihan adalah pedang yang diasah untuk membasmi kerabatnya sendiri, sedangkan Vian adalah pedang yang ditujukan untuk membantu Tuan Jovan memperluas kekuasaannya dan menstabilkan hati orang-orang.Begitu terpikir hal ini, hati Vian terasa pedih, "Sebenarnya Zeno dan anggota lain yang meninggal di area eksperimen hanyalah alat untuk membalas dendam Tuan Jovan, tapi kami tetap
Jihan mengenakan sarung tangannya dan melihat para anggota yang menunggu di samping helikopter."Ada tiga hal.""Pertama, selamatkan dirimu sendiri.""Kedua, berhenti setelah membunuh 49 orang.""Ketiga, jatah Zeno, serahkan padaku."Begitu kalimat singkat nan padat Jihan terucap, respons serentak yang memekakkan telinga pun langsung terdengar."Siap!"Jihan menatap Vian dan Valeria."Aku berangkat dulu, kalian ikut di belakangku.""Apa nggak sebaiknya kami yang pergi dulu?"Tidak ada yang tahu seberapa banyak bom yang disusun di Medan Hitam. Personel di penerbangan pertama, akan jadi bahan percobaan ledakan, jadi ini adalah posisi yang paling berbahaya.Vian dan Valeria takut Jihan akan terancam bahaya. Mereka sepertinya lupa bahwa Jihan selalu tak terkalahkan dalam pertempuran dan menempatkannya di garda terdepan bisa menstabilkan hati orang-orang yang khawatir.Oleh karena itu, Jihan mengabaikan Vian dan Valeria yang mengkhawatirkannya. Dia langsung berjalan melewati mereka, menuju
Permana tertegun dan menatap Jihan yang tanpa ekspresi."Apa maksudmu?""Kamu tahu nggak kalau dia itu anak dari adikmu, Yuri?"Pertanyaan sederhana Vian itu sontak membuat Permana tertegun."Bukannya kamu ... anak Ellen?"Permana tahu hubungan Yuri dan Hugo.Dia hanya tidak menyangka bahwa Jihan adalah anak mereka.Permana membelalak kaget dan menatap Jihan dari atas ke bawah.Secara wajah memang tidak begitu kelihatan, hanya alis dan matanya saja yang mirip.Namun, jika diperhatikan lebih saksama, dia bisa merasakan aura milik Yuri dari tubuh Jihan.Permana ingat bagaimana Yuri selalu menatap semua orang dengan dingin, seolah-olah dia meremehkan segala yang ada di muka bumi ini.Sama seperti Jihan. Meski menduduki posisi teratas, dia tetap bersikap acuh tak acuh dan meremehkan segalanya.Makin Permana menatap Jihan, dia makin merasa kemiripan keduanya. Kemarahan serta ketidakpercayaan di matanya pun perlahan-lahan melunak."Pantas saja dulu kamu memanggilku paman."Permana pikir Jiha