Setelah keluar, Wina berjalan melewati koridor sampai dia melewati ruang rapat dan mendengar teriakan marah dari dalam.Barulah setelah itu dia berhenti berjalan. Melalui celah pintu yang terbuka, dia melihat para anggota di ruang rapat itu sedang dimarahi oleh James."Kalau sampai hal ini terjadi lagi, nggak ada satu orang pun dari kelompok 2 di Area B boleh bertaruh di zona tengah! Aku mau lihat gimana caranya kalian bisa dapat uang, hah!"Setelah berseru dengan marah, James pun secara kebetulan menengadah menatap sosok Wina di luar pintu. Dia sontak berhenti membentak dan memelankan suaranya."Kalian keluar dulu."Setelah mereka keluar, James melambai ke arah Wina dengan lembut."Sini."Wina berpikir sebentar, lalu akhirnya masuk dan duduk sesuai isyarat dari James.Begitu Wina duduk, James membuka laci dan mengeluarkan sebotol buah plum asam. Dia meletakkannya di depan Wina."Sudah selesai mengobrolnya?"Saat Wina hendak menjawab, dia melihat James tiba-tiba menatap ke arah Jihan y
Wina seolah tidak mau menghadapi akhir riwayatnya, jadi dia tidak menyelesaikan ucapannya. Dia mundur selangkah dan berbalik badan berjalan pergi.Wanita hamil lain biasanya terlihat gemuk, tetapi Wina terlihat sangat kurus. Rasanya dia bisa jatuh jika tertiup angin sepoi-sepoi.Jihan menatap punggung Wina yang tampak begitu lemah dan kesepian. Dia kalah oleh rasa sakit dalam hatinya, jadi dia memanggil nama Wina."Wina."Mendengar suara Jihan yang gemetar, langkah Wina pun perlahan melambat. Namun, dia tidak menoleh ke belakang. Betapa dia berharap Jihan akan mengajaknya pergi bersama, tetapi ternyata Jihan tidak melakukannya."Aku akan kembali ke sini dengan Organisasi Shallon untuk menghabisi Medan Hitam. Kamu nggak boleh tetap di sini, berbahaya banget."Ucapan Jihan itu membuat hati Wina terasa seperti tenggelam. Wina balas mengangguk kecil dan kembali berjalan menuju pintu masuk vila di Area A tanpa menoleh ke belakang.Kali ini, Jihan tidak menghentikan Wina. Bukannya Jihan tida
James mengajak Wina ke ruang isolasi di zona tengah. Sebelum pria berbaju hitam membuka pintu, James menjelaskan kepada Wina."Waktu Kakek tahu kalau Haris-lah yang mendorongmu ke laut, Kakek mengurung mereka secara terpisah. Mereka juga tahu kalau Kakek adalah kakekmu.""Gunakan saja identitasmu sebagai cucu Kakek dan perlakukan mereka sesukamu. Jangan melunak terhadap mereka."Wina tidak menjawab. Saat pintu ruang isolasi terbuka, lampu di Medan Hitam tiba-tiba menyala.Winata sontak memejamkan matanya karena merasa silau, lalu perlahan membukanya kembali setelah bisa menyesuaikan diri dengan cahaya yang muncul.Begitu melihat wajah yang familier dan mirip muncul di hadapannya, rasanya Winata ingin bangkit berdiri dan mencabik-cabik wajah itu!Dia benci sekali dengan wajah itu. Jika bukan karena wajah yang mirip dengannya itu, mana mungkin Jihan tidak pernah luluh kepadanya!"Sayang banget kamu masih hidup! Kalau kamu sudah mati, aku pasti akan menyalakan kembang api untuk merayakann
Jawaban Winata itu membuat detak jantung Ryder tiba-tiba bertambah cepat dan wajahnya menjadi pucat. Tampaknya informasi itu merupakan pukulan besar bagi Ryder, lama sekali dia baru bisa tenang kembali.Ryder mengatakan bahwa meskipun dia bisa sembuh, dia tetap setengah lumpuh. Winata pasti akan merasa sangat lelah terus bersama dengannya. Ryder bilang bahwa jika memang Winata menyukai adiknya, dia akan melepaskan Winata dan merestui mereka.Ryder mungkin tidak ingin hidup lagi, itu sebabnya dia meminum obat yang Winata tukar sambil terus menatap Winata. Ryder seolah menunggu Winata menghentikannya, tetapi Winata ternyata tidak melakukannya.Ryder akhirnya menenggak habis obat itu. Winata sontak menyadari bahwa Ryder sudah tahu tentang dirinya yang terus menukar obatnya. Itu sebabnya kondisi Ryder terus memburuk dan akhirnya Ryder memutuskan untuk meminum semuanya sekaligus.Saat teringat bagaimana kesakitannya Ryder hingga mulutnya berbusa itu, jantung Winata sontak berdetak lebih cep
Winata awalnya ingin memaki Wina yang mengatakan bahwa dia pantas menerima semua ini, tetapi Wina tidak bisa membantah bahwa ini balasan dari perbuatan orang tuanya.Winata sudah mendapatkan segalanya, kecuali orang yang dia cintai. Di sisi lain, Wina yang dicampakkan oleh ayahnya malah berhasil mendapatkan orang yang Winata cintai. Bahkan Winata sampai disakiti demi Wina. Apalagi ini namanya jika bukan karma?"Tapi, itu semua 'kan perbuatan orang tuaku! Aku masih terlalu kecil saat itu, aku nggak tahu apa-apa! Kenapa jadi aku yang harus menanggung karma perbuatan mereka? Kenapa, hah!""Karena ....""Kamu sebenarnya sama kejamnya dengan mereka, bahkan lebih kejam!" jawab Wina sambil menggenggam pipi Winata.Seorang wanita muda yang tega membunuh Ryder yang mencintainya, tetapi juga menolak mengakui perbuatannya adalah orang yang kejam.Wina pun melepaskan wajah Winata dengan kasar. Winata berniat memukul perut Wina, tetapi tangannya ditangkap oleh pria berbaju hitam dengan cekatan.Waj
Wina tidak pergi menemui Haris. Menurutnya, lelaki itu sama sekali bukan ayahnya dan tidak layak untuk ditemui. Dia memperhatikan pertemuan Haris dan Winata di area permainan melalui kamera pengawas.Haris memang begitu menyayangi Winata. Saat melihat putrinya, Haris bergegas mendekat dan memeluk Winata. Haris juga menenangkan Winata dengan mengatakan semuanya akan baik-baik saja seperti sedang menghibur anak kecil.Haris bukannya tidak bisa bersikap seperti seorang ayah yang seharusnya, hanya saja dia tidak memiliki ikatan batin sebagai seorang ayah bagi Vera dan Wina.Mungkin karena dia menganggap Winata adalah satu-satunya anaknya.Wina jadi merasa lega setelah berpikir seperti ini. Wajar saja ada sebagian orang yang terpaksa menjalani kehidupan yang menyedihkan karena tidak memiliki kasih sayang seorang ayah.Permainan di zona bawah segera dimulai. Entah ada yang membantu Haris dan Winata atau alasan lain, yang jelas mereka selalu lolos di setiap ronde permainan.Kedua orang itu be
Wina merasa hidup Winata sangat menyedihkan. Winata membunuh Ryder yang mencintainya, lalu tidak menghargai Tuan Alastor dan terakhir membunuh ayah yang begitu menyayanginya dengan tangannya sendiri.Winata benar-benar ibarat katak dalam tempurung, padahal dia bisa menjadi wanita paling bahagia di dunia seandainya dia lebih berbaik hati sedikit. Namun, dia bersikeras mendapatkan apa yang tidak bisa dia dapatkan dan pada akhirnya kehilangan semuanya.Seandainya saja Winata dapat memahami hal ini, dia tidak mungkin menyalahkan Wina atas segalanya seperti orang buta. Justru dia berakhir seperti sekarang karena dia terlalu terobsesi dengan apa yang dia inginkan.Winata tidak mengerti kenapa James mengingkari janjinya. Jelas-jelas James sudah berjanji padanya.Winata bukan orang bodoh. Jadi, begitu memikirkannya dengan kepala dingin, dia langsung menemukan jawabannya.James sudah sepakat akan membiarkan Haris dan Winata tetap hidup asalkan mereka tidak menceritakan tentang apa yang Jihan al
Setelah Andrew pergi, Wina sengaja berdiri di sana menunggu James. Setelah beberapa saat, James menyusulnya.Tadi dia sedang memerintahkan si pria berbaju hitam itu. Saat menoleh, sosok Wina sudah tidak terlihat lagi.James menatap Wina yang di koridor dengan linglung dan perlahan menghampirinya. "Wina, kamu takut?"Wina menundukkan kepalanya dan mengangguk kecil. "Bagaimanapun juga, dia itu ayah kandungku. Cara tadi agak kejam."James mencibir, "Dia punya anak tanpa membesarkannya, lalu mencampakkan dan membunuh istrinya. Ayah macam apa dia?"Wina meliriknya dan tidak membantah. "Mungkin aku lebih sensitif karena lagi hamil."James tidak menyadari ada yang aneh, jadi dia berkata, "Kalau kamu memang merasa kurang enak badan, istirahat saja sebentar."Wina pun memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya, "Aku bisa istirahat di mana?"James menjawab, "Sekarang kamu adalah pemimpin Medan Hitam, jadi ruang kendali utama akan menjadi tempatmu. Kamu bisa istirahat ke sana."Wina yang memang b