Setelah Permana menangkap dan membawa Haris dan Winata kembali, barulah dia tahu bahwa Wina masih hidup. Dia awalnya berniat menyampaikan kabar tersebut kepada Jihan, tetapi dia tidak diizinkan pergi ke area eksperimen.Area eksperimen tidak berada di bawah kekuasaannya dan dia juga tidak memiliki kepentingan apa pun di sana. Area itu saat ini menjadi tidak aktif karena tidak ada sumber daya yang dikerahkan ke sana.Permana juga baru mengetahui identitas Jihan sebagai pemimpin Organisasi Shallon dari orang-orang berbaju hitam lainnya. Para operator Arom lainnya ingin agar James membunuh Jihan.Akan tetapi, James tidak melakukannya dan malah menahan Jihan di area eksperimen. James bahkan memerintahkan dokter untuk mengobati luka di tubuh Jihan.James bilang itu semua karena dia ingin mengorek nama pendiri Organisasi Shallon dari mulut Jihan dan satu-satunya cara dia bisa melakukannya hanya dengan mempertahankan Jihan. Para operator lainnya percaya saja pada alasan itu, tetapi tidak deng
James tidak menjawab, dia hanya menatap Permana dengan dingin. Tatapannya itu seolah mengatakan bahwa Permana hanya perlu menjalankan perintahnya tanpa banyak beralasan.Permana tidak begitu peduli dengan kepala pelayan yang sudah tua itu. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon mantan kepala pelayan itu.Karena usianya yang sudah sangat lanjut, cucu si mantan kepala pelayan itu yang mengangkat telepon.Permana pun bertanya kepada si kepala pelayan tentang Veransa, tetapi lelaki tua itu malah bicara omong kosong dan membuat James tidak sabar.Permana takut James akan terbawa amarah, jadi dia berseru dengan kencang, "Halo! Paman Buno! Bisa dengar suaraku dengan jelas nggak? Kalau bisa, tolong beri tahu aku kenapa kakekku mengadopsi Veransa?""Hah? Kamu bilang apa? Aku nggak kedengaran ..." jawab Paman Buno dengan suara yang agak gemetar dan sedikit tidak jelas.Permana sontak terdiam.Dia menengadah menatap James. "Gimana kalau nggak usah saja?"James merebut ponsel itu dari tangan
Permana benar-benar tidak paham. Yang jelas, saat ini dia belum terbawa emosi dan masih bisa membujuk James dengan kepala dingin."Di bawah kepemimpinan Jihan, Organisasi Shallon yang sekarang nggak asal membunuh orang yang nggak bersalah. Mereka juga nggak mengurusi dendam pribadi. Yang mereka lakukan itu cuma melenyapkan para pebisnis kotor.""Kita 'kan juga kadang mengirimkan undangan kepada pebisnis-pebisnis kotor itu untuk menghukum mereka dengan sengaja? Menurutku, kita nggak usah memperpanjang masalah ini. Gimana?""Nggak bisa!"Dibandingkan Permana, James jauh lebih membenci Organisasi Shallon. Waktu itu dia menyaksikannya sendiri, jadi mana mungkin dia memaafkan mereka begitu saja!"Tuan ....""Kalau kamu masih berani-beraninya mencoba membujukku lagi, aku nggak akan segan-segan terhadapmu."Permana sontak terdiam. Aturan Medan Hitam adalah siapa pun yang sudah bergabung dengan Medan Hitam dilarang membela anggota Organisasi Shallon yang ditemui atau akan dikirim ke area ekspe
Pria dan wanita memiliki sudut pandang yang berbeda terkait hubungan. Andrew tidak bisa benar-benar memahami sudut pandang Wina, jadi dia menyahut."Yah, aku sih nggak tahu apa yang Nenek Ishara pikirkan saat itu. Kalau kamu ingin tahu persis kenapa, ayo pulang denganku dan langsung tanya saja ke Kakek."Wina mengembalikan laporan itu kepada Andrew. "Tuan Muda Andrew, terima kasih banyak sudah mau menemuiku dan memberitahuku kisah hidup ibuku. Mulai sekarang, nama keluarga ibuku bisa diganti ke yang seharusnya."Ekspresi Andrew sontak menjadi lebih kaku. "Wina, aku melakukan tes DNA untukmu bukan semata supaya kamu tahu kisah hidup ibumu, tapi karena aku juga ingin mengajakmu kembali ke Keluarga Ivoron sebagai putri sulung.""Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku sudah punya rumah sendiri sekarang," jawab Wina sambil tersenyum.Andrew pun mengikuti arah pandangan Wina yang tertuju ke perut wanita itu. "Walaupun kamu sudah menikah, itu nggak berarti sudah terlambat untuk mengakui Kelu
Fred menjawab dengan tawa yang anggun, lalu menoleh menatap si cucu pertama yang berjalan menghampiri dengan ekspresi serius itu. "Kak, dengar nggak bagaimana adik kita memuji ketampananku?"Cale yang memang memiliki pembawaan serius itu pun terlihat makin acuh tidak acuh saat menghadapi Fred yang terkesan sedang tidak menyombongkan diri itu. "Kamu duluan yang menyinggung topik itu, bukan dia sendiri yang membahas."Fred menatap Cale dengan kesan "dasar kamu ini picik sekali", lalu menoleh menatap Wina lagi. "Wina, Andrew bilang kamu nggak mau ikut dengannya kembali ke Keluarga Ivoron. Apa aku boleh tahu kenapa?"Wina menyentuh perutnya. "Karena sekarang aku punya anak dan rumahku sendiri, jadi kuputuskan aku nggak akan kembali ke Keluarga Ivoron. Aku sudah merasa senang mengetahui kalau kalian adalah keluargaku."Fred memandangi perut Wina dengan sangat lembut. "Oh, ternyata kamu lagi hamil. Selamat ya, kamu akan menjadi seorang ibu."Wina tersenyum kecil membayangkan anak dalam perut
Belum sempat Jefri menyuarakan amarahnya, Sara meraih lengan Jefri dan menjulurkan kepalanya yang kecil dari arah belakang. "Jadi ... apa berita tentangmu dan rekan aktingmu itu benar?"Fred mengusap-usap hidungnya. "Coba tebak ...."Sara mengiakan. Fred pun menjetikkan jarinya dengan puas. "Ya, tebakanmu tepat sekali!"Setelah itu, Fred menatap Jefri. "Omong-omong, suamimu ganteng banget. Tipeku sekali."Sara hendak bertanya bagaimana Fred tahu Jefri adalah suaminya, tetapi dia menyadari lirikan Fred ke arah perutnya. Setelah itu, Fred pun berjalan meninggalkan kamar rawat dengan tenang.Fred menyusul Cale dan Andrew, lalu berbalik dan mengedipkan mata pada Jefri. "Oh, adik sepupuku, Wina, punya nomorku, jadi jangan lupa meneleponku.""Dasar orang gila!" umpat Jefri, rasanya dia mau muntah saking merasa jijiknya dengan Fred."Sayang, aku nggak keberatan kok kalau kamu bersama dengannya," timpal Sara dengan ekspresi yang terlihat sangat berbaik hati."Apanya yang bersama!" maki Jefri d
Wina menatap Sara dan menyadari sorot tatapan Sara yang mempertanyakan hal yang sama dengan Jefri. Wina pun menurunkan pandangannya, lalu menjawab, "Kita lihat saja nanti setelah dia pulang."Jefri menyadari maksud tersirat dalam ucapan Wina, dia pun langsung tersenyum. "Kak Wina memang baik banget. Sini kukasih sup lebih banyak."Jefri mengisi mangkuk sup, lalu meletakkannya ke atas meja di depan Wina.Belum sempat Wina menyesap sup itu, Jodie sudah keburu memasuki kamar rawatnya. "Tadi aku ketemu ketiga tuan muda dari Keluarga Ivoron di bawah. Apa mereka ke sini buat menyampaikan hasil tes DNA-nya?"Wina mengiyakan dan Jodie sudah bisa menduga apa hasilnya. Dia pun bertanya dengan bingung, "Kok Tuan James bisa curiga kamu mirip dengan kekasihnya?"Wina mengambil alih sendok supnya dari tangan Sara sambil menjawab, "Waktu itu aku mengambil alih proyek kakakku dan bertemu dengan Tuan James. Setelah itu, dia menyelidiki tentangku dan bilang kalau aku mirip kekasihnya."Wina menjelaskan
Wina refleks menutupi wajahnya yang merah terbakar dan terasa nyeri.Sara bergegas mendekat, lalu memeluk Wina untuk melindungi adiknya.Jefri mendorong mangkuk bubur dari tangan Cessa dengan sangat cepat, sementara Jodie mencengkeram pergelangan tangan Cessa."Kamu ngapain sih!"Jodie mengernyit menatap Cessa yang sudah dibutakan oleh amarah."Jihan nggak pernah memaksa Zeno menggantikan posisinya, Zeno sendiri yang mengajukan diri! Kalau kamu mau menyalahkan seseorang, salahkan Jihan! Kenapa kamu malah melampiaskannya pada Wina!"Cessa yang sudah kehilangan akal sehatnya pun sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan Jodie. Dia mendorong Jodie menjauh dengan seperti orang kesetanan.Luka tembakan Jodie belum pulih. Dorongan itu membuat lukanya terasa tertarik, rasanya begitu menyakitkan sampai-sampai Jodie nyaris pingsan.Jodie pun berpegangan pada meja untuk menstabilkan tubuhnya, tetapi dia tidak sanggup berbicara untuk sesaat karena rasa sakit dari luka tembakannya."Suami