Permana benar-benar tidak paham. Yang jelas, saat ini dia belum terbawa emosi dan masih bisa membujuk James dengan kepala dingin."Di bawah kepemimpinan Jihan, Organisasi Shallon yang sekarang nggak asal membunuh orang yang nggak bersalah. Mereka juga nggak mengurusi dendam pribadi. Yang mereka lakukan itu cuma melenyapkan para pebisnis kotor.""Kita 'kan juga kadang mengirimkan undangan kepada pebisnis-pebisnis kotor itu untuk menghukum mereka dengan sengaja? Menurutku, kita nggak usah memperpanjang masalah ini. Gimana?""Nggak bisa!"Dibandingkan Permana, James jauh lebih membenci Organisasi Shallon. Waktu itu dia menyaksikannya sendiri, jadi mana mungkin dia memaafkan mereka begitu saja!"Tuan ....""Kalau kamu masih berani-beraninya mencoba membujukku lagi, aku nggak akan segan-segan terhadapmu."Permana sontak terdiam. Aturan Medan Hitam adalah siapa pun yang sudah bergabung dengan Medan Hitam dilarang membela anggota Organisasi Shallon yang ditemui atau akan dikirim ke area ekspe
Pria dan wanita memiliki sudut pandang yang berbeda terkait hubungan. Andrew tidak bisa benar-benar memahami sudut pandang Wina, jadi dia menyahut."Yah, aku sih nggak tahu apa yang Nenek Ishara pikirkan saat itu. Kalau kamu ingin tahu persis kenapa, ayo pulang denganku dan langsung tanya saja ke Kakek."Wina mengembalikan laporan itu kepada Andrew. "Tuan Muda Andrew, terima kasih banyak sudah mau menemuiku dan memberitahuku kisah hidup ibuku. Mulai sekarang, nama keluarga ibuku bisa diganti ke yang seharusnya."Ekspresi Andrew sontak menjadi lebih kaku. "Wina, aku melakukan tes DNA untukmu bukan semata supaya kamu tahu kisah hidup ibumu, tapi karena aku juga ingin mengajakmu kembali ke Keluarga Ivoron sebagai putri sulung.""Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku sudah punya rumah sendiri sekarang," jawab Wina sambil tersenyum.Andrew pun mengikuti arah pandangan Wina yang tertuju ke perut wanita itu. "Walaupun kamu sudah menikah, itu nggak berarti sudah terlambat untuk mengakui Kelu
Fred menjawab dengan tawa yang anggun, lalu menoleh menatap si cucu pertama yang berjalan menghampiri dengan ekspresi serius itu. "Kak, dengar nggak bagaimana adik kita memuji ketampananku?"Cale yang memang memiliki pembawaan serius itu pun terlihat makin acuh tidak acuh saat menghadapi Fred yang terkesan sedang tidak menyombongkan diri itu. "Kamu duluan yang menyinggung topik itu, bukan dia sendiri yang membahas."Fred menatap Cale dengan kesan "dasar kamu ini picik sekali", lalu menoleh menatap Wina lagi. "Wina, Andrew bilang kamu nggak mau ikut dengannya kembali ke Keluarga Ivoron. Apa aku boleh tahu kenapa?"Wina menyentuh perutnya. "Karena sekarang aku punya anak dan rumahku sendiri, jadi kuputuskan aku nggak akan kembali ke Keluarga Ivoron. Aku sudah merasa senang mengetahui kalau kalian adalah keluargaku."Fred memandangi perut Wina dengan sangat lembut. "Oh, ternyata kamu lagi hamil. Selamat ya, kamu akan menjadi seorang ibu."Wina tersenyum kecil membayangkan anak dalam perut
Belum sempat Jefri menyuarakan amarahnya, Sara meraih lengan Jefri dan menjulurkan kepalanya yang kecil dari arah belakang. "Jadi ... apa berita tentangmu dan rekan aktingmu itu benar?"Fred mengusap-usap hidungnya. "Coba tebak ...."Sara mengiakan. Fred pun menjetikkan jarinya dengan puas. "Ya, tebakanmu tepat sekali!"Setelah itu, Fred menatap Jefri. "Omong-omong, suamimu ganteng banget. Tipeku sekali."Sara hendak bertanya bagaimana Fred tahu Jefri adalah suaminya, tetapi dia menyadari lirikan Fred ke arah perutnya. Setelah itu, Fred pun berjalan meninggalkan kamar rawat dengan tenang.Fred menyusul Cale dan Andrew, lalu berbalik dan mengedipkan mata pada Jefri. "Oh, adik sepupuku, Wina, punya nomorku, jadi jangan lupa meneleponku.""Dasar orang gila!" umpat Jefri, rasanya dia mau muntah saking merasa jijiknya dengan Fred."Sayang, aku nggak keberatan kok kalau kamu bersama dengannya," timpal Sara dengan ekspresi yang terlihat sangat berbaik hati."Apanya yang bersama!" maki Jefri d
Wina menatap Sara dan menyadari sorot tatapan Sara yang mempertanyakan hal yang sama dengan Jefri. Wina pun menurunkan pandangannya, lalu menjawab, "Kita lihat saja nanti setelah dia pulang."Jefri menyadari maksud tersirat dalam ucapan Wina, dia pun langsung tersenyum. "Kak Wina memang baik banget. Sini kukasih sup lebih banyak."Jefri mengisi mangkuk sup, lalu meletakkannya ke atas meja di depan Wina.Belum sempat Wina menyesap sup itu, Jodie sudah keburu memasuki kamar rawatnya. "Tadi aku ketemu ketiga tuan muda dari Keluarga Ivoron di bawah. Apa mereka ke sini buat menyampaikan hasil tes DNA-nya?"Wina mengiyakan dan Jodie sudah bisa menduga apa hasilnya. Dia pun bertanya dengan bingung, "Kok Tuan James bisa curiga kamu mirip dengan kekasihnya?"Wina mengambil alih sendok supnya dari tangan Sara sambil menjawab, "Waktu itu aku mengambil alih proyek kakakku dan bertemu dengan Tuan James. Setelah itu, dia menyelidiki tentangku dan bilang kalau aku mirip kekasihnya."Wina menjelaskan
Wina refleks menutupi wajahnya yang merah terbakar dan terasa nyeri.Sara bergegas mendekat, lalu memeluk Wina untuk melindungi adiknya.Jefri mendorong mangkuk bubur dari tangan Cessa dengan sangat cepat, sementara Jodie mencengkeram pergelangan tangan Cessa."Kamu ngapain sih!"Jodie mengernyit menatap Cessa yang sudah dibutakan oleh amarah."Jihan nggak pernah memaksa Zeno menggantikan posisinya, Zeno sendiri yang mengajukan diri! Kalau kamu mau menyalahkan seseorang, salahkan Jihan! Kenapa kamu malah melampiaskannya pada Wina!"Cessa yang sudah kehilangan akal sehatnya pun sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan Jodie. Dia mendorong Jodie menjauh dengan seperti orang kesetanan.Luka tembakan Jodie belum pulih. Dorongan itu membuat lukanya terasa tertarik, rasanya begitu menyakitkan sampai-sampai Jodie nyaris pingsan.Jodie pun berpegangan pada meja untuk menstabilkan tubuhnya, tetapi dia tidak sanggup berbicara untuk sesaat karena rasa sakit dari luka tembakannya."Suami
Ucapan Cessa benar-benar menusuk hati. Jika Wina tidak menganggap nyawa Zeno berarti, mana mungkin dia merasa sedih dan bersalah?"Cessa, aku nggak membenci Zeno, begitu pula dengan Jihan. Dia bahkan Zeno seperti saudara sendiri. Dia ....""Kalau memang dia menganggap Zeno seperti saudaranya sendiri, apa mungkin dia akan membiarkan Zeno mati!""Waktu Jihan pergi ke Medan Hitam, orang pertama yang nggak dia kasih tahu itu Zeno! Dia nggak mau melibatkan Zeno, jadi mana mungkin dia sengaja membiarkan Zeno mati!"Akan tetapi, Cessa sama sekali tidak mau menerima penjelasan Wina. Amarahnya yang baru saja reda bahkan kembali tersulut."Diam! Aku nggak mau dengar alasanmu lagi! Kalian semua sama saja!""Cessa ...."Belum sempat Wina selesai bicara, Cessa sudah bangkit berdiri dan bergegas ke arah Wina seperti orang kesetanan lagi.Kali ini, sebelum Jefri sempat bertindak Jodie sempat menghentikan Cessa, sesosok tubuh pria dewasa yang tinggi tegap bergegas masuk.Setelah masuk, pria itu langsu
Jodie langsung membungkuk dan menggendong Cessa tanpa memikirkan lukanya."Biar kubawa ke dokter.""Bagus, sekalian saja suruh dokter gugurkan anak itu."Bagi Cessa, ucapan Reynaldi ini terasa lebih menyakitkan dibandingkan tamparan tadi.Ternyata ayahnya takut kelahiran anak ini akan memengaruhi keberhasilan pernikahan politiknya.Ternyata orang tuanya tidak tulus menyayanginya.Jodie mengabaikan Reynaldi, dia bergegas keluar dari kamar rawat sambil menggendong Cessa.Setelah mereka pergi, Reynaldi menoleh menatap Wina yang wajahnya habis terbakar.Dia mengiyakan permintaan Jodie untuk mencari Wina karena Jodie memberitahunya identitas Wina sebagai putri Veransa.Sewaktu menemukan Wina di pulau terpencil, Reynaldi sempat tertegun karena mengira sosok itu adalah Veransa. Namun, Reynaldi tetap bersikap dengan sangat rasional dan tidak terpengaruh perasaan.Baginya, Veransa hanyalah seorang wanita yang pernah dia cintai semasa muda. Sekalipun masih ada sisa rasa, itu semua hanyalah masa