Wina berkeringat dingin karena demam, rambutnya yang hitam sampai basah kuyup seolah-olah dia baru saja ditarik keluar dari laut.Sara merasa sangat sedih melihat Wina yang seperti ini. Dia mengesampingkan rambut Wina yang menempel di dahinya, lalu menyeka dahi Wina dengan handuk.Sudah dua bulan lebih berlalu semenjak Wina meninggalkan surat dan menghilang dalam semalam. Wina bahkan ingkar janji dan itu membuat Sara merasa marah sekaligus khawatir.Setiap kali Sara merasa cemas atau khawatir, perutnya pasti terasa sakit. Selama dua bulan ini, Sara yang sedang hamil menghabiskan waktunya di tempat tidur atau dengan menangis.Sara bahkan sudah bersiap untuk yang terburuk, tetapi dia tetap menolak untuk percaya. Wina 'kan sudah pernah menemui ajal, jadi tidak mungkin sesial itu, bukan?Untung saja Jodie kembali dan memberitahunya bahwa Wina masih hidup, begitu pula dengan Jihan. Hanya saja mereka sedang mengalami sedikit bahaya. Barulah setelah itu Sara bisa tidur nyenyak.Dia tahu ada m
Wina mengangguk dan setelah terdiam cukup lama, akhirnya dia menceritakan pada Sara apa yang terjadi di Medan Hitam.Setelah Sara mendengarnya, dia tertegun beberapa saat. Lalu dia menyentuh wajah kurus Wina dengan sedih."Sabar ya, kamu sudah menderita."Hanya kalimat ini yang terucap dari mulutnya. Dia tidak membujuk Wina atau bicara mewakili Jihan, tetapi ucapannya ini sudah mewakili semuanya.Wina ingin menggeleng dan berkata dia tidak menderita, tetapi semua rasa sakit di hatinya seketika menyembur keluar karena ucapan Sara."Sara.""Aku di sini."Wina mengulurkan tangan, meraih tangan Sara di wajahnya, memegangnya erat-erat dan memeluknya."Sebenarnya aku nggak baik-baik saja, sakit banget."Sara tentu tahu Wina tidak baik-baik saja. Dia sudah mengambil risiko untuk mencari suaminya, tetapi setelah ketemu tiba-tiba diceraikan. Wanita mana yang akan baik-baik saja setelah diperlakukan seperti ini?Sara yang bersimpati pada Wina pun mengulurkan tangannya yang lain untuk menangkup p
Wina tentu juga bisa melihat memar di wajahnya."Aku minta maaf karena sudah membuat kalian berdua khawatir.""Kami nggak khawatir kok. Cuma kayaknya Paman Rudi yang menua deh."Alta hanya ingin menenangkan Wina, tetapi karena ucapannya ini, Daris jadi harus angkat bicara."Dia memang sudah tua."Daris sengaja cari masalah. Alta sangat marah, dia mengepalkan tangan dan memelototinya.Namun di depan Wina, mereka berdua tidak mungkin berkelahi.Wina tidak tahu keduanya bertengkar. Jadi dia cuma minta maaf lagi kepada mereka.Keduanya buru-buru melambaikan tangan dan berkata mereka paham situasi Wina.Setelah mereka berbasa-basi, Jefri pun bertanya ke inti masalah."Kak Wina, gimana kondisi Kak Jihan? Apa dia terluka?"Barusan Jefri juga sudah bertanya pada Jodie, tetapi mulutnya tertutup rapat, dia tetap bungkam.Jefri sangat kesal dan ingin sekali menghajarnya, tetapi setelah mengingat jasanya yang sudah menemani Wina mencari Jihan, Jefri pun menahan diri.Wina tahu mereka semua peduli
Wina terkejut saat melihat Andrew.Wina tidak mengerti bagaimana Andrew bisa mengenalnya dan kenapa pria ini datang mencarinya?Apa Andrew mengenalinya setelah Wina yang dulu menyamar menjadi Vera dan pergi ke rumah mereka untuk mendiskusikan proyek?"Barusan 'kan aku sudah bilang dia sedang nggak sehat dan nggak punya tenaga untuk mengerjakan proyek? Kenapa Tuan Muda Andrew masih di sini?"Jodie melirik Andrew dengan kesal.Andrew tidak menganggap serius kesombongan Jodie dan hanya tersenyum pada Wina."Bisa bicara? Nona Wina?"Wina menyingkirkan spekulasi di benaknya dan mengangguk."Ya."Andrew pun menatap yang lainnya."Aku mau bicara denganmu sendirian."Tepat saat Jodie hendak bereaksi, dia mendengar Wina bicara."Jefri, tolong bawa Sara ke ruang tunggu untuk istirahat."Jefri merasa Andrew cukup aneh. Jelas-jelas Wina tidak pernah tatap muka dengan Andrew, bagaimana pria ini bisa mendatanginya sendirian?Meski ragu, Jefri cukup patuh. Dia membantu Sara berdiri, menggandeng lenga
Setelah Andrew pergi, Jodie dan Jefri kembali ke kamar Wina dan bertanya tujuan kedatangan Andrew. Wina pun menjawab Andrew datang untuk tes DNA.Semua orang tercengang begitu mendengar jawaban ini. Jefri bertanya bagaimana Andrew bisa menemukan Wina, sedangkan Sara langsung meremas tangan Wina karena dia bahagia."Syukurlah Wina! Akhirnya keluargamu bisa menemukanmu!"Seorang anak yatim piatu itu pastinya sangat gembira saat diakui seperti ini. Sara saja sampai menangis seolah dia yang diakui keluarganya."Hasilnya belum keluar, jadi jangan terlalu bersemangat dulu."Di dunia ini banyak orang yang mirip dan belum tentu punya hubungan darah."Kalau gitu aku akan histeris setelah nanti hasilnya keluar."Sara sedang hamil, tubuh dan wajahnya jadi lebih bulat, dia pun terlihat imut saat bicara.Wina pun menyenggol lengan Sara yang gempal, "Jefri merawatmu dengan baik ya, lihat kamu berisi banget sekarang."Jefri yang dipuji pun mengedikkan dagunya dengan bangga, "Ya dong. Seorang suami te
James yang sudah kembali tenang pun mengambil hasil tes itu lagi dan menyerahkannya kepada Andrew."Ambil hasil tes ini dan bawa Wina pulang.""Begitu dia kembali, ubah namanya menjadi Wina Ivoron.""Lalu, ambil kembali abu putriku, Veransa, dari rumah Keluarga Dinsa."James memerintahkan Andrew."Aku baru tahu kalau Vera dimakamkan di Keluarga Soraya. Kamu juga harus mengambil kembali abunya dan ganti namanya."Mereka yang merupakan keturunan Keluarga Ivoron harus menyandang nama itu dan harus bergabung kembali dengan para leluhur Keluarga Ivoron.Andrew pun menunduk melihat laporan tersebut, lalu menatap James."Kakek, Wina pasti nggak akan mau pulang denganku setelah kita memperlakukan Jihan seperti itu."James melepaskan ikatan dasi di kemeja putihnya, lalu duduk bersandar di kursi kulit dengan santai."Jangan beri tahu Wina tentang Arom."Tidak memberi tahu Wina adalah keputusan yang tepat. Jika dia tahu mereka sudah membedah kepala Jihan, mana mungkin Wina mau secara sukarela kem
Setelah Permana menangkap dan membawa Haris dan Winata kembali, barulah dia tahu bahwa Wina masih hidup. Dia awalnya berniat menyampaikan kabar tersebut kepada Jihan, tetapi dia tidak diizinkan pergi ke area eksperimen.Area eksperimen tidak berada di bawah kekuasaannya dan dia juga tidak memiliki kepentingan apa pun di sana. Area itu saat ini menjadi tidak aktif karena tidak ada sumber daya yang dikerahkan ke sana.Permana juga baru mengetahui identitas Jihan sebagai pemimpin Organisasi Shallon dari orang-orang berbaju hitam lainnya. Para operator Arom lainnya ingin agar James membunuh Jihan.Akan tetapi, James tidak melakukannya dan malah menahan Jihan di area eksperimen. James bahkan memerintahkan dokter untuk mengobati luka di tubuh Jihan.James bilang itu semua karena dia ingin mengorek nama pendiri Organisasi Shallon dari mulut Jihan dan satu-satunya cara dia bisa melakukannya hanya dengan mempertahankan Jihan. Para operator lainnya percaya saja pada alasan itu, tetapi tidak deng
James tidak menjawab, dia hanya menatap Permana dengan dingin. Tatapannya itu seolah mengatakan bahwa Permana hanya perlu menjalankan perintahnya tanpa banyak beralasan.Permana tidak begitu peduli dengan kepala pelayan yang sudah tua itu. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon mantan kepala pelayan itu.Karena usianya yang sudah sangat lanjut, cucu si mantan kepala pelayan itu yang mengangkat telepon.Permana pun bertanya kepada si kepala pelayan tentang Veransa, tetapi lelaki tua itu malah bicara omong kosong dan membuat James tidak sabar.Permana takut James akan terbawa amarah, jadi dia berseru dengan kencang, "Halo! Paman Buno! Bisa dengar suaraku dengan jelas nggak? Kalau bisa, tolong beri tahu aku kenapa kakekku mengadopsi Veransa?""Hah? Kamu bilang apa? Aku nggak kedengaran ..." jawab Paman Buno dengan suara yang agak gemetar dan sedikit tidak jelas.Permana sontak terdiam.Dia menengadah menatap James. "Gimana kalau nggak usah saja?"James merebut ponsel itu dari tangan