Sorot tatapan Wina tampak lebih dingin dari sebelumnya, dia terlihat begitu kecewa dengan Jihan.Jihan menyadari bahwa selama dia mengangguk, itu berarti dia akan kehilangan Wina selamanya dan tidak mungkin bisa mendapatkan wanita itu kembali.Karena Jihan sudah pernah menyakiti Wina dengan cara yang sama dan butuh waktu bertahun-tahun bagi mereka untuk bisa kembali bersama.Jika Jihan kembali mengulanginya, dengan sifat Wina saat ini, Wina pasti tidak akan memberi Jihan kesempatan kedua. Terserah Jihan mau beralasan apa.Jihan sangat tidak rela melepaskan Wina, dia takut Wina akan hidup bersama pria lain. Namun, jika dibandingkan dengan nyawa Wina dan anak mereka, Wina pergi meninggalkannya terasa tidak masalah.Jadi, Jihan perlahan merilekskan kepalan tangannya dan mengangguk.Wina tidak tahu harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya terhadap jawaban Jihan. Dia hanya tersenyum tipis.Jika Jihan menjawab itu karena dia sedang mabuk, mungkin Wina akan percaya Jihan memang khilaf. Nam
Jihan berdiri diam, lalu merobek surat cerai itu dengan kaku. Dia mengenyahkan semua rasa tidak rela yang terpancar dari tatapannya dan menatap Winata."Aku sudah bersedia meladeni aktingmu untuk menyakitinya, memaksanya menandatangani surat cerai dan membuatnya keluar dari Medan Hitam."Winata tidak menghentikan Jihan merobek surat cerai itu, toh dia sudah dapat tontonan yang bagus. Bagaimanapun juga, dia ingin Jihan menjalani kehidupan yang lebih buruk dari kematian dan membuat Wina merasa ditinggalkan. Winata tidak ambil pusing Jihan mau merobek surat cerai itu atau tidak.Winata pun melepaskan tangannya dan hendak menepuk dada Jihan, tetapi Jihan langsung menghindar bahkan sebelum ujung jari Winata menyentuhnya.Tangan Winata membeku selama dua detik, lalu dia membelai ujung jarinya sambil berkata, "Alastor sudah membukanya waktu Wina masuk."Alastor yang Winata maksud adalah Tuan Alastor, si 2-8. Dia sedang duduk di ruang pemrograman di area atas sambil memegang pengontrol cip dan
"1-2 memintaku untuk memasukkan cip ke dalam otaknya, 1-2 juga memintanya untuk menjadi pengundang. 1-2 menyukai keterampilan dan kemampuannya, dia bahkan bisa diam-diam meretas program dan merebut otoritas dari 1-1. Karena kepalanya nggak langsung diledakkan, itu berarti dia masih ada gunanya untuk 1-2."Setelah Winata menjelaskan, dia bangkit berdiri dan memeluk pinggang Tuan Alastor sambil berkata dengan manja."Alastor, 1-2 cuma memberiku izin selama setengah jam. Kita nggak boleh memutuskan sendiri atau itu sama saja menantang otoritasnya. Bawa saja dia ke ruang isolasi, biar 1-2 yang menghukum dirinya sendiri."Tuan Alastor pun perlahan menjauhkan jarinya dari tombol peledak, lalu berbalik memeluk pinggang Winata."Kalau kita biarkan dia hidup, gimana seandainya 1-2 menggunakannya kembali suatu hari nanti dan dia memanfaatkan kekuatan 1-2 untuk membunuh kita?""Kamu lupa, ya, kita masih punya kartu truf paling mujarab? Kalau 1-2 menggunakannya, identitasnya akan terungkap dan dia
Wina keluar dari pintu kehidupan dalam keadaan tidak sadar. Begitu siuman, dia sudah terbaring di pulau terpencil tempat dia dijemput untuk ke Medan Hitam. Kopernya tergeletak di sampingnya, secarik kertas bertuliskan alamat pengambilan bonus berada di atas koper itu.Pihak Arom akan meletakkan uang tunai di lokasi yang sudah ditentukan, lalu meminta pemenang permainan untuk pergi ke sana. Arom sengaja menggunakan metode ini agar tidak ada yang bisa menyelidiki soal mereka.Wina memasukkan alamat itu ke dalam kopernya, lalu bangkit berdiri. Dia awalnya berniat ke pantai untuk melihat apakah ada kapal yang bisa dia gunakan di sana, tetapi ternyata malah bertemu dengan kenalan yang paling tidak ingin dia lihat.Karena ulah putrinya, sekarang Haris menjadi pemimpin pria berbaju hitam dari Medan Hitam. Dia berdiri di tepi pantai bersama para bawahannya sambil melambaikan tangannya ke arah Wina."Sudah lama nggak ketemu, Nona Wina."Begitu melihat Haris, Wina langsung tahu pria itu berniat
Wina langsung menepiskan tangan Haris dengan jijik."Dia juga sudah meninggal gara-gara kamu."Veransa mati kelaparan di jalanan Britton, sementara Vera harus tinggal di daerah kumuh dan Wina harus menjadi yatim piatu. Haris-lah yang memulai kehidupan menyedihkan mereka.Di sisi lain, Haris malah membesarkan Winata menjadi seorang gadis yang bermartabat dan berpendidikan tinggi. Haris membukakan jalan bagi Winata untuk hidup enak, dia selalu menyediakan makanan dan pakaian yang cukup untuk Winata. Winata tidak akan pernah tahu rasanya hidup mengemis seperti Vera, apalagi menjalani hidup yang selalu berada di ujung tanduk seperti Wina."Dia ... juga sudah tiada?"Setelah tersadar dari keterkejutannya, Haris pun menggenggam tangan Wina lagi. "Dia 'kan selamat, kenapa bisa meninggal? Apa yang terjadi kepadanya?""Nggak usah pura-pura peduli dengan mereka," sahut Wina sambil menepiskan tangan Haris lagi dengan jijik. "Jawab saja pertanyaanku. Kenapa waktu itu kamu membantu Angela?"Wina ta
Seketika, Haris jadi malu. Winata menyadari ada yang tidak beres dengan ayahnya dan langsung bertanya, "Ayah kesirep apa sama dia sampai Ayah memohon untuknya?"Haris ini orang yang akan mengabulkan apa pun permintaan Winata. Bahkan jika Winata meminta bintang di langit, ayahnya ini akan cari cara untuk mengabulkannya tanpa peduli aral melintang apa pun yang harus dilewatinya. Kenapa sekarang ayahnya berubah 180 derajat dan memohon demi wanita jalang itu?"Ayah, jangan-jangan dia menggunakan kecantikannya untuk merayumu? Dasar wanita nggak tahu malu!""Nggaklah! Ayah sudah tua, mana mungkin masih berpikiran kayak gitu. Lagi pula, seumur hidup ini aku hanya akan mencintai ibumu seorang."Kalimat terakhir Haris membuat Wina mendengus dingin. Konyol, pria ini masih punya muka bicara seperti itu? Dia 'kan sudah menggunakan harta ibu Wina untuk menghidupi Winata dan ibunya. Pria ini bahkan pada akhirnya bersumpah di hadapannya betapa dalamnya cintanya dengan wanita simpanannya itu.Haris te
Hati Jihan terasa sangat sakit, dia sampai terbangun dari tidurnya. Dia mengangkat tangannya dan menutupi dadanya yang begitu sakit. Begitu dia teringat akan Wina, hatinya terasa lebih sakit lagi.Tanpa penjelasan apa pun, dia langsung mengusir Wina. Entah benar atau salah, dia merasa hatinya sangat tidak tenang, seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Hatinya terasa begitu sakit.Rasa sakit yang menyayat hati membuat wajahnya menjadi pucat dan jari-jarinya perlahan bergerak ke bahunya, menyentuh bekas gigi di atas tulang selangkanya. Rasa sakit di hatinya pun berangsur-angsur mereda.Wina meninggalkan bekas di tubuhnya, membuat aura kegelapan dan kesepian yang memancar dari sekujur tubuh Jihan pun mereda. Untung Wina meninggalkan sebuah tanda untuk menemaninya sehingga Jihan tidak terlalu merasa kesepian.Jihan tidak bisa melihat apa-apa, semua di depan matanya gelap gulita. Namun dinding di sebelahnya terus terketuk dan sangat berirama.Jihan duduk tegak dan mendengarkan dengan tena
Walaupun masih ada banyak hal mencurigakan tentang Jihan, 1-2 tetap membuat pengecualian dan memberikan Jihan status sebagai pengundang. Walaupun Jihan berada di bawah kendali Medan Hitam karena dipasang cip dan pengontrolnya dikuasai oleh Tuan Alastor, keberadaan Jihan tetap begitu dihargai.Semua hal ini terjadi saat Permana sedang tidak berada di Medan Hitam. Permana sedang dilaporkan oleh Winata atas tuduhan bekerja sama dengan para pemain untuk menang taruhan besar karena Permana diberikan wewenang menjemput dan mengantar para pengundang.Winata berulang kali melaporkan Permana karena mengincar otoritas dan semua bawahan Permana. Namun, 1-2 memintanya untuk bersabar demi daftar anggota Organisasi Shallon. Setelah Winata menyerahkan semua daftar anggotanya, 1 -2 akan melenyapkan mereka.Winata dan Tuan Alastor juga sangat pintar. Mereka hanya menyerahkan satu atau dua daftar. Apa boleh buat, isi daftar itu ada di dalam kepala mereka. Winata dan Tuan Alastor tidak tahu persis sebera