Wina langsung menepiskan tangan Haris dengan jijik."Dia juga sudah meninggal gara-gara kamu."Veransa mati kelaparan di jalanan Britton, sementara Vera harus tinggal di daerah kumuh dan Wina harus menjadi yatim piatu. Haris-lah yang memulai kehidupan menyedihkan mereka.Di sisi lain, Haris malah membesarkan Winata menjadi seorang gadis yang bermartabat dan berpendidikan tinggi. Haris membukakan jalan bagi Winata untuk hidup enak, dia selalu menyediakan makanan dan pakaian yang cukup untuk Winata. Winata tidak akan pernah tahu rasanya hidup mengemis seperti Vera, apalagi menjalani hidup yang selalu berada di ujung tanduk seperti Wina."Dia ... juga sudah tiada?"Setelah tersadar dari keterkejutannya, Haris pun menggenggam tangan Wina lagi. "Dia 'kan selamat, kenapa bisa meninggal? Apa yang terjadi kepadanya?""Nggak usah pura-pura peduli dengan mereka," sahut Wina sambil menepiskan tangan Haris lagi dengan jijik. "Jawab saja pertanyaanku. Kenapa waktu itu kamu membantu Angela?"Wina ta
Seketika, Haris jadi malu. Winata menyadari ada yang tidak beres dengan ayahnya dan langsung bertanya, "Ayah kesirep apa sama dia sampai Ayah memohon untuknya?"Haris ini orang yang akan mengabulkan apa pun permintaan Winata. Bahkan jika Winata meminta bintang di langit, ayahnya ini akan cari cara untuk mengabulkannya tanpa peduli aral melintang apa pun yang harus dilewatinya. Kenapa sekarang ayahnya berubah 180 derajat dan memohon demi wanita jalang itu?"Ayah, jangan-jangan dia menggunakan kecantikannya untuk merayumu? Dasar wanita nggak tahu malu!""Nggaklah! Ayah sudah tua, mana mungkin masih berpikiran kayak gitu. Lagi pula, seumur hidup ini aku hanya akan mencintai ibumu seorang."Kalimat terakhir Haris membuat Wina mendengus dingin. Konyol, pria ini masih punya muka bicara seperti itu? Dia 'kan sudah menggunakan harta ibu Wina untuk menghidupi Winata dan ibunya. Pria ini bahkan pada akhirnya bersumpah di hadapannya betapa dalamnya cintanya dengan wanita simpanannya itu.Haris te
Hati Jihan terasa sangat sakit, dia sampai terbangun dari tidurnya. Dia mengangkat tangannya dan menutupi dadanya yang begitu sakit. Begitu dia teringat akan Wina, hatinya terasa lebih sakit lagi.Tanpa penjelasan apa pun, dia langsung mengusir Wina. Entah benar atau salah, dia merasa hatinya sangat tidak tenang, seolah-olah dia akan kehilangan sesuatu. Hatinya terasa begitu sakit.Rasa sakit yang menyayat hati membuat wajahnya menjadi pucat dan jari-jarinya perlahan bergerak ke bahunya, menyentuh bekas gigi di atas tulang selangkanya. Rasa sakit di hatinya pun berangsur-angsur mereda.Wina meninggalkan bekas di tubuhnya, membuat aura kegelapan dan kesepian yang memancar dari sekujur tubuh Jihan pun mereda. Untung Wina meninggalkan sebuah tanda untuk menemaninya sehingga Jihan tidak terlalu merasa kesepian.Jihan tidak bisa melihat apa-apa, semua di depan matanya gelap gulita. Namun dinding di sebelahnya terus terketuk dan sangat berirama.Jihan duduk tegak dan mendengarkan dengan tena
Walaupun masih ada banyak hal mencurigakan tentang Jihan, 1-2 tetap membuat pengecualian dan memberikan Jihan status sebagai pengundang. Walaupun Jihan berada di bawah kendali Medan Hitam karena dipasang cip dan pengontrolnya dikuasai oleh Tuan Alastor, keberadaan Jihan tetap begitu dihargai.Semua hal ini terjadi saat Permana sedang tidak berada di Medan Hitam. Permana sedang dilaporkan oleh Winata atas tuduhan bekerja sama dengan para pemain untuk menang taruhan besar karena Permana diberikan wewenang menjemput dan mengantar para pengundang.Winata berulang kali melaporkan Permana karena mengincar otoritas dan semua bawahan Permana. Namun, 1-2 memintanya untuk bersabar demi daftar anggota Organisasi Shallon. Setelah Winata menyerahkan semua daftar anggotanya, 1 -2 akan melenyapkan mereka.Winata dan Tuan Alastor juga sangat pintar. Mereka hanya menyerahkan satu atau dua daftar. Apa boleh buat, isi daftar itu ada di dalam kepala mereka. Winata dan Tuan Alastor tidak tahu persis sebera
Para pria berbaju hitam yang sudah merasakan bagaimana menyiksa Jihan pun segera melangkah maju. Mereka segera menahan tangan dan kaki Jihan agar pria itu tidak bisa balik melawan.Sebenarnya, jika Jihan memang ingin melawan, dia pasti sudah bergerak begitu 1-2 masuk. Namun, dia sengaja tidak melakukan apa-apa. Jihan harus bersabar hingga 1-1 datang atau misinya tidak akan pernah selesai.1-2 mengira Jihan tidak berani bergerak karena sadar bahwa dia kalah jumlah dan tidak mungkin bisa menang. 1-2 pun menurunkan kewaspadaannya."Kalau menurut aturan Arom, kamu harusnya dihukum dengan sengatan listrik karena sudah melanggar izin di zona bawah. Tapi, karena aku nggak mungkin bisa menjinakkanmu, aku harus mencoba cara lain."1-2 mengedikkan dagunya kepada para pria berbaju hitam. Setelah mereka menekan Jihan ke atas lantai, 1-2 mengeluarkan sebilah belati dan mensterilkannya. Kemudian, dia berjalan menghampiri Jihan dan berjongkok.Dari balik celah mata topengnya yang sempit, 1-2 merobek
Begitu melihat Haris mendorong Wina, tetapi ditarik Wina keluar dari kapal, jantung Jihan seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik. Wajahnya yang tampan sontak menjadi pucat, matanya yang semula terlihat acuh tak acuh mendadak menjadi berkaca-kaca.Jihan menatap laut tempat Wina dan Haris menceburkan diri dari layar ponsel. Dia berharap akan ada keajaiban yang terjadi. Namun, setelah sekian lama menunggu, hanya Haris yang berenang sendirian dan muncul ke permukaan air. Setelah itu, permukaan air pun menjadi tenang ....Setelah video itu berhenti, rasanya dunia Jihan mendadak menjadi gelap. Suasana seketika menjadi sunyi dan Jihan merasa seolah jatuh ke dalam jurang tak berujung. Sama sekali tidak ada harapan apa pun.Jihan mengangkat tangannya, tetapi beberapa kali terkulai lemas karena gemetar. Dia harus mengerahkan segenap tenaganya untuk menyentuh bekas gigitan Wina di tulang selangkanya.Jihan masih ingat ucapan Wina waktu itu. "Kalau dia mengancammu dengan nyawaku, Jihan,
Bulu mata Jihan sedikit bergerak dan perlahan berpindah ke wajah Winata seolah kesadarannya baru kembali.Tiba-tiba, jari Winata yang menopang dagu Jihan patah dalam sekejap!Krak!Buku-buku jari Winata bahkan sampai patah!"Aaahhh!"Winata menjerit kesakitan, tetapi rasa sakit yang menghujam tiba-tiba datang dari pergelangan tangannya.Kali ini, Jihan mencengkeram pergelangan tangan Winata dan mematahkannya!Belum sempat Winata memproses rasa sakitnya, tiba-tiba lehernya dicekik dengan dingin.Dalam satu detik, wajah Winata langsung memerah kekurangan oksigen ....Jihan pasti sudah membunuh Winata detik itu juga apabila bukan karena otaknya berada di bawah kendali orang lain.Jihan terjatuh ke atas lantai sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit, sementara Winata lolos dari jurang ajal.Winata refleks memegangi lehernya dan bergerak mundur dengan panik, bahkan sebelum dia sempat bangkit berdiri.Setelah sudah cukup menjauh, barulah Winata meratapi tangan kirinya yang patah.Ketika
Batas waktu kurungan Tuan Keempat pun tiba, dia segera dibebaskan.Setelah keluar, Permana langsung mengumpulkan pasukannya. Dia menendang pintu kamar tempat Winata dan Tuan Alastor berada hingga terbuka.Beberapa pria berbaju hitam pun melangkah maju dan menyeret sepasang sejoli yang sedang telanjang itu dari atas kasur dengan kasar seolah-olah Winata dan Tuan Alastor adalah binatang.Saat melihat Winata, Tuan Keempat yang mengenakan topeng itu langsung menendang Winata.Winata merasa sangat marah, wajahnya sampai pucat dan sekujur tubuhnya gemetar. Bagaimana tidak, dia sedang tidak mengenakan apa-apa dan malah jadi bahan tontonan sekelompok pria ini.Winata dan Tuan Alastor diseret turun dari atas kasur dalam kondisi lengah. Sekarang mereka juga tidak bisa bergerak karena ditekan ke atas lantai oleh para pria berbaju hitam.Winata hanya bisa menengadah menatap Tuan Keempat sambil menggertakkan gigi."Tuan Keempat, apa kamu nggak takut dihukum oleh 1-2 karena sudah memperlakukanku sep