Melihat wanita ramping yang berdiri menghadap cahaya, Yuno bisa merasa Lilia sedang ketakutan. Sehingga dia segera memaksakan tubuhnya yang lemah untuk bangkit berdiri."Lilia, berbaliklah."Mendengar itu, Lilia refleks berbalik dan menatap Yuno yang entah sejak kapan sudah mengenakan jaket dan tersenyum lembut."Kamu nggak bunuh siapa pun, aku juga nggak akan kenapa-napa."Untuk meyakinkannya, Yuno menahan tubuhnya yang berdarah sembari berjalan ke arahnya."Aku seorang dokter, aku bisa menghentikan pendarahanku sendiri ...."Yuno mengangkat tangannya, sembari menyentuh wajah Lilia penuh kasih sayang dan kerinduan yang meluap."Jangan takut, pergilah ...."Lilia menatapnya dengan tatapan kebingungan, sampai akhirnya memutuskan untuk berbalik, menggenggam tangan Reo dan segera keluar dari sangkar burung ....Saat pintu terbuka, sorot cahaya langsung jatuh pada tubuh Lilia, tetapi wanita itu tak merasakan kehangatan. Dengan tubuh yang kaku, Lilia menggenggam tangan Reo dan bergegas berl
Sebelum Yuno meninggal, Lilia yang bergegas ke arah kapal segera menekan tombol auto pilot hingga akhirnya terjatuh dan terduduk di atas lantai. Isi kepalanya seakan terasa kosong, tak ada satu pun pikiran yang terlintas. Bahkan, untuk sekadar menoleh pun dia tak berani.Kedua tangan dengan urat-urat nadi yang sudah terputus, Reo menahan rasa sakit yang luar biasa sembari meletakkan tangannya pada punggung tangan Lilia. "Jangan takut lagi, Lilia. Kita sudah aman, aku akan mengirim orang untuk menyelamatkan Yuno ...."Reo mengetahuinya, Lilia sebenarnya tidak ingin menembak. Namun, semua itu terjadi karena Yuno yang sudah keterlaluan, sampai memaksanya ke titik ini.Teringat akan dirinya yang dilecehkan Yuno di hadapan Reo, Lilia merasa dirinya sangat kotor dan segera bangkit berdiri berjalan cepat ke dalam kapal."Di atas ada obat nggak? Ada pisau, ada perban?"Dia harus segera menyambungkan kembali urat nadi Reo, hal ini tidak boleh ditunda. Lilia harus menemukan serangkaian peralatan
Pergerakan tangan Lilia yang sedang mengusap baju itu seketika terhenti."Dia masih ada di pulau."Setelah mengatakan itu, Lilia kembali membuka mulutnya, berniat mengatakan pada Jihan, bahwa dirinya sudah menembak Yuno. Namun, entah kenapa kata-kata itu tak bisa keluar dari mulutnya, seperti ada sesuatu yang menyumbat tenggorokannya, membuatnya tak bisa bicara.Jihan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, lalu berdiri di luar ruang operasi. Setelah beberapa saat, dia memerintahkan pengawalnya dengan dingin, "Pergi ke pulau, bawa dia kembali."Mendengar itu, tubuh Lilia yang menegang perlahan rileks kembali. Dengan membawa Yuno kembali, entah mungkin mereka akan memenjarakan atau bagaimana, tentu hal pertama yang dilakukan ialah merawat Yuno terlebih dahulu. Dengan begitu, Yuno akan baik-baik saja, dan dirinya sendiri pun akhirnya bisa melepaskan Yuno."Lilia!"Mendengar suara Wina, Jihan segera berbalik menghadap arah lift. Dia melihat Jefri yang datang bersama Wina dan Sara segera
Setelah membantu Lilia membersihkan diri, mereka berniat membawa Lilia menuju hotel untuk beristirahat. Namun, Lilia masih mencemaskan Reo dan bersikeras untuk menunggu hingga operasi selesai. Setelah diberi tahu dokter bahwa urat nadi pada tangan Reo berhasil disambungkan, Lilia pun merasa lega.Reo masih berada dalam pengaruh anestesi dan belum sadar. Setelah memastikan pria itu baik-baik saja, Lilia pun beranjak bangkit berkat bujukan Sara. Namun, sebelum sempat keluar dari rumah sakit, pengawal yang dikirim Jihan seketika menelepon."Pak Jihan, Yuno sudah mati, dia ditembak."Raut wajah Jihan berubah drastis. Tanpa menunggu pengawalnya menyelesaikan laporan, dia segera meletakkan ponselnya dan berbalik menatap Lilia dengan langkah yang melambat.Setelah merasa ragu beberapa detik, Jihan pun bersuara, "Lilia, Yuno sudah mati ...."Tubuh Lilia seketika menegang.Entah karena ketakutan atau lainnya, dia merasa tangannya mulai bergetar, kakinya melemah dan kesulitan untuk tetap berdiri
Ketika Lilia keluar dari kamar mandi, Jihan, Jefri, Wina dan Sara sedang berdiri di luar pintu sembari menatapnya, seolah mereka sedang menunggu jawaban.Lilia mengepalkan tangannya erat dan bersuara tegas, "Aku yang menembaknya sampai mati, aku nggak mungkin bisa melihatnya untuk yang terakhir kali."Setelah berkata demikian, dia berjalan melewati keempatnya dan mempercepat langkahnya menuju bangsal, lalu duduk di samping ranjang Reo untuk menunggunya sadar.Sementara, polisi setempat yang menangani kasus itu bertanya pada Jihan menggunakan bahasa Kameria, "Apa katanya tadi?"Sorot mata Jihan terlihat makin dingin, layaknya sebongkah es, dia menatap dingin ke arah polisi tersebut, membuat polisi itu terintimidasi dan tak berani bertanya lebih lanjut.Wina yang perlahan mulai tenang dari keterkejutannya, melihat ke arah Lilia yang sedang duduk di samping ranjang Reo melalui kaca kamar rumah sakit. Meskipun kelihatannya tenang, sebenarnya Lilia sangat gelisah. Wina berpikir, mungkin Lil
Daris yang baru saja tiba, melihat adik sepupunya seketika keluar dengan panik, langsung berteriak padanya, "Mau ke mana kamu?"Namun, Lilia tak menjawabnya dan langsung berlari keluar rumah sakit tanpa menoleh pada kakak sepupunya itu. Bahkan, Lilia sendiri bingung dengan aksinya, hanya terdapat sebuah suara yang tak hentinya melantunkan suara yang terus-menerus mengingatkannya, "Tunggu, tunggu sebentar lagi ...."Lilia tergesa-gesa kembali ke pulau itu, dan ketika dia menerobos masuk ke dalam ruangan sangkar burung, dia melihat Ivan yang terduduk di kursi roda bersama dengan Nurwan yang berdiri di samping pria itu. Kedua pria berbahu lebar itu tampak berbalut jas rapi dan menghalangi pemandangan dalam ruangan, dan menjadi pemandangan awal yang dilihat oleh Lilia.Melalui pancaran cahaya matahari dari celah atap kaca, cahaya tersebut menyoroti keduanya dengan sinar lembut berwarna keemasan. Seolah menyadari kedatangan Lilia, Ivan perlahan berbalik badan."Akhirnya kamu datang."Ketika
Melihat raga Yuno yang tak lagi bernyawa, seutas suara kian membanjiri benaknya dengan pertanyaan.'Apakah Yuno memang pantas untuk mati?''Gara-gara siapa Yuno berbuat hal mengerikan seperti ini?''Bukankah dirinya sendiri yang lebih dulu menyukai Yuno?''Bukankah dirinya sendiri yang mengejar dan melakukan segala cara untuk mendekati Yuno?''Apakah hanya karena Yuno tak menyukai, meremehkan dan membenci dirinya sendiri, maka Yuno dianggap bersalah?'Awalnya, Yuno memang membenci keberadaan mereka. Itu dikarenakan, Lilia merupakan keponakan dari wanita selingkuhan ayahnya, yang juga adalah penyebab ibu Yuno bunuh diri. Wanita selingkuhan itu membawa Lilia ke keluarganya, merebut rumahnya dan mencuri cinta ayahnya yang seharusnya diberikan kepada Yuno. Bukankah, perasaan benci Yuno terhadapnya memang seharusnya wajar?Bicara tentang dendam, segala kejadian ini berakar dari perilaku memalukan orang tua mereka, yang menyebabkan kemunculan bayang-bayang psikologis pada anak-anak dan berak
Namun, saat Lilia berada dalam bahaya, iblis kecil akan selalu menyelamatkan Lilia tanpa ragu. Seperti saat Lilia hampir tenggelam semasa kecil dulu, Yuno tanpa ragu langsung melompat menyelamatkannya.Tepat pada saat itu pula, untuk pertama kalinya hati Lilia berdebar terhadap Yuno yang berani menyelamatkannya, dan perlahan dia mulai menaruh hati pada pria itu. Pria itu adalah penyelamat nyawa dan juga orang yang melindunginya dari perundungan, ya, pria itu adalah Yuno.Kala itu, Lilia akan selalu bertanya padanya, "Yuno, kamu masih peduli sama aku 'kan?" Sementara, Yuno yang mengenakan seragam sekolah, bersandar di pagar, akan memandangnya dengan jijik dan berkata dengan angkuh, "Di dunia ini, hanya aku yang boleh mengganggumu."Dulu, Lilia tak mengerti apa maksud Yuno mengatakan hal itu. Namun, berbeda dengan sekarang, Lilia menebak apakah kemungkinan sedari dulu Yuno memang sudah menyukainya, hanya saja pria itu bahkan tak menyadarinya?Teringat akan masa lalu, mata Lilia seketika