Wina dan Aulia sontak tertegun.Jodie menyadari kehadiran mereka dan menengadah. Begitu melihat mereka berdua menatap bagian bawah tubuhnya dengan linglung, dia pun refleks menunduk.Saat ini, Desta masih kesulitan menarik ritsletingnya."Tuan Muda, mulai sekarang pakai baju rumah sakit saja untuk hal semacam ini. Ritsletingnya macet, kita jadi sama-sama repot ...."Kita jadi sama-sama repot ....Wina dan Aulia sontak saling berpandangan.Ternyata alasan Jodie tidak pernah jatuh cinta atau menikah ketika usianya sudah sematang ini adalah karena orientasi seksualnya yang bias terhadap Desta ....Jodie merasa ada yang aneh dengan sorot tatapan Wina dan Aulia, jadi dia memelototi mereka. "Apa-apaan tatapan kalian itu?"Aulia tersenyum dalam diam, lalu menarik Wina dan berbalik badan berjalan pergi. "Maaf sudah mengganggu, silakan lanjutkan ....""Tunggu!"Jodie menendang Desta menjauh, lalu mengejar mereka berdua dan berdiri mengadang.Dia menunjuk tangan kanannya yang digips, lalu ke rit
Jodie mengepalkan tangannya dan menggertakkan gigi untuk menahan amarahnya."Kenapa semua orang terus mencariku demi Jefri? Ngeselin banget.""Bukannya kamu bilang akan memaafkan Jefri selama aku mengurusimu?"Ekspresi kesal Jodie langsung perlahan-lahan mereda."Kamu setuju mau mengurusiku?"Belum sempat Wina menyahut, Aulia menarik lengan bajunya."Kak Wina, Kakak nggak usah mengorbankan dirimu demi kakakku kok.""Tenang saja."Wina menepuk-nepuk punggung tangan Aulia untuk menenangkannya."Ibumu berasal dari Keluarga Dinsa, ibuku juga tumbuh besar di Keluarga Dinsa. Apa pun hubungan darah kita, tetap saja status kita sepupuan. Kamu juga mengira kita sepupuan, jadi aku bersedia memanggilmu kakak sepupu. Itu berarti wajar-wajar saja aku mengurus kakak sepupuku. Tapi ...."Wina berhenti bicara, lalu mengangkat alisnya dan tersenyum."Aku adalah adik sepupumu, sementara Jefri adalah adik laki-lakiku, jadi pernikahanku dengan Jihan membuat kalian jadi bersaudara. Boleh nggak Tuan Muda Jo
Setelah Jodie memelototi Desta, dia memalingkan pandangannya dan menggerak-gerakkan jarinya ke arah Wina. "Sini."Wina terdiam sesaat, lalu berjalan menghampiri Jodie.Jodie mengetuk plester di tangan kanannya dengan tangan kirinya. "Aku sudah nggak tahan lagi, tolong garukin kulit di sampingnya."Rasanya Wina ingin mencekik Jodie. "Bukannya tadi kamu menyuruhku menjauh?"Jodie kembali terdiam sesaat. "Itu tadi, sekarang aku ingin kamu mengurusiku. Mana bisa kamu jauh-jauh?"Ternyata Wina memang hanya bermodalkan tampang, aslinya dia agak bodoh. Penilaian Jihan buruk juga.Wina tidak peduli dengan apa yang dipikirkan Jodie, tapi dia bisa melihat kesan menghina yang jelas di mata pria itu.Aulia juga menyadari hal ini. Dia jadi bertanya-tanya apa mungkin Jodie tertarik pada kakak ipar keduanya.Namun, kalau dipikir-pikir lagi, mungkin Jodie sengaja memperlakukan kakak ipar keduanya seperti ini untuk mempermalukan kakak keduanya.Selain itu, masih belum jelas Jodie menyukai laki-laki ata
Wina dan Aulia bergosip tentang orientasi seksual Jodie, lalu pulang.Begitu pulang, Aulia langsung menjelaskan kepada orang tuanya.Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, Sisilia sengaja membawakan hadiah ke Bundaran Blue Bay.Wina tidak bisa menolak, jadi dia menerimanya dan menyuruh orang untuk mengirim balik hadiah kepada Sisilia sekeluarga.Berkat masalah ini, hubungan Wina dengan orang tua Jefri pun menjadi lebih dekat.Di sisi lain, Jihan malah merasa agak kesal. Begitu pulang, dia hanya duduk di sofa ruang kerja dalam diam.Karena Jihan sedang tidak bermain-main dengan ponselnya atau membaca dan hanya menatapnya, Wina pun meletakkan penggarisnya."Sayang, kamu kenapa?"Jihan sudah masuk sejak 10 menit yang lalu, tetapi baru sekarang Wina mengacuhkannya.Hati Jihan terasa sakit. Dia pun meletakkan salah satu kakinya yang jenjang ke atas lututnya yang lain."Menurutmu?"Jihan mengenakan setelan formal dengan kaki bersilang dan punggung bersandar di sofa.Wina memegang dagunya
Investigasi terhadap Sandy sudah dekat, tetapi pernikahan Daris dan Dokter Dinda juga harus tetap sesuai jadwal.Ini adalah pernikahan tangan kanan Jihan, jadi mobil-mobil mewah pun berderet di depan Hotel Arya.Bukan hanya tokoh-tokoh terkemuka di Kota Aster saja yang datang, tetapi juga orang-orang dari Kota Ostia yang memiliki urusan bisnis dengan Keluarga Lionel.Daris memesan seluruh hotel sehingga tamu baik dengan dan tanpa undangan dapat duduk.Daris lahir dari ibu tiri Yuno. Jadi, tentu saja perwakilan Keluarga Safwan adalah Yuno.Dia memasuki hotel tanpa banyak bicara. Begitu melihat Lilia, Yuno langsung mencegatnya di ujung koridor.Yuno mengenakan setelan jas berwarna hitam, pembawaanya terkesan elegan dan ekspresinya terlihat dingin. Seulas senyuman kecil tersungging di bibirnya."Kamu berani juga ya menggugatku kayak gitu. Pihak pengadilan sudah meneleponku."Yuno hendak menyentuh pipi Lilia, tetapi Lilia segera menghindar."Proses hukumnya sudah mau dimulai, tapi kamu mas
Wina berjalan memasuki aula pesta sambil menggandeng lengan Jihan dan kebetulan mereka bertemu dengan Yuno yang keluar dari aula.Kedua pihak pun menghentikan langkah masing-masing. Yuno menatap Jihan dan Wina di hadapannya, lalu tertawa kecil."Lama nggak ketemu, Nona Wina."Yuno sengaja tidak mengacuhkan Jihan dan hanya menyapa Wina. Sorot tatapannya terlihat jelas merendahkan dan menghina.Wina tidak menjawab. Dia mengajak Jihan pergi berputar arah, tetapi Yuno malah tertawa terbahak-bahak."Nona Wina, kayaknya wajahmu waktu kita terakhir kali ketemu nggak secerah sekarang. Sepertinya rumah tanggamu berjalan bahagia."Wina mulai merasa kesal dengan Yuno yang terlalu banyak bicara."Mau hidupku bahagia atau nggak itu bukan urusan Dokter Yuno."Yuno balas tersenyum dengan sinis."Memang bukan urusanku. Aku cuma kebetulan tahu kalau kebahagiaanmu itu berkat pengorbanan seseorang."Tangan Wina yang menggandeng Jihan pun sontak menegang.Jihan juga bisa merasakannya. Dia ragu sesaat, lal
Seseorang pun secara kebetulan berjalan melewati mereka. Orang itu refleks menatap Wina dan Jihan dengan wajah yang merona merah, sepertinya dia mendengar ucapan Jihan. Wajah Wina sontak menjadi merah padam lagi. "Aduh, kamu ini! Ssst! Sudah, diam!""Kamu 'kan dulu bukan tipe yang suka bicara?" tegur Wina sambil membungkam mulut Jihan. "Kenapa sekarang jadi cerewet?"Jihan membuka mulutnya hendak menjawab, tetapi Wina kembali membungkamnya. "Sudah, diam! Tutup mulutmu!"Di saat mereka berdua sedang berdebat, Daris pun menyambut pengantin wanita untuk masuk ke aula. Semua hadirin langsung duduk.Si pembawa acara naik ke atas panggung dan mengucapkan selamat atas pernikahan kedua mempelai, lalu mempersilakan kedua mempelai naik ke atas panggung.Cahaya ruangan menyinari pengantin wanita dan membuat Dokter Dinda tampak secantik peri yang turun ke bumi.Dia berdiri di ujung lain karpet merah, tersenyum begitu anggun sambil menunggu pengantin pria yang tampan menjemputnya ....Daris mengena
Saat Sandy yang duduk di meja bulat melihat Sara datang, dia langsung berdiri dan melambai memanggilnya. "Di sini, Sara."Begitu melihat sosok orang yang terkesan sangat bermartabat, Sara sontak merasa enggan dan ingin mundur. Namun, karena sudah terlanjur ada di sini, Sara pun bertekad menghadapi apa pun yang terjadi.Sara mengepalkan tangannya dan berjalan menghampiri Sandy. Barulah pada saat itu dia melihat kedua orang tua Sandy yang duduk di belakang.Ayahnya Sandy mengenakan setelan jas dengan dasi hitam, sosoknya tampak berwibawa dengan tubuh yang kekar dan tegap.Sedangkan ibunya Sandy terlihat bermartabat anggun, lembut, pendiam dan baik hati.Mereka saling tersenyum menyapa Sara, "Nona Sara, silakan duduk."Keluarga Sandy cukup ramah. Mereka mempersilakan Sara untuk duduk dan memesan apa pun yang ingin dia makan, sementara Sandy memanggil pelayan.Sikap ramah ketiga orang itu membuat Sara perlahan rileks. Setelah selesai memesan, Sara meminta mereka untuk santai saja dengannya