Persis di detik ini, tiba-tiba ponsel Edward berdering.Clara lantas menoleh, pandangannya jatuh pada ponsel yang tergeletak di meja. Di layar, terpampang jelas sebuah nama “Sayang”.Clara mengira dirinya tidak akan peduli lagi.Namun, setelah mencintainya bertahun-tahun, dia tidak mudah melepaskannya.Nama “Sayang” sukses membuat hatinya sakit. Dia pun mengalihkan pandangannya.Sementara itu, Edward menangkap kesedihan yang tersembunyi di mata Clara. Namun, tanpa ragu sedikit pun, dia mengangkat telepon itu di depannya. “Ada apa?” ucap Edward lembut.Elsa tentu juga memperhatikan gelagat ayahnya. Dalam ingatannya, Edward hanya akan bersikap lembut jika berhadapan dengan Vanessa.Seakan lupa Clara sedang bersamanya, dia bertanya dengan gembira, “Ayah, itu Tante Vanessa?”“Ya,” jawab Edward datar.Elsa hendak berkata jika dirinya juga ingin berbicara dengan Tante Vanessa, tapi dia tersadar Clara sedang duduk bersamanya. Dia tahu ibunya tidak menyukai Vanessa. Jadi kata-kata yang ingin
“Kamu…”Clara mengulurkan tangannya seraya berkata, “Terima kasih atas bantuannya selama ini.”Farel masih belum tersadar, tapi tetap menjabat tangan Clara, lalu berkata, “Sama-sama.”Selesai membereskan barangnya di kantor, Clara pun pergi.Farel tidak percaya Clara akan benar-benar pergi.“Ngapain bengong?” seru Rio sambil menepuk Pundak Farel.“Clara resmi keluar dari perusahaan.”“Benaran?” ucap Rio tak percaya.Clara benar-benar rela meninggalkan perusahaan? Kenapa ini terasa tidak nyata?Rio lantas mencibir, berkata, “Sekarang dia memang pergi, tapi bukan berarti dia nggak bisa kembali lagi. Kita lihat aja, nggak butuh waktu lama, kok. Nenek Keluarga Anggasta pasti akan membantunya kembali.”Farel terdiam tak membalas ucapan Rio.Meski agak tidak percaya, sikap Clara belakangan ini membuat Farel merasa kalau wanita itu benar-benar serius.Setelah meninggalkan Group Anggasta, Clara langsung pulang ke rumahnya.Selama dua hari berikutnya, dia tidak mendapatkan telepon dari Elsa. Ya
Keesokan harinya.Setelah demam Raisa benar-benar reda, barulah Clara pulang.Gaun untuk menghadiri jamuan makan besok malam masih belum dia siapkan.Sore harinya, dia menyempatkan keluar rumah.Sesampainya di butik mewah, terlihat beberapa pegawai butik, termasuk manajer butik sedang sibuk mengurus sebuah gaun.Sampai-sampai saat Clara melangkah masuk untuk mendekat, barulah mereka menyadari kedatangan Clara.“Permisi, Kak. Ada yang bisa kami bantu?” tanya pegawai butik.“Aku mau lihat-lihat dulu.”“Baik, silakan, Kak.”Meski menjadi menantu Keluarga Anggasta, Clara selama ini sangat jarang menghadiri jamuan mewah.Bagaimanapun, setiap kali menghadiri acara formal seperti itu, Edward dan Sinta tidak pernah mengajaknya.Sementara nenek Keluarga Anggasta, setelah bertahun-tahun pensiun, nenek tak lagi peduli pada lingkaran sosial semacam itu.Clara tidak terlalu paham soal gaun mewah. Hanya saja, sahabat dekatnya, Raisa, adalah seorang desainer busana kelas atas. Karena sering bersama,
Clara tampak tertegun saat mendengar nama Vanessa.“Vanessa? Kamu bilang namanya Vanessa? Maksudnya Vanessa Gori? Vanessa yang baru kembali dari Negara Latvin?” cecar Clara.Dylan mengangguk, ekspresinya pun sedikit terkejut, berkata, “Ya, kamu kenal?”“Dia adik tiriku,” jawab Clara.Dylan langsung terdiam.Dia tahu sedikit tentang kondisi Keluarga Hermosa.Dia juga tak menyangka akan ada kebetulan seperti ini.Tatapan Clara berubah dingin, lantas lanjut berkata, “Dia juga selingkuhan Edward.”Dylan tiba-tiba menginjak rem.“Kamu… ” Dylan terbelalak menatap Clara.Clara lantas menggelengkan kepalanya, sambil berkata, “Aku baik-baik aja.” Wajah Clara tampak tenang, dia pun lanjut berkata, “Hanya saja, nggak masalah kalau kamu anggap aku menyalahgunakan wewenang, tapi aku nggak setuju dia masuk perusahaan kita.”Raut wajah Dylan berubah serius. Tanpa ragu, dia langsung menyetujuinya, berkata, “Nggak kok. Aku dukung keputusanmu.”“Makasih,” ucapnya. Perasaannya mulai menghangat. Dia tampa
Saat mereka tiba, aula tempat jamuan diadakan sudah hampir penuh dengan tamu undangan.Malam ini, Clara terlihat cantik dan luar biasa. Tidak heran, begitu masuk langsung menarik perhatian banyak orang.Tuan rumah dan Dylan memiliki hubungan yang cukup dekat. Saat melihat mereka, tuan rumah menyambut dengan senyuman.Tepat di saat hendak menyapa mereka, tiba-tiba pintu masuk kembali terbuka, tamu lain pun juga tiba.Saat melihat siapa tamu yang datang, tuan rumah sontak terkejut, seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat.Sama halnya dengan tamu lain, pun terkejut saat melihat siapa yang datang.Clara dan Dylan berdiri membelakangi pintu masuk. Mereka berdua tak tahu apa yang terjadi. Saat melihat ekspresi para tamu yang tiba-tiba terkejut dan tampak antusias, mereka berdua penasaran.Saat hendak menoleh ke belakang, tuan rumah memberikan ucapan maaf lalu melewati mereka, berjalan ke arah pintu menyambut tamu yang baru datang.“Pak Edward, Pak Dani, Pak Gading.”Jantung Clara berdeg
Awalnya memang ada perasaan terkejut dalam dirinya, tapi dia tak lagi peduli.Banyak tamu berbondong-bondong ke arah Edward dan rombongannya, membuat kerumunan bak dinding tebal. Edward dan rombongannya benar-benar tidak menyadari keberadaan Clara.Sekilas, Clara tampak lembut dan anggun, tapi Dylan tahu, dalam diri Clara sebenarnya tersembunyi keberanian dan tekad yang besar.Asalkan Clara ingin dan tertarik pada satu hal, dia akan berusaha sebaik mungkin mendalaminya. Sekalipun hasil akhirnya tidak memiliki nilai pasar, dia tetap merasa puas dan menikmatinya.Menurutnya, sesuatu itu berguna atau tidak, hanya bisa diketahui setelah mencobanya.Sama halnya dengan masalah hati.Clara mencintai Edward. Maka, dia berani mempertaruhkan masa depannya, meninggalkan kesempatan studinya dan tanpa ragu memilih menjalani kehidupan berumah tangga.Sekarang Clara sudah mencoba pilihannya. Meski pengorbanan yang harus dibayar begitu besar, Dylan tak pernah melihat ada penyesalan di mata Clara.Jadi
Dylan belum sempat mengatakan sepatah kata pun. Di sisi lain, Clara refleks menoleh saat mendengar seseorang mendekat. Saling pandang antar keduanya pun tak bisa dihindarkan.Senyum sebelumnya yang terpancar di wajah Vanessa kini memudar begitu melihat Clara, dan berubah menjadi dingin.Dia hanya menatap sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, seolah Clara tak ada di sana. Dia tersenyum seperti sebelumnya saat kembali menatap Dylan. Hanya saja, saat hendak berbicara dengan Dylan, Dylan justru tersenyum ke arah Clara, sambil berkata, “Clar, ini Vanessa. Kamu mau berkenalan dengannya?”Kata-kata yang Dylan ucapkan, mengandung tiga makna sekaligus.Pertama, hubungan Dylan dan Clara sangatlah dekat. Kedua, Dylan tahu tentang konflik yang terjadi antara Vanessa dan Clara. Terakhir, Dylan secara terang-terangan berpihak pada Clara.Sebelum ini, Vanessa tidak tahu Dylan dan Clara saling mengenal satu sama lain. Terlebih lagi hubungan mereka begitu akrab. Dia tidak tahu pasti sejauh apa hu
Dylan ingin tahu maksud ucapan tuan rumah dan bertanya, “Jadi?”“Orang seperti itu, biasanya sulit masuk ke dalam lingkaran komunitas kita, apalagi berbaur dengan keluarga terpandang seperti Keluarga Anggasta atau yang lainnya. Tapi lihat, Bu Vanessa itu cukup mudah masuk ke lingkaran komunitas ini, bahkan hubungannya cukup baik dengan mereka. Hebat sekali.”“Awalnya aku heran kenapa Edward tiba-tiba datang ke jamuan ini. Ternyata, belakangan aku sadar, dia datang untuk mengenalkan koneksinya pada Bu Vanessa.”“Kalau Edward sampai turun tangan sendiri memperkenalkan koneksinya, apalagi membawa Gading dan lainnya, itu artinya dia benar-benar serius dengan Bu Vanessa. Kalau nggak, buat apa dia repot-repot seperti ini.”“Dengan Edward membuka jalan, Keluarga Gori mungkin akan melesat dalam waktu singkat.”Dylan dan Clara tampak mendengarkan tanpa menyela.Terakhir, tuan rumah menghela napas panjang, lalu berkata, “Haiss… Keluarga Gori benar-benar beruntung punya anak seperti itu, bikin ir
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang