Keesokan harinya.Setelah demam Raisa benar-benar reda, barulah Clara pulang.Gaun untuk menghadiri jamuan makan besok malam masih belum dia siapkan.Sore harinya, dia menyempatkan keluar rumah.Sesampainya di butik mewah, terlihat beberapa pegawai butik, termasuk manajer butik sedang sibuk mengurus sebuah gaun.Sampai-sampai saat Clara melangkah masuk untuk mendekat, barulah mereka menyadari kedatangan Clara.“Permisi, Kak. Ada yang bisa kami bantu?” tanya pegawai butik.“Aku mau lihat-lihat dulu.”“Baik, silakan, Kak.”Meski menjadi menantu Keluarga Anggasta, Clara selama ini sangat jarang menghadiri jamuan mewah.Bagaimanapun, setiap kali menghadiri acara formal seperti itu, Edward dan Sinta tidak pernah mengajaknya.Sementara nenek Keluarga Anggasta, setelah bertahun-tahun pensiun, nenek tak lagi peduli pada lingkaran sosial semacam itu.Clara tidak terlalu paham soal gaun mewah. Hanya saja, sahabat dekatnya, Raisa, adalah seorang desainer busana kelas atas. Karena sering bersama,
Clara tampak tertegun saat mendengar nama Vanessa.“Vanessa? Kamu bilang namanya Vanessa? Maksudnya Vanessa Gori? Vanessa yang baru kembali dari Negara Latvin?” cecar Clara.Dylan mengangguk, ekspresinya pun sedikit terkejut, berkata, “Ya, kamu kenal?”“Dia adik tiriku,” jawab Clara.Dylan langsung terdiam.Dia tahu sedikit tentang kondisi Keluarga Hermosa.Dia juga tak menyangka akan ada kebetulan seperti ini.Tatapan Clara berubah dingin, lantas lanjut berkata, “Dia juga selingkuhan Edward.”Dylan tiba-tiba menginjak rem.“Kamu… ” Dylan terbelalak menatap Clara.Clara lantas menggelengkan kepalanya, sambil berkata, “Aku baik-baik aja.” Wajah Clara tampak tenang, dia pun lanjut berkata, “Hanya saja, nggak masalah kalau kamu anggap aku menyalahgunakan wewenang, tapi aku nggak setuju dia masuk perusahaan kita.”Raut wajah Dylan berubah serius. Tanpa ragu, dia langsung menyetujuinya, berkata, “Nggak kok. Aku dukung keputusanmu.”“Makasih,” ucapnya. Perasaannya mulai menghangat. Dia tampa
Saat mereka tiba, aula tempat jamuan diadakan sudah hampir penuh dengan tamu undangan.Malam ini, Clara terlihat cantik dan luar biasa. Tidak heran, begitu masuk langsung menarik perhatian banyak orang.Tuan rumah dan Dylan memiliki hubungan yang cukup dekat. Saat melihat mereka, tuan rumah menyambut dengan senyuman.Tepat di saat hendak menyapa mereka, tiba-tiba pintu masuk kembali terbuka, tamu lain pun juga tiba.Saat melihat siapa tamu yang datang, tuan rumah sontak terkejut, seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat.Sama halnya dengan tamu lain, pun terkejut saat melihat siapa yang datang.Clara dan Dylan berdiri membelakangi pintu masuk. Mereka berdua tak tahu apa yang terjadi. Saat melihat ekspresi para tamu yang tiba-tiba terkejut dan tampak antusias, mereka berdua penasaran.Saat hendak menoleh ke belakang, tuan rumah memberikan ucapan maaf lalu melewati mereka, berjalan ke arah pintu menyambut tamu yang baru datang.“Pak Edward, Pak Dani, Pak Gading.”Jantung Clara berdeg
Awalnya memang ada perasaan terkejut dalam dirinya, tapi dia tak lagi peduli.Banyak tamu berbondong-bondong ke arah Edward dan rombongannya, membuat kerumunan bak dinding tebal. Edward dan rombongannya benar-benar tidak menyadari keberadaan Clara.Sekilas, Clara tampak lembut dan anggun, tapi Dylan tahu, dalam diri Clara sebenarnya tersembunyi keberanian dan tekad yang besar.Asalkan Clara ingin dan tertarik pada satu hal, dia akan berusaha sebaik mungkin mendalaminya. Sekalipun hasil akhirnya tidak memiliki nilai pasar, dia tetap merasa puas dan menikmatinya.Menurutnya, sesuatu itu berguna atau tidak, hanya bisa diketahui setelah mencobanya.Sama halnya dengan masalah hati.Clara mencintai Edward. Maka, dia berani mempertaruhkan masa depannya, meninggalkan kesempatan studinya dan tanpa ragu memilih menjalani kehidupan berumah tangga.Sekarang Clara sudah mencoba pilihannya. Meski pengorbanan yang harus dibayar begitu besar, Dylan tak pernah melihat ada penyesalan di mata Clara.Jadi
Dylan belum sempat mengatakan sepatah kata pun. Di sisi lain, Clara refleks menoleh saat mendengar seseorang mendekat. Saling pandang antar keduanya pun tak bisa dihindarkan.Senyum sebelumnya yang terpancar di wajah Vanessa kini memudar begitu melihat Clara, dan berubah menjadi dingin.Dia hanya menatap sebentar, lalu mengalihkan pandangannya, seolah Clara tak ada di sana. Dia tersenyum seperti sebelumnya saat kembali menatap Dylan. Hanya saja, saat hendak berbicara dengan Dylan, Dylan justru tersenyum ke arah Clara, sambil berkata, “Clar, ini Vanessa. Kamu mau berkenalan dengannya?”Kata-kata yang Dylan ucapkan, mengandung tiga makna sekaligus.Pertama, hubungan Dylan dan Clara sangatlah dekat. Kedua, Dylan tahu tentang konflik yang terjadi antara Vanessa dan Clara. Terakhir, Dylan secara terang-terangan berpihak pada Clara.Sebelum ini, Vanessa tidak tahu Dylan dan Clara saling mengenal satu sama lain. Terlebih lagi hubungan mereka begitu akrab. Dia tidak tahu pasti sejauh apa hu
Dylan ingin tahu maksud ucapan tuan rumah dan bertanya, “Jadi?”“Orang seperti itu, biasanya sulit masuk ke dalam lingkaran komunitas kita, apalagi berbaur dengan keluarga terpandang seperti Keluarga Anggasta atau yang lainnya. Tapi lihat, Bu Vanessa itu cukup mudah masuk ke lingkaran komunitas ini, bahkan hubungannya cukup baik dengan mereka. Hebat sekali.”“Awalnya aku heran kenapa Edward tiba-tiba datang ke jamuan ini. Ternyata, belakangan aku sadar, dia datang untuk mengenalkan koneksinya pada Bu Vanessa.”“Kalau Edward sampai turun tangan sendiri memperkenalkan koneksinya, apalagi membawa Gading dan lainnya, itu artinya dia benar-benar serius dengan Bu Vanessa. Kalau nggak, buat apa dia repot-repot seperti ini.”“Dengan Edward membuka jalan, Keluarga Gori mungkin akan melesat dalam waktu singkat.”Dylan dan Clara tampak mendengarkan tanpa menyela.Terakhir, tuan rumah menghela napas panjang, lalu berkata, “Haiss… Keluarga Gori benar-benar beruntung punya anak seperti itu, bikin ir
Tepat pada saat ini, terdengar langkah kaki dari luar.Edward sudah pulang.“Ayah!” teriak Elsa.“En.” Edward masuk perlahan dan berjalan ke tepi ranjang.Clara berniat meletakkan Elsa di atas ranjang, memberi Edward sedikit ruang. Namun, Elsa enggan berpisah dengannya, gadis kecil itu tetap bersandar padanya meski tangan mungilnya terulur ke arah Edward.Edward melangkah mendekat hendak memeluk Elsa.Saat memeluk Elsa, Edward terlihat sangat dekat dengan Clara, hingga dia bisa menangkap aroma maskulin familier dari tubuhnya.Di waktu yang bersamaan, tercium juga wangi parfum wanita yang lembut dan elegan.Yaps, parfum Vanessa, dia sempat mencium aroma parfum ini dari tubuh wanita itu saat sedang berada di acara tadi.Clara berusaha mengalihkan pandangannya. Dia pun bangkit dan menjaga jarak dengan Edward hingga aroma parfum itu tidak tercium lagi.Tangan Edward yang berhiaskan jam tangan mewah dengan perlahan menyentuh kening Elsa, lalu menatap Clara, berkata, “Berapa suhunya? Sudah t
Keluar dari dapur, mata Clara tertuju pada sosok Edward yang duduk di sofa ruang tamu membaca koran.Begitu melihat Clara, Edward hanya melirik sekilas lalu kembali fokus pada koran yang sedang dia baca.Langkah kaki Clara terhenti sejenak.Dulu, dia pasti akan mendekat, duduk di samping pria itu tanpa mengganggu, hanya untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama.Namun kini …Tak ada lagi yang harus mereka bicarakan.Memikirkan hal itu, Clara berbalik menaiki tangga, sementara Edward tidak menghentikannya.Hanya saja, Clara merasa sedikit bingung.Dia sempat mengira Edward akan menegurnya atas kejadian di jamuan malam ini. Bagaimana tidak? Dia dan Dylan telah mempermalukan Vanessa.Namun, pria itu justru tak mengatakan apa pun...Setibanya di atas, tampak Elsa sudah terbangun. Elsa keluar dari kamarnya dengan wajah lesu mencari keberadaan Clara, lantas berkata, “Mama, aku lapar, apa buburnya sudah matang?”“Bentar lagi ya, Sayang.” Clara menoleh ke Bibi Sari, bertanya, “Masih demam?
Pada akhirnya, tunangan cewek itu datang dan menghentikannya, mereka pun mulai bertengkar.Sesaat setelah itu, keluarga cewek itu pun datang.Tampaknya Raisa benar mengenai keluarga cewek itu kaya, mereka tampak sombong di depan Keluarga Gori, Ervan pun terlihat merendah, seakan ingin berdamai dengan mereka, tetapi pihak cewek menolak untuk mendengarnya, dan langsung menampar Ervan.Raut wajah Keluarga Gori seketika tampak menggelap.Tampaknya, mereka dihina keluarga cewek itu.Tepat saat ini, Edward muncul.Dia langsung membuka mantelnya, dan menggunakannya untuk menutupi badan Vanessa, lalu menoleh ke arah orang tua cewek dan berbicara, kemudian menggendong Vanessa dan pergi tanpa menoleh ke belakang.Sejak kemunculan Edward, wajah keluarga cewek itu langsung berubah.Melihat Edward yang beranjak pergi, mereka mengejarnya seakan mau menjelaskan, tetapi dihalangi oleh pengawal yang disiapkan untuk pesta itu.Di akhir video, keluarga cewek itu yang awalnya sombong pun berubah menjadi s
Edward yang tidak kunjung datang, membuat nenek Keluarga Anggasta marah, Elsa juga tidak senang.Akan tetap Clara terlihat tidak masalah sama sekali, dengan tenang dia menyeduh teh untuk nenek Keluarga Anggasta, lalu berkata: “Mungkin ada urusan mendadak di kantor, jadi nggak bisa datang.”Suasana hati nenek Keluarga Anggasta sedang tidak bagus, jadi malam itu dia tidur lebih cepat.Sementara Elsa berusaha menelepon Edward beberapa kali, tetapi tidak diangkatnya.Keesokan paginya.Saat Clara bangun tidur, tidak ada orang di sisinya.Entah ke mana perginya Elsa.Setelah Clara mandi, lalu keluar dari kamarnya dan mencari kemana-mana, dia tetap tidak menemukan mereka.Setelah bertanya dia baru tahu karena Edward tidak datang, Elsa merasa bosan, jadi pagi-pagi dia sudah turun gunung bersama pelayan, bermain di tempat lain.Sementara nenek Keluarga Anggasta kemarin malam terkena angin malam, dan jatuh sakit, jadi saat tengah malam kepalanya sakit parah, oleh karena itu, dia langsung pulang
“Jangan gitu, Mama pulang temani Elsa dong? Vila Air Panas itu jauh banget, aku pasti bosan sendirian duduk di mobil.”Clara terdiam sejenak.‘Sudahlah.’“…oke.”Akhir-akhir ini Morti Group sedang mengembangkan aplikasi baru, setelah makan, Dylan meneleponnya untuk mendiskusikan beberapa masalah teknis.Edward dan Elsa tampak berbicara di ruang tamu, Clara berjalan ke luar untuk mengangkat telepon.Setengah jam kemudian, Clara baru selesai menelepon.Elsa menatapnya, dan berkata: “Akhir-akhir ini ada banyak yang telepon cari Mama, setiap malam pun Mama sibuk telepon, dulu Mama nggak gini… “Edward yang mendengar ini, langsung menatapnya juga.Sebelumnya, Clara sangat jarang menelepon orang lain.Apalagi menelepon begitu lama.‘Apa jangan-jangan Bu Clara selingkuh?’‘Ini…’‘Harusnya tidak mungkin, ‘kan?’Dengan perasaan Bu Clara yang dalam terhadap Edward, seharusnya tidak mungkin berselingkuh.“Ada sedikit urusan.” Clara tidak menjelaskan: “Aku mau ke lantai atas urus kerjaan dulu.”El
Staf perusahaan Edward sangat banyak, jadi selalu sibuk.Pada dua hari ke depannya, Edward pun tidak pulang ke rumah karena ada urusan, sehingga Elsa yang berada di rumah sangat bosan, dia lalu tidak tahan dan menelepon Clara lagi.Setelah sibuk selama dua hari, masalah sebelumnya, bagi Clara sudah berlalu.Melihat telepon Elsa, dia langsung mengangkatnya.Elsa: “Mama kapan mau pulang ke rumah… “Mengetahui Edward tidak ada di rumah, setelah pulang dari kantor, Clara pun pulang mengunjungi Elsa sebentar.Begitu Clara pulang ke rumah, Elsa sangat senang, dia langsung menceritakan berbagai hal menarik yang terjadi di sekolah, dia pun menceritakan gim yang akhir-akhir ini disukainya, dan bahkan ingin mengajari Clara cara memainkannya.Setelah dia menyelesaikan PR-nya, apapun yang ingin dimainkan Elsa, asalkan tidak membahayakan, Clara selalu menurutinya, bermain bersamanya.Clara hanya perlu melihat Elsa memainkannya sebanyak dua kali, dan langsung bisa memainkan gim itu selama satu jam l
Menurut Lily, Clara pasti iri pada Vanessa yang telah merebut Edward, makanya dia menghalangi Vanessa masuk ke Morti Group.Clara tidak berpendidikan dan bodoh, tetapi dia tetap tahu bagaimana menggunakan trik licik seperti ini, memikirkan ini, dia merasa Clara sangat lucu.Sepertinya bukan hanya dia, Edward pun pasti juga merasa seperti ini ‘kan?Sayangnya Clara sama sekali tidak menyadari hal ini, mungkin saja dia sekarang masih berbahagia karena sudah berhasil menghalangi rencana Vanessa.Saat memikirkan kemampuan Vanessa, dan teringat pada Clara, Lily menyadari bahwa mereka berdua sama sekali tidak pantas dibandingkan.Ervan menghela napas berat: “Aku tahu.”Dia juga berpikiran sama dengan Lily.“Tapi dia nggak mau dengar.”“Dia benar-benar… “Memiliki sifat yang sama dengan ibunya itu.Kata-kata ini tidak keluar dari mulut Lily, lagipula, setiap teringat orang itu, dia merasa tidak senang.“Mengenai Cuap… ““Mengenai ini tanya saja pada Vanessa setelah dia pulang.”Ervan juga sang
Setelah berjalan jauh, Raisa menatap Clara dengan khawatir: “Clara… “Clara menggelengkan kepala, lalu berkata: “Aku nggak apa-apa.”Sejak Ervan dan ibunya bercerai, dalam hatinya, dia sudah bukan lagi ayahnya.Dia hanya merasa sedih karena beban pamannya jadi bertambah, hanya karena berhubungan dengannya.Dia juga bersedih karena cinta buta Edward.Begitu teringat bagaimana Edward hanya memperhatikan Vanessa, demi Vanessa dia melawan Dylan dan pamannya, tanpa memikirkan perasaannya sama sekali, hatinya terasa seperti ditusuk pisau.Sakitnya terasa hingga darah mengalir deras.“Clara… “Raisa memeluknya dengan kasihan.Clara memaksakan diri tersenyum, tidak berbicara sama sekali.Tidak apa-apa.Dia sudah memutuskan untuk menyerah.Hanya butuh sedikit waktu.Dia pasti bisa.“Ayo kita minum-minum?”Raisa merasa Clara butuh waktu untuk menenangkan diri.Clara menggelengkan kepala: “Nggak perlu.”Dibandingkan meminum bir, dia lebih ingin pulang dan meneliti datanya.Dengan begitu, dia bisa
Fani pun langsung tersenyum: “Bukankah ini Clara? Lama tidak jumpa, kamu makin cantik saja.”“Ibu… “Mendengar Fani memuji Clara, Diana agak tidak senang.Dia memang tahu bahwa Clara sangat cantik.Tidak disangka setelah beberapa tahun tidak bertemu, Clara malah semakin cantik.Melihat kulit Clara yang seputih salju dan halus, dengan aura yang elegan, dia sangat iri.Akan tetapi, dia teringat, ‘memangnya kenapa kalau Clara cantik? Calon kakak iparnya tetap tidak menyukainya, hanya menyukai kakaknya Vanessa ‘kan?’Memikirkan ini, hatinya menjadi agak tenang.Ervan menatap Fani: “Kakak ipar, kenapa kamu bisa datang kemari?”“Karena Paman sudah lama tidak pulang, jadi kami datang kemari.” Diana menyela, setelah selesai bicara, dia melihat kotak brokat yang dibuka pemilik toko, lalu menatap Clara, dan dengan sengaja berkata dengan suara keras: “Paman, ini hadiah peringatan pernikahan yang Paman pesan khusus untuk Tante? Cantik banget!”Ervan tersenyum: “Iya.”“Setiap tahun peringatan pern
Elsa tampaknya sibuk bermain dengan Vanessa, jadi pada hari Sabtu dan Minggu, dia tidak menghubungi Clara sama sekali.Pada hari Senin, Clara pun pergi ke Morti Group untuk bekerja seperti biasa.Saat akan segera pulang kerja, Raisa meneleponnya, mengajaknya untuk makan bersama.Setelah makan, Clara pun pergi ke kamar mandi.Akan tetapi, dia bertemu dengan Dani.Clara sama sekali tidak menghentikan langkahnya, dia berjalan melewati Dani seakan tidak melihatnya.Di sisi lain, Dani malah berhenti, dan menoleh melihatnya.Clara tentu tahu hal ini, tetapi dia tidak memedulikannya.Saat Clara keluar dari kamar mandi, dia melihat Dani masih berdiri di tempat mereka berpapasan tadi, tidak pergi sama sekali.Melihatnya keluar, Dani pun menoleh: “Kamu datang ke sini untuk makan?”Dani terlihat seperti sedang menunggunya.“Iya.” Selesai bicara, dia lanjut dengan dingin: “Pak Dani mau tuduh aku ikuti kalian lagi?”Dani tertegun sejenak, lalu berkata: “Bukan gitu.”Clara tidak tahu apa maksudnya.
Begitu memikirkan ini, dia langsung berkata: “Oke, Mama segera pulang.”Malam itu, Clara membuatkan Iga Asam Manis untuk Elsa, beserta sup.Dalam dua hari ke depannya, dia pun selalu berada di sisi Elsa.Hingga pada hari Jumat, nenek Keluarga Hermosa meneleponnya, memintanya untuk pulang dan makan bersamanya.Clara lalu pulang ke rumah Keluarga Hermosa bersama Elsa.Di rumah itu, hanya ada nenek Keluarga Hermosa, sementara yang lainnya ada yang sedang dinas, dan ada yang sedang sekolah.Nenek Keluarga Hermosa awalnya belum tahu bahwa Elsa sudah pulang dari luar negeri, jadi begitu melihat Clara membawa Elsa pulang, dia sangat senang.Elsa juga dekat dengan nenek Keluarga Hermosa, dia sangat pintar dalam membuat nenek Keluarga Hermosa senang.Pada malam hari, Clara dan Elsa pun tinggal di rumah Keluarga Hermosa.Keesokan paginya, Clara bangun dan mengulen adonan yang akan dia jadikan sebagai kulit risol.Saat nenek Keluarga Hermosa melihatnya tampak terampil, dia teringat saat Clara mas