Vanessa tertegun, lalu mengerucutkan bibirnya.Itu bukan jawaban yang diinginkannya.Prof Nian mendorong pintu terbuka dan hendak pergi, tapi Vanessa dengan cepat melangkah maju dan berkata, "Prof Nian, menurut Anda apa yang harus aku tingkatkan?"Prof Nian berhenti sejenak dan berkata dengan dingin, "Lakukan lebih banyak penelitian dan berikan lebih banyak perhatian pada perkembangan baru di bidang lain."Saat dia selesai berbicara, Edward kembali.Sebelum dia sempat bicara, Prof Nian berkata, "Aku sudah lakukan apa yang harusnya aku lakukan. Aku akan hubungi Anda lagi dalam beberapa hari."Edward: "Baik."Setelah selesai berbicara, dia langsung pergi.Edward memandang Vanessa dan melihat bahwa dia tampak tidak senang. Dia bertanya, "Hasilnya nggak bagus ya?"Vanessa mengangguk dengan tenang. "Aku ditolak.""Prof Nian bilang apa? Ceritakan padaku."Vanessa menceritakan seluruh proses dan evaluasi serta sarannya pada Nian."Kamu memang cukup berbakat." Edward berkata, "Menurutku sarann
Mungkin melihat mereka sangat lelah, Prof Nian pun suruh mereka pulang sekitar jam sembilan malam itu.Setelah melalui hari yang melelahkan, Clara segera pulang, mandi, dan tidur lebih awal.Di hari berikutnya.Ada hal-hal di X-Tech yang perlu mereka tangani.Clara dan Dylan lalu menyempatkan diri untuk pergi ke X-Tech sore itu.Ketika mereka tiba, Clara dan Dylan baru saja membahas beberapa masalah teknis ketika Doni dan Agra masuk, dipimpin oleh staf X-Tech.Ketika melihat Clara, mereka sedikit terkejut.Agra mengangkat alisnya. "Oh dia karyawan X-Tech? Kebetulan sekali."Sementara Doni mengangkat bahu.‘Kami nggak saling kenal, jadi gimana aku bisa tahu kalau dia karyawan X-Tech?’Seorang staf X-Tech di dekatnya mendengar obrolan mereka, lalu berkata, "Maksud kalian Bu Clara? Dia bukan karyawan X-Tech. Dia programer Morti Group. Dia datang ke sini hari ini untuk bantu tangani masalah pemrograman."Menyadari bahwa seseorang seperti sedang memperhatikannya, Clara menoleh untuk melihat
Namun, dia tidak melihat ke arah mereka dan terus berkomunikasi dengan staf teknis X-Tech.Pak Zaki tersenyum dan berkata, "Ternyata kalian bertiga sudah saling kenal?"Dylan: "Iya, Pak."Gimanapun, mereka semua adalah generasi kedua dan ketiga di kalangan sosial kelas atas ibu kota, jadi wajar saja jika mereka saling kenal.Hanya saja bidang yang ditekuninya beda dengan mereka, jadi mereka tidak akrab.Doni dan Agra menyapa Dylan, lalu berjalan ke sisi lain bersama Pak Zaki untuk bahas pekerjaan.Sementara Vanessa tinggal bersama Dylan.Tentu saja dia juga melihat Clara.Namun setelah sekilas pandang, dia alihkan pandangannya dan kembali menatap Dylan. "Pak Dylan baru saja tiba?"Dylan cukup hebat, apalagi dia juga murid Nian. Jadi meski, dia dapat melihat Dylan bersikap acuh tak acuh padanya karena Clara, dia tetap ingin menjalin hubungan baik dengannya.Lagi pula, saat dia jadi murid Nian nanti, mereka bakal habiskan makin banyak waktu bersama."Sudah sekitar setengah jam." Dylan me
Dia bertanya, "Apa kamu kenal wanita itu?"Ketika mendengarnya bertanya tentang Clara, tangan Vanessa yang sedang mengetik sedikit menegang.Clara memang cantik.Mendengar Doni menanyakan hal itu, tanpa sadar dia berpikir Doni tertarik pada Clara.Tetapi ketika dia memikirkan tentang apa yang didengarnya di pelelangan hari itu dan sikap Doni terhadapnya sekarang, dia tahu dia salah.Dia pun menjawab tanpa ekspresi apa pun di wajahnya, "Aku nggak kenal, ada apa?"Doni melirik Clara dan Dylan lalu berkata, "Dari cara dia bicara dengan Pak Dylan, sepertinya dia juga sangat handal?"Vanessa berkata dengan tenang, "Aku nggak tahu, tapi kabarnya dia cuma punya gelar sarjana."“Cuma gelar sarjana?”"Iya."‘Pantas saja.’Dia tidak berpendidikan setinggi Vanessa, juga tidak semenarik Vanessa, jadi wajar saja dia khawatir Dylan akan direbut.Dia khawatir pada Dylan dan cemas dia akan dibawa pergi, dan itu bisa dimengerti.Namun saat dia melihat Vanessa lebih baik dari dirinya, dia pun jadi bermu
Clara tahu senyum Dylan itu sedang menggoda Doni, jadi dia mengangguk dan berkata, "Iya."Vanessa menemukan bahwa Dylan sangat perhatian terhadap Clara.Dia pun mengerutkan kening.Meski Doni dan yang lainnya tidak punya waktu untuk makan bersama, pekerjaan mereka telah selesai, jadi mereka turun bersama Clara dan Dylan, bersiap meninggalkan X-Tech.Pada saat itu, Vanessa menerima panggilan telepon.Setelah panggilan selesai, dia berkata, "Edward sudah mau datang, aku turun bareng kalian saja."Ketika rombongan itu tiba di lantai bawah, Edward sudah menunggu di sana.Melihat mereka, dia keluar dari mobil lalu menyapa Doni dan Dylan.Dia juga melirik Clara, tapi tidak bicara dengannya.Sementara Vanessa langsung berdiri di sampingnya begitu dia turun dari mobil.Melihat mereka seperti ini, mereka benar-benar terlihat seperti pasangan sungguhan.Doni saat ini sedang bicara dengan Edward, sementara Dylan menatapnya dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan nada dingin, "Pak Edward,
Clara berhenti sejenak dan bertanya padanya, "Kapan kamu mau pergi?""Itu…"Elsa sedikit ragu.Clara tahu dia sebenarnya hanya ingin Clara menemaninya saat Vanessa dan Edward sedang sibuk.Tapi dia tidak tahu kapan Vanessa dan Edward akan sibuk.Jadi, dia ragu-ragu.Clara pun mengalihkan pandangannya dan berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu mau pergi, bilang saja. Kalau mama ada waktu, mama bawa kamu pergi. "Elsa berkata dengan gembira, "Oke!"Minggu ini dia sangat sibuk.Pada Jumat malam, Clara pulang kerja lebih awal.Ketika tiba di rumah dan hendak memasak sesuatu, Elsa meneleponnya.Clara tertegun sejenak sebelum menjawab telepon."Ma, aku bebas di hari Sabtu, yuk, main ski!"Clara telah janji padanya jika dia ingin main ski, dia bisa langsung menghubunginya.Tapi, dia tidak berencana membawanya ke sana besok.Karena besok, dia masih harus ketemu Dani dan Tania, yang bisa dibilang termasuk pertemuan bisnis.Dia tidak ingin repot-repot membawanya saat dia pergi ke pertemuan bisnis.
Dani khawatir mereka akan tertabrak, jadi Dani mengikuti mereka sehingga bisa melindungi mereka jika ada orang yang tidak sengaja akan menabrak mereka.Namun, saat ini jumlah orangnya terlalu banyak.Baru saja main 1 jam lebih, mereka sudah ditabrak dua anak perempuan.Tania sih masih aman, tapi Clara tidak, tubuhnya jatuh bertabrakan dengan Dani.Tanpa pikir panjang, Dani langsung melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu, lalu mengeratkan pegangannya dan mendekapnya erat dalam pelukannya.Clara yang mendadak jatuh ke pelukannya langsung tertegun. Segera dia merasakan tidak enak, jadi ingin mendorongnya. Tapi kakinya terasa sakit.Dani masih tidak melepasnya. "Apa pergelangan kakimu terkilir?"“Sepertinya iya.”Dani dengan cekatan memanggil staf dan minta mereka jaga Tania, sementara dia membungkuk dan menggendong Clara.Clara kira dia akan minta staf untuk membantunya.Tapi tiba-tiba dia digendong oleh Dani. Dia pun sedikit bingung, lalu dia menolak, "Turunkan aku dulu, aku..."D
Setelah Clara dan Dani selesai makan dan berkendara belum terlalu jauh, dia menerima panggilan dari Raisa."Clara, kamu di mana? Aku hampir mati kelelahan, datang jemput aku makan malam dong."Clara tidak mengatakan dia sudah makan. "Kamu di mana?""Kawasan Pancawarna," kata Raisa, "Di sini ada rumah kuno yang dibangun beberapa tahun lalu. Pagi-pagi aku ke sini bareng bibi untuk lihat properti. Capek banget.""Oke."Setelah menutup telepon, Clara menyesuaikan navigasi dan menuju Kawasan Pancawarna.Lebih dari sepuluh menit kemudian, Raisa menelepon lagi. "Clara! Kamu tahu siapa yang kulihat di sini?"Clara terdiam.Baru-baru ini, satu-satunya hal yang bisa buat Raisa bicara dengan kesal tampaknya cuma..."Edward, Vanessa dan keluarganya! Dia bawa Keluarga Gori untuk lihat rumah!"Clara menatap lurus ke depan dan berkata "Iya" tanpa ekspresi di wajahnya.Biasanya ketika Edward dan Vanessa pergi keluar, mereka selalu bawa Elsa.Jadi, Edward tinggalkan Elsa sendirian di rumah hari ini ka
Clara berkata, "Sampai jumpa."Setelah itu, dia pergi tanpa ragu.Setelah sampai di Kediaman Keluarga Hermosa, Clara naik ke kamarnya, dan Rana bergosip dengan Nenek Hermosa tentang apa yang terjadi hari ini.Nenek Hermosa sangat terkejut saat mengetahui orang yang membuat janji dengan Clara sebenarnya adalah Dani.Lagi pula, Dani dan Edward adalah teman sejak kecil, dan Clara tidak pernah akrab dengannya sebelumnya, jadi kenapa mereka tiba-tiba...Bagas berkata, "Pantesan aku heran kenapa Keluarga Nainggolan tiba-tiba berinisiatif ajak kerja sama beberapa waktu lalu, dan dia juga sangat baik padaku akhir-akhir ini. Ternyata..."Arini berkata, "Berarti itu beneran?"Nenek Hermosa yang lebih mengerti Clara, berkata, "Clara belum resmi cerai. Aku rasa dia nggak punya niat seperti itu. Biarkan saja semua berjalan secara alami dan jangan terlalu ikut campur.""Iya."Keesokan harinya, Clara terbangun di rumah Keluarga Hermosa dan baru saja selesai sarapan ketika ponselnya berdering.Panggil
Sandy dan Rana datang dan bertanya pada Tania apa dia ingin bermain di seluncuran air.Setelah menatap seluncuran air berwarna-warni tak jauh dari situ, dia mengangguk cepat.Seluncuran air di kapal pesiar berada di dalam ruangan dengan sumber air panas, jadi tidak akan dingin bahkan di musim hujan sekalipun.Faktanya, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat bermain di seluncuran air itu.Namun, biasanya ini memang dunia untuk para remaja dan anak-anak.Clara dan Dani berseluncur beberapa kali dan merasa bosan.Tetapi, Tania, Sandy dan Rana bermain seakan tidak ada bosannya.Clara duduk di samping dan berendam air panas.Pada saat itu, Dani memberinya minuman.Clara menerimanya, "Terima kasih."Dani duduk tidak jauh darinya, "Sama-sama."Lalu dia bertanya, "Berapa umur mereka?""Sandy berumur enam belas tahun, Rana sekarang empat belas tahun.""Kamu sering ajak mereka main?"Clara menggelengkan kepalanya, "Iya, dulu gitu, tapi akhir-akhir ini aku sibuk kerja, jadi nggak punya banyak w
Clara membawa laptopnya dan bersama Dylan pergi ke rumah Prof Nian untuk makan bersama.Setelah makan, Prof Nian bantu periksa jurnal yang ditulisnya.Saat itu sudah larut malam, ketika dia masuk ke mobil dan hendak pulang, bibinya Arini menelepon.Intinya adalah dia sudah memesan tiket liburan kapal pesiar untuk besok, rencananya bawa kedua anaknya berlayar.Tapi sesuatu terjadi di rumah orang tuanya, jadi dia harus kembali dan tidak dapat temani anak-anak.Clara mendengarkan dan berkata, "Oke, Bi. Kebetulan besok aku ada waktu luang. Aku antar mereka ke sana."Tidak lama setelah dia menutup telepon, ponselnya berdering lagi.Kali ini, Dani yang menelepon.Clara menjawab panggilan itu dan berbicara lebih dulu, "Maaf, kalau ini soal Tania, aku ada urusan mendadak besok, jadi nggak bisa pergi bareng kalian."Dani tidak menutup telepon, tetapi bertanya, "Apa aku boleh tahu kenapa?" Dia berkata, "Tania pengen banget bertemu denganmu besok."Tidak ada yang perlu disembunyikan, jadi Clara
Tiba di sekolah Elsa.Clara mendengar suara Bella, "Tante Clara."Clara menoleh dan Bella berlari ke arahnya serta berkata, "Tante, tadi malam ibuku suruh aku bawakan roti untuk Tante, tapi Tante nggak ada di rumah, jadi aku bawa pulang lagi roti itu."Clara hendak berbicara. Elsa tidak tahu Clara telah pindah sejak lama. Mendengar ucapan Bella, dia mendengus dan berkata, "Omong kosong. Mamaku jelas ada di rumah kemarin."Bella menggaruk kepalanya, "Ah? Yang benar? Terus kenapa..."Tepat saat Clara hendak berbicara, guru Elsa memanggilnya, "Bu Clara."Clara berkata, "Bu Siska."Bu Siska meminta Elsa dan Bella untuk masuk terlebih dahulu, karena dia ingin mengatakan sesuatu kepada Clara.Elsa dan Bella masuk lebih dulu.Bu Siska kemudian berkata kepada Clara, "Minggu depan ada kegiatan orang tua-anak di sekolah. Apa ibu sudah tahu?"Clara menggelengkan kepalanya, "Saya belum tahu."Elsa tidak memberitahunya.Bu Siska berkata, “Ini…”Dia sebenarnya sudah bisa menebaknya, tetapi masih ing
Saat dia naik ke kamar, sudah hampir jam tujuh.Elsa sudah bangun.Ketika melihatnya kembali, dia segera menutup Whatsappnya.Clara pura-pura tidak memperhatikan dan berkata dengan nada normal, “Pergilah mandi dan ganti pakaianmu.”"Iya."Clara mengemasi barang-barangnya dan hendak turun sambil membawa tasnya ketika dia melihat Bibi Sari membawa piyama yang dia kenakan tadi malam untuk dicuci.Clara berkata, "Buang saja, nggak perlu dicuci."Kemudian dia menambahkan, "Barang lainnya juga. Tolong bantu aku buang ya, Bi. Aku mungkin nggak akan butuh lagi nanti."Surat cerai antara dia dan Edward akan segera dikeluarkan.Bahkan jika dia menemui Elsa di masa depan, dia tidak akan ke sini, apalagi menginap di sini.Dia tidak akan bisa menggunakan benda-benda itu lagi.Dia juga tidak ingin mengambilnya.Hubungan antara Clara dan Edward sebagai pasangan tidak pernah baik.Clara bahkan jarang kembali dalam dua atau tiga bulan terakhir, yang mengindikasikan hubungan mereka mungkin telah berakhi
Setelah memandikan Elsa dan mengeringkan rambutnya, Clara juga bersiap untuk mandi.Barang-barangnya tidak ada di kamar Elsa, jadi dia keluar dan pergi ke kamar utama.Kamar tidur utama gelap gulita, Edward tidak ada di sana.Begitu dia menyalakan lampu, dia tertegun dan hampir curiga dia sudah memasuki ruangan yang salah.Dia telah tinggal di kamar itu selama tujuh tahun dan sangat familiar dengan segala isinya.Tetapi sekarang, apa pun yang terlihat di matanya terasa sangat asing baginya.Semua hal di ruangan itu telah berubah.Tidak bisa dibilang semuanya, setidaknya lantainya masih sama.Namun selain lantai, lampu gantung kamar, gorden, tempat tidur, nakas, meja bundar kecil di ambang jendela, sofa, meja kopi, karpet, dan lainnya, bahkan dispenser dan cangkir teh pun ikut diganti.Selain itu, meja riasnya yang biasa juga hilang.Tentu saja botol dan toples yang sering dia gunakan juga tidak ditemukan.Melihat hal itu, dia menduga semua jejak dirinya di ruangan ini pasti telah dihap
"Syukurlah."Dani merasa lega dan berhenti bertanya.Clara pun pamit pada Dylan dan meninggalkan kantor.Ketika sampai di rumah dan memasuki kamar Elsa, Edward sedang duduk di samping meja dan sibuk bekerja.Melihatnya, dia mendongak dan menyapa, "Kamu sudah sampai?"Clara berkata, “Iya.”Dia meletakkan tasnya dan pergi ke tempat tidur untuk melihat Elsa.Elsa masih diinfus. Mungkin dia mengantuk, jadi dia tertidur dengan wajah cemberut.Dia tidak membangunkannya, dan bertanya pada Edward, "Gimana keadaannya?"“Waktu aku sampai, dia masih sakit, tapi sekarang sudah merasa baikan.”"Oke."Clara duduk di sofa di sampingnya, menemukan sebuah buku, dan berencana untuk membaca sambil menunggu Elsa bangun.Edward menoleh dan bertanya, "Apa kamu sudah makan?"Clara berkata, "Belum."Edward hendak mengatakan sesuatu yang lain ketika Elsa terbangun.Melihat Clara, dia bertanya dengan heran, "Ma? Mama sudah datang?""Iya." Clara menutup buku yang baru saja dibukanya, berjalan mendekat, dan duduk
Setelah membahas tentang Vanessa, Clara bertanya, "Gimana dengan Anggasta Group?"Berbicara tentang hal itu, Dylan menyentuh hidungnya dan berkata, "Kamu tahu, Edward juga ada di industri kita, dan dia sangat paham teknologi."Anggasta Group juga sangat kaya.Banyak personel teknisnya merupakan talenta yang banyak dicari dalam industri ini.Selain itu, Edward sendiri juga sangat berpengetahuan tentang teknologi.Oleh karena itu, proposal yang dia ajukan ... tak tertandingi.Ini mungkin juga merupakan alasan penting mengapa Edward tidak terburu-buru mengajak Morti Group untuk bekerja sama.Clara tidak terkejut ketika mendengar hal itu.Dia berkata, "Sekarang saatnya ambil keputusan, kamu hanya perlu melihat fakta sebagaimana adanya."Bekerja dengan tim berkualitas tinggi dapat mengurangi banyak kekhawatiran.Apa yang terjadi antara dia dan Edward menjadi tidak penting jika dibandingkan dengan proyek tersebut.Sore harinya, Doni juga datang ke Morti Group.Kali ini, Dylan tidak menemuiny
Setelah mendengar hal itu, Vanessa berkata, "Oke." Kemudian, dia menatap Clara dengan tajam dan berkata, "Kalau gitu, Bu Clara, tolong beri tahu aku masalah apa yang ada dalam proposalku, jadi aku bisa perbaiki sesuai dengan rencanamu."Ketika Clara mendengar ucapannya, dia tahu Vanessa sengaja bertanya seperti itu dan persulit dia.Clara tersenyum dan berkata, "Bu Vanessa, masalah dengan proposal itu adalah urusanmu. Bukannya cari tahu di mana letak masalahnya, tapi kamu malah tanya pada kami. Apa menurutmu itu pantas? Kami itu nggak harus kerja sama dengan kamu. Dengan bertanya seperti itu, apa maksudmu, perusahaanmu mau kerja sama dengan kami, tapi kamu bahkan nggak tahu apa yang dibutuhkan perusahaan kami? Kalau gitu, aku makin yakin kamu benar-benar nggak memenuhi persyaratan perusahaan kami."Vanessa berkata demikian karena dia curiga Clara sengaja mempersulitnya.Apa yang diucapkannya tadi sebenarnya karena dia yakin Clara juga tidak tahu apa masalah dengan proposalnya, dan seka