Mungkin melihat mereka sangat lelah, Prof Nian pun suruh mereka pulang sekitar jam sembilan malam itu.Setelah melalui hari yang melelahkan, Clara segera pulang, mandi, dan tidur lebih awal.Di hari berikutnya.Ada hal-hal di X-Tech yang perlu mereka tangani.Clara dan Dylan lalu menyempatkan diri untuk pergi ke X-Tech sore itu.Ketika mereka tiba, Clara dan Dylan baru saja membahas beberapa masalah teknis ketika Doni dan Agra masuk, dipimpin oleh staf X-Tech.Ketika melihat Clara, mereka sedikit terkejut.Agra mengangkat alisnya. "Oh dia karyawan X-Tech? Kebetulan sekali."Sementara Doni mengangkat bahu.‘Kami nggak saling kenal, jadi gimana aku bisa tahu kalau dia karyawan X-Tech?’Seorang staf X-Tech di dekatnya mendengar obrolan mereka, lalu berkata, "Maksud kalian Bu Clara? Dia bukan karyawan X-Tech. Dia programer Morti Group. Dia datang ke sini hari ini untuk bantu tangani masalah pemrograman."Menyadari bahwa seseorang seperti sedang memperhatikannya, Clara menoleh untuk melihat
Namun, dia tidak melihat ke arah mereka dan terus berkomunikasi dengan staf teknis X-Tech.Pak Zaki tersenyum dan berkata, "Ternyata kalian bertiga sudah saling kenal?"Dylan: "Iya, Pak."Gimanapun, mereka semua adalah generasi kedua dan ketiga di kalangan sosial kelas atas ibu kota, jadi wajar saja jika mereka saling kenal.Hanya saja bidang yang ditekuninya beda dengan mereka, jadi mereka tidak akrab.Doni dan Agra menyapa Dylan, lalu berjalan ke sisi lain bersama Pak Zaki untuk bahas pekerjaan.Sementara Vanessa tinggal bersama Dylan.Tentu saja dia juga melihat Clara.Namun setelah sekilas pandang, dia alihkan pandangannya dan kembali menatap Dylan. "Pak Dylan baru saja tiba?"Dylan cukup hebat, apalagi dia juga murid Nian. Jadi meski, dia dapat melihat Dylan bersikap acuh tak acuh padanya karena Clara, dia tetap ingin menjalin hubungan baik dengannya.Lagi pula, saat dia jadi murid Nian nanti, mereka bakal habiskan makin banyak waktu bersama."Sudah sekitar setengah jam." Dylan me
Dia bertanya, "Apa kamu kenal wanita itu?"Ketika mendengarnya bertanya tentang Clara, tangan Vanessa yang sedang mengetik sedikit menegang.Clara memang cantik.Mendengar Doni menanyakan hal itu, tanpa sadar dia berpikir Doni tertarik pada Clara.Tetapi ketika dia memikirkan tentang apa yang didengarnya di pelelangan hari itu dan sikap Doni terhadapnya sekarang, dia tahu dia salah.Dia pun menjawab tanpa ekspresi apa pun di wajahnya, "Aku nggak kenal, ada apa?"Doni melirik Clara dan Dylan lalu berkata, "Dari cara dia bicara dengan Pak Dylan, sepertinya dia juga sangat handal?"Vanessa berkata dengan tenang, "Aku nggak tahu, tapi kabarnya dia cuma punya gelar sarjana."“Cuma gelar sarjana?”"Iya."‘Pantas saja.’Dia tidak berpendidikan setinggi Vanessa, juga tidak semenarik Vanessa, jadi wajar saja dia khawatir Dylan akan direbut.Dia khawatir pada Dylan dan cemas dia akan dibawa pergi, dan itu bisa dimengerti.Namun saat dia melihat Vanessa lebih baik dari dirinya, dia pun jadi bermu
Clara tahu senyum Dylan itu sedang menggoda Doni, jadi dia mengangguk dan berkata, "Iya."Vanessa menemukan bahwa Dylan sangat perhatian terhadap Clara.Dia pun mengerutkan kening.Meski Doni dan yang lainnya tidak punya waktu untuk makan bersama, pekerjaan mereka telah selesai, jadi mereka turun bersama Clara dan Dylan, bersiap meninggalkan X-Tech.Pada saat itu, Vanessa menerima panggilan telepon.Setelah panggilan selesai, dia berkata, "Edward sudah mau datang, aku turun bareng kalian saja."Ketika rombongan itu tiba di lantai bawah, Edward sudah menunggu di sana.Melihat mereka, dia keluar dari mobil lalu menyapa Doni dan Dylan.Dia juga melirik Clara, tapi tidak bicara dengannya.Sementara Vanessa langsung berdiri di sampingnya begitu dia turun dari mobil.Melihat mereka seperti ini, mereka benar-benar terlihat seperti pasangan sungguhan.Doni saat ini sedang bicara dengan Edward, sementara Dylan menatapnya dengan tatapan merendahkan, lalu berkata dengan nada dingin, "Pak Edward,
Clara berhenti sejenak dan bertanya padanya, "Kapan kamu mau pergi?""Itu…"Elsa sedikit ragu.Clara tahu dia sebenarnya hanya ingin Clara menemaninya saat Vanessa dan Edward sedang sibuk.Tapi dia tidak tahu kapan Vanessa dan Edward akan sibuk.Jadi, dia ragu-ragu.Clara pun mengalihkan pandangannya dan berkata, "Nggak apa-apa. Kalau kamu mau pergi, bilang saja. Kalau mama ada waktu, mama bawa kamu pergi. "Elsa berkata dengan gembira, "Oke!"Minggu ini dia sangat sibuk.Pada Jumat malam, Clara pulang kerja lebih awal.Ketika tiba di rumah dan hendak memasak sesuatu, Elsa meneleponnya.Clara tertegun sejenak sebelum menjawab telepon."Ma, aku bebas di hari Sabtu, yuk, main ski!"Clara telah janji padanya jika dia ingin main ski, dia bisa langsung menghubunginya.Tapi, dia tidak berencana membawanya ke sana besok.Karena besok, dia masih harus ketemu Dani dan Tania, yang bisa dibilang termasuk pertemuan bisnis.Dia tidak ingin repot-repot membawanya saat dia pergi ke pertemuan bisnis.
Dani khawatir mereka akan tertabrak, jadi Dani mengikuti mereka sehingga bisa melindungi mereka jika ada orang yang tidak sengaja akan menabrak mereka.Namun, saat ini jumlah orangnya terlalu banyak.Baru saja main 1 jam lebih, mereka sudah ditabrak dua anak perempuan.Tania sih masih aman, tapi Clara tidak, tubuhnya jatuh bertabrakan dengan Dani.Tanpa pikir panjang, Dani langsung melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu, lalu mengeratkan pegangannya dan mendekapnya erat dalam pelukannya.Clara yang mendadak jatuh ke pelukannya langsung tertegun. Segera dia merasakan tidak enak, jadi ingin mendorongnya. Tapi kakinya terasa sakit.Dani masih tidak melepasnya. "Apa pergelangan kakimu terkilir?"“Sepertinya iya.”Dani dengan cekatan memanggil staf dan minta mereka jaga Tania, sementara dia membungkuk dan menggendong Clara.Clara kira dia akan minta staf untuk membantunya.Tapi tiba-tiba dia digendong oleh Dani. Dia pun sedikit bingung, lalu dia menolak, "Turunkan aku dulu, aku..."D
Setelah Clara dan Dani selesai makan dan berkendara belum terlalu jauh, dia menerima panggilan dari Raisa."Clara, kamu di mana? Aku hampir mati kelelahan, datang jemput aku makan malam dong."Clara tidak mengatakan dia sudah makan. "Kamu di mana?""Kawasan Pancawarna," kata Raisa, "Di sini ada rumah kuno yang dibangun beberapa tahun lalu. Pagi-pagi aku ke sini bareng bibi untuk lihat properti. Capek banget.""Oke."Setelah menutup telepon, Clara menyesuaikan navigasi dan menuju Kawasan Pancawarna.Lebih dari sepuluh menit kemudian, Raisa menelepon lagi. "Clara! Kamu tahu siapa yang kulihat di sini?"Clara terdiam.Baru-baru ini, satu-satunya hal yang bisa buat Raisa bicara dengan kesal tampaknya cuma..."Edward, Vanessa dan keluarganya! Dia bawa Keluarga Gori untuk lihat rumah!"Clara menatap lurus ke depan dan berkata "Iya" tanpa ekspresi di wajahnya.Biasanya ketika Edward dan Vanessa pergi keluar, mereka selalu bawa Elsa.Jadi, Edward tinggalkan Elsa sendirian di rumah hari ini ka
Clara hanya bisa termenung.Sepuluh menit kemudian, Clara keluar dari kamar mandi.Setelah makan malam dengan Raisa, dia tiba-tiba ingin pergi ke panti rehabilitasi.Tetapi memikirkan kondisi ibunya dan kata-kata Pimpinan Panti bahwa dia tidak boleh bertemu dengan orang yang dikenalnya, Clara yang sudah mengendarai mobilnya sampai pintu masuk panti, pada akhirnya, mengurungkan niat dan kembali pulang.Ketika sampai di rumah, dia mengunci diri di kamar dan mulai melakukan urusannya sendiri.Entah berapa lama waktu telah berlalu.Ponselnya berdering lagi.Itu panggilan dari Edward.Clara melihatnya, meneruskan pekerjaannya, mengabaikannya.Telepon pun berhenti berdering.Beberapa menit kemudian, Edward menelepon lagi.Clara masih tidak menjawab.Setelah beberapa saat, Edward mengirim pesan: [Nenek minta kita datang untuk makan malam bersama.]Clara tidak mau menjawab.Di sisi lain, Edward yang melihat tidak ada jawaban, hanya bisa terdiam beberapa saat sambil memegang ponselnya.Pada sa
Ponsel Richard berdering.Setelah beberapa saat, dia meletakkan ponselnya dan berkata, "Aku masih ada urusan lain, jadi aku pulang dulu. Kamu mau ikut?"Doni tersadar kembali, tatapan matanya menjadi gelap, dan dia berkata, "Nggak, aku masih harus tunggu seseorang. Kamu pulang duluan saja, kita ketemu lagi lain kali.""Oke."Richard berjalan pergi.Setelah sosoknya menghilang, Doni berjalan menuju kafe.Begitu dia mendorong pintu kafe, dia bertemu dengan Vanessa yang hendak membawa Elsa ke toilet.Mereka berdua berhenti.Vanessa melihatnya dan berkata, "Pak Doni? Kebetulan sekali.""Iya." Doni menutup pintu, melihat sekeliling kafe, dan kemudian melihat Edward yang sedang memesan makanan dari pelayan.Dia menarik pandangannya dan menatap Elsa.Hanya dengan satu pandangan, dia hampir bisa yakin Elsa adalah putrinya Edward.Karena wajah Elsa sekitar lima puluh persen mirip dengan Edward.Meskipun dia berpikir begitu, dia masih bertanya, "Siapa ini?"Vanessa menunduk dan berkata, "Putriny
"Clara, apa kamu mau manisan buah?"Clara berbalik.Manisan buah yang gemuk dan berwarna-warni itu menarik perhatiannya dan hatinya tergerak.Dia sudah lama tidak makan itu.Memikirkan hal itu, dia melihat ke arah Elsa.Seperti dugaannya, Elsa terlihat memegang sebuah manisan buah di tangannya, melahapnya dengan gembira.Selain itu, Vanessa juga memegang sebuket mawar merah di tangannya.Dia merapat ke arah Edward dan berbicara kepadanya, sementara Elsa menyodorkan manisan buah yang telah digigitnya.Vanessa menerimanya sambil tersenyum dan menggigitnya dari tangan Elsa. Elsa menggigitnya lagi dan menyodorkannya kepada Edward.Edward hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan sesuatu, tetapi dia tidak makan.Clara mengalihkan pandangannya dan berkata kepada gadis penjual manisan itu, "Saya mau sebungkus stroberi."Setelah itu, dia hendak bertanya pada Richard apakah dia juga mau. Ketika dia menawarinya, Richard berkata, "Biar aku saja."Richard lalu mengeluarkan ponselnya untuk memba
Memikirkan hal itu, dia tersenyum dan berkata, "Oke."Mereka mengikuti kerumunan yang lewat.Begitu sampai di batas pagar, cahaya kembang api yang meledak di seberang sana, menimbulkan seruan dan tawa dari sekeliling, namun segera tenggelam oleh suara keras kembang api itu.Banyak orang di sana mengambil foto dan menyampaikan harapan.Melihat Clara hanya menonton dalam diam tanpa melakukan apapun, dia bertanya, "Apa kamu mau aku ambilkan video?"Clara menggelengkan kepalanya, "Nggak usah, aku hanya mau menonton."Richard tidak bertanya lagi.Saat itu, Vanessa melihat ke arah mereka.Mereka berjarak beberapa meter, tetapi Richard yang bertubuh tinggi dan memiliki penampilan yang menonjol, jadi dia dapat melihatnya sekilas.Setelah bertemu Richard beberapa kali, mereka bisa dianggap kenalan.Vanessa baru saja berpikir apakah akan memberitahu Edward yang sedang menggendong Elsa. Ketika dia hendak bicara, dia melihat Clara yang sosoknya tadi tertutup tubuh Richard.Ketika dia melihat Clara
Elsa sangat menyukai Natal.Dia biasa menghias pohon Natal di rumah bersamanya setiap tahun.Mereka juga pergi berbelanja pada Hari Natal dan merasakan suasana Natal yang meriah di jalan-jalan bersama orang-orang di sekitar mereka.Tetapi sejak Elsa pindah ke luar negeri bersama Edward, dia tidak pernah menghabiskan Natal bersamanya lagi.Tidak, yang benar adalah dia tidak pernah lagi merayakan Natal.Meskipun Clara sudah bersedia melepaskannya.Tetapi bagaimanapun juga, Elsa tetaplah putrinya yang sudah dia kandung selama sepuluh bulan dan dia besarkan sendiri selama bertahun-tahun.Kini, dia berada di jalanan yang ramai, memandang segala yang ada di sekelilingnya, dan setiap serpihan masa lalu terlintas dalam pikirannya, mengganggu kedamaiannya."Clara?"Clara menoleh.Itu Richard Listanto.Dia mengangguk dengan sopan, "Pak Richard.""Kenapa kamu sendirian di sini?"Clara menahan emosi di matanya dan tersenyum, "Aku keluar mau beli beberapa tanaman."Ketika Richard memandang sekelili
Ini bukan pertanda baik.Jadi mereka ingin datang dan bicara dengannya.Ervan berkata, "Clara..."Sebelum Clara sempat bicara, Dylan tersenyum dan berkata, “Pak Ervan, apa Anda di sini untuk beri tahu semua orang tentang hubungan antara Anda dan Clara?”Senyum Ervan membeku, lalu dia berkata sambil tersenyum masam, "Pak Dylan, ada sesuatu yang ingin saya katakan pada Clara, apa Anda bisa..."Dylan bahkan tidak perlu menunggu Clara bicara. Dia berkata, "Kalau Pak Ervan mau semua orang tahu tentang hubungan kalian, silakan saja."Ervan tidak ingin menyinggung perasaan Dylan.Mendengar hal itu, dia tidak punya pilihan selain pergi bersama Lily.Namun, sebelum pergi, dia berkata pada Clara, "Nanti aku telepon kamu, ingat itu."Clara tidak mengatakan apa pun.Dia terlalu malas untuk memedulikannya.Sedangkan untuk panggilan telepon, dia tentu tidak akan angkat.Dylan merasa kesal, "Aku pengen banget terang-terangan lawan mereka."Clara juga ingin.Akan tetapi, ketika menyangkut dirinya dan
Mereka menatap Edward, lalu Clara, lalu mengalihkan pandangan mereka ke Vanessa dan perlahan mengerutkan kening.Dalam keheningan, Edward tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah lama nggak main catur?"Clara sedang membongkar taktiknya. Mendengarnya, Clara bahkan tidak mendongak dan hanya berkata, "Iya".Sejak menikah dengannya, Clara pada dasarnya tidak pernah bermain catur lagi.Edward berkata, "Pantas kelihatan agak kaku."Clara tidak menanggapinya dan fokus pada permainan catur.Situasinya tidak menguntungkan baginya sekarang.Tampaknya ada jalan keluar yang bagus di sisi Edward, tetapi faktanya, bidak catur tersembunyi yang telah diletakkannya mengintai di mana-mana, menunggu dia memakan umpan dan kemudian menjebaknya.Setelah berpikir sejenak, Clara menghindari jebakan yang telah dipasangnya dan melancarkan gerakan ke tempat lain.Situasinya akhirnya menjadi jelas lagi.Sekarang giliran Edward yang dirugikan.Edward mengangkat alisnya dan tersenyum. Setelah sekian lama, dia membuat langk
Selanjutnya, dia mulai lebih memperhatikan Clara.Melihat Clara menghadang perangkap yang disebabkan oleh Edward dengan cara yang tidak dapat dibayangkannya, dia terkejut.Saat dia mendengar komentar Kakek Sony, hatinya merasa tidak senang.Clara sangat serius dan tidak memperhatikan hal lain. Satu-satunya hal yang ada dalam pikirannya adalah permainan catur di depannya.Dia telah menstabilkan situasi saat itu, tetapi dia tahu jika ingin menang, dia harus...Dia berhenti sejenak dan menatap Edward.Edward membuat gerakan lain.Clara menghentikan gerakannya.Ketika Kakek Leo melihat itu, dia tersenyum dan berkata, "Sungguh menakjubkan. Aku nggak sangka akan melihat permainan catur yang begitu menakjubkan di sini, dan yang bermain bahkan dua anak muda. Bagus, Bagus."Kakek Sony merasa dia berisik dan menyelanya, "Jangan bersuara!"Kakek Leo langsung terdiam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya mengembalikan keadaan, dia mulai bisa membalikkan situasi yang tidak menguntungkan.Dua meni
Pada saat itu, Edward menjawabnya dan berkata, "Oke."Clara duduk di hadapannya.Setelah sempat terkejut, Vanessa segera tersadar dan ekspresinya segera kembali tenang.Setelah mengucapkan salam kepada Kakek Leo dan yang lainnya, dia beranjak dan berdiri di samping Edward.Faktanya, bukan hanya Dani, Keluarga Gori dan Sanjaya yang terkejut, Richard dan Kakek Leo juga cukup terkejut.Meskipun, Henry baru saja perkenalkan Clara kepada semua orang di ruang pameran.Akan tetapi, baik Richard maupun Kakek Leo tidak tahu banyak tentang Clara.Mereka hanya mendapat kesan Clara memiliki sifat lembut dan pendiam, dan tidak terlihat seperti orang yang suka pamer.Sekalipun dia tahu cara main catur, dia tidak terlihat seperti seseorang yang akan mengajukan diri dalam kesempatan seperti itu.Kakek Sony juga tidak mengenal Clara.Tetapi dia menyadari keberadaannya.Clara memiliki penampilan yang luar biasa dan karakter yang lembut dan baik, dia tampak seperti gadis berperilaku baik yang dibesarkan
Kakek Sony tersenyum dan berkata, "Ini memang lumayan."Setelah berkata demikian, Kakek Sony bertanya, "Kenapa kamu ada di sini? Bukannya sedang melukis?""Apa karena khawatir kalau aku akan bilang kamu nggak memperlakukanmu dengan baik, jadi kamu datang ke sini untuk menemuiku?""Sudah sana, pergi lakukan urusanmu, jangan ganggu aku nonton catur."Namun, Kakek Leo tidak pergi.Ketika anggota Keluarga Gori dan Sanjaya mendengar Kakek Leo dan Kakek Sony memuji Vanessa, senyum mengembang di wajah mereka.Banyak orang di sana mengenal Vanessa.Banyak orang yang kagum sekaligus cemburu padanya.Itu karena Vanessa selain memiliki kecantikan dan kualifikasi akademis, dan sekarang dia telah menarik perhatian Kakek Leo dan Kakek Sony karena keterampilan caturnya.Terlebih lagi, Vanessa sangat dicintai oleh Edward karena pesonanya tersendiri, yang membuat Keluarga Sanjaya dan Keluarga Gori mudah naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi.Siapa yang tidak menginginkan putri seperti dia?Seseorang