“Mungkin lebih baik kalau kita bercerai,” jawab Rafka sambil menatap wajah Agatha dengan pandangan yang sulit diartikan dan membuat jantung Agatha seperti terhantam sesuatu yang sangat menyakitkan.“Seharusnya kamu senang mendengar ini, Tha. Tapi, mengapa rasanya sakit sekali saat Rafka mengatakan ini? Bahkan kita pun belum menikah. Tapi mendengar kata cerai membuat hati aku sangat sakit seolah aku adalah istri kamu,” batin Agatha.“Aku nggak mau bercerai, Mas. Kita saling mencintai satu sama lain, kenapa kita harus berpisah?” tanya Agatha lalu memeluk Rafka dan membenamkan wajahnya di dada milik Rafka. “Lebih baik untuk sementara kita memikirkan semuanya. Apakah rasa cinta yang kita miliki saja sudah cukup untuk mempertahankan rumah tangga ini,” balas Rafka lalu melepaskan pelukan Agatha darinya.Saat Rafka menjauh Agatha merasakan kepalanya pusing dan pandangannya menjadi buram lalu beberapa detik kemudian tubuhnya terjatuh. Rafka menghentikan langkahnya lalu berlari ke arah Agath
Malamnya sebelum tidur Rafka memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya sementara Agatha menunggunya sambil menonton film kesukaannya yang sudah ia tonton berkali-kali. Tak lama, Rafka keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Agatha menatap tubuh Rafka dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya tanpa berkedip. Rambutnya yang masih setengah basah dan tetesan air yang mengalir di tubuh bagian atasnya.Rafka berjalan menuju lemari dan memilih pakaian tidurnya. “Kamu mau ngapain, Mas?” tanya Agatha spontan.“Mau pakai baju, memangnya apa lagi yang bisa aku lakukan kalau sudah di depan lemari begini,” jawab Rafka lalu menarik kaos berwarna hitam.“Jangan dipakai!” seru Agatha sementara Rafka menatapnya sambil mengerutkan dahinya.“Ada apa memangnya?” tanya Rafka.“Aku mau peluk kamu malam ini … tapi aku maunya kamu nggak pakai baju,” balas Agatha dengan wajah memelas.Rafka mengangkat satu alisnya. “Yakin cuma nggak pakai baju aja?” tanya Rafka sambi
Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang akhirnya Agatha pergi ke rumah sakit bersama dengan Rafka. Sesampainya di rumah sakit Rafka mendapat panggilan bahwa Ravindra ingin bertemu dengannya.“Ada apa, Mas?” tanya Agatha.“Aku ada urusan sebentar. Tapi nanti aja, aku mau nemenin kamu dulu,” balas Rafka sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.“Kamu pergi aja, Mas. Lagipula nama aku juga belum dipanggil, nanti aku telepon kamu kalau aku udah mau masuk ruangan,” ujar Agatha sambil memegang bahu Rafka.“Kamu yakin?” tanya Rafka yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Agatha.“Kalau gitu aku pergi sebentar ya, telepon aku jangan lupa!” sambung Rafka lalu mengecup kening Agatha dan melangkah pergi. Agatha menghela napas pelan saat menatap punggung Rafka yang semakin menjauh. Tak lama Agatha dipanggil.“Adiva Zea Amanda,” panggil seorang perempuan dengan pakaian berwarna biru dan terdapat logo rumah sakit di bagian atas bajunya.Agatha melangkah masuk ke dalam rua
Agatha terkesiap saat merasakan seseorang memeluknya dari belakang dengan tangan yang melingkar di perutnya. Awalnya ia berpikir bahwa itu Rafka karena saat pria itu menariknya Agatha tidak sempat melihat wajahnya. Suara pria itu sangat asing di telinga Agatha sehingga membuatnya refleks memberontak tetapi pelukan pria itu malah semakin erat di tubuhnya. “Lepas!” seru Agatha sambil mencoba melepaskan tangan pria itu dari perutnya namun Agatha kalah tenaga dengannya.“Cepat lepas atau saya akan teriak,” sambung Agatha dengan geram.“Aku mohon, Div. Sebentar aja … biarkan kita seperti ini,” lirih pria itu yang kemudian membenamkan wajahnya di pundak Agatha.“Apa yang kamu lakukan?” tanya Agatha dengan mendengus kesal. Tak lama ponsel di saku celana Agatha berdering, dari nada panggilan khusus yang ia gunakan Agatha langsung mengetahui bahwa Rafka yang menelponnya.Samar-samar ia mendengar suara Rafka, dengan sekuat tenaga Agatha menginjak kaki pria itu sehingga dia memekik kesakitan
Setelah makan siang bersama Rafka mengantar Agatha menuju rumah Riana. Sesampainya di sana Agatha menemukan Bella dan Riana tengah duduk bersama di ruang TV. Rafka langsung mencium tangan mertuanya itu di ikuti dengan Agatha yang berada di belakangnya. Agatha langsung duduk di lantai dan menaruh kepalanya di paha Riana. “Rasanya aku kangen banget sama Ibu,” ujar Agatha.“Ada suami kamu di sini masa kamu manja ke Ibu,” balas Riana lalu menyilahkan Rafka untuk duduk.“Biarin, habisnya punya suami juga aku ditinggal terus,” sahut Agatha lalu terdiam saat menyadari anehnya mengakui Rafka sebagai suaminya.“Hussh, mana boleh kamu bicara begitu. Rafka kerja juga kan untuk membahagiakan kamu,” tegur Riana.“Tau nih kenapa Kakak jadi manja begini sih sama Kak Rafka,” timpal Bella.“Kakak suka kok dia manja begitu,” pungkas Rafka membuat Agatha tersenyum dan menjulurkan lidahnya pada Bella.“Sirik aja sama hubungan orang,” protes Agatha membuat Bella cemberut.“Udah nggak usah cemberut, tuh K
Malamnya Rafka dan Agatha tengah duduk bersama di dalam kamar. Sejak tadi Agatha hanya memainkan game di ponselnya sambil sesekali melirik ke arah Rafka yang sedang fokus pada laptop di hadapannya. Agatha menghela napas beberapa kali karena merasa Rafka tidak peduli padanya.“Katanya tadi mau menghabiskan waktu berdua, tapi kenyataannya dia malah kencan sama pekerjaannya,” batin Agatha.“Mau ke mana?” tanya Rafka saat menyadari Agatha bangkit dari tempat di sebelahnya.“Mau mandi, badan aku udah lengket rasanya,” jawab Agatha sambil menoleh ke arah Rafka yang kini memindahkan laptopnya ke atas meja lalu Rafka ikut berdiri.“Kamu mau ngapain?” tanya Agatha dengan heran.“Katanya kamu mau mandi, ” balas Rafka sambil melepas beberapa kancing atas kemejanya.“Iya, terus kenapa jadi kamu yang lepas kemeja?” tanya Agatha.Rafka tidak menjawab dan mulai mendekat ke arah Agatha membuat gadis itu terdiam di tempatnya. Tangan Rafka mulai mendekati dan melepas tali yang ada di pakaian atas Agath
Setelah Rafka berangkat kerja tak lama Agatha kembali tertidur. Sejak hamil Agatha merasakan tubuhnya cepat lelah dan sering mengantuk. Entah karena bawaan bayi atau memang kebiasaannya saja yang jarang bangun pagi. Tetapi kedua alasan tersebut seperti saling melengkapi.Selesai mencuci wajahnya Agatha melangkah keluar menuju dapur dan tidak menemukan siapa pun di sana. Ia hanya menemukan sebuah note di depan kulkas. ‘Jangan lupa makan, Div. Tadi Ibu sudah buatkan makanan kesukaan kamu, nanti kalau kamu sudah bangun tinggal dihangatkan.’Agatha tersenyum membaca pesan yang Riana tinggalkan untuknya. Agatha langsung membuka kulkas dan menemukan beberapa wadah makanan. Agatha mengambilnya lalu bergegas memanaskan makanan tersebut.Sepuluh menit kemudian Agatha menikmati makanannya dengan perasaan senang karena masakan buatan Riana sangat enak. Ketika tengah sibuk menghabisi sisa makanan di piringnya Agatha mendengar suara ketukan pintu. Dengan waspada Agatha berjalan ke arah pintu, ia
Setelah pembicaraannya dengan Adisti berakhir Agatha memutuskan pergi menemui Rafka di kantornya sambil membawakan makan siang. Sebelumnya Agatha telah menghubungi David untuk mengetahui jadwal Rafka. Agatha juga menyuruh David merahasiakan kedatangannya.“Semoga dia bisa jaga rahasia,” gumam Agatha setelah membaca pesannya dengan David.Saat Agatha melangkah keluar rumah ia melihat mobil berwarna hitam telah terparkir sempurna di hadapannya. Tak lama seorang pria dengan setelan hitam turun dan membukakan pintu untuknya.Agatha mundur beberapa langkah, ia masih merasa trauma dengan insiden saat malam pertunangan Rafka.Agatha segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempang berwarna biru miliknya saat ia mendapatkan pesan masuk dari David.David: Saya telah mengirim seseorang untuk menjemput karena Tuan Rafka pasti tidak mengizinkan untuk pergi sendiri. Saya tidak ingin mengambil resiko jika sesuatu terjadi.Agatha: Oke, saya paham. Tapi, apa benar kan orang-orang ini yang kamu