Sepanjang perjalanan menuju ke kediaman keluarga Delano, keadaan suram di dalam mobil benar-benar membuat siapa pun ingin segera melarikan diri. Termasuk sang sopir. Sejak tadi Dokter Nelson hanya diam dengan punggung yang sama sekali tak ditempelkan di sandaran kursi penumpang. Sepertinya lelaki berkacamata bening itu sudah tak sabar untuk segera turun.“Tambah kecepatan lagi.” Dokter Nelson memerintah.“Baik, Tuan Nelson.”Sejak Dokter Nelson memutuskan mematikan ponsel yang terus berdering dari para rekan sejawatnya, yang ada di pikiran lelaki itu hanya ingin segera menumpahkan seluruh amarah pada kedua orang tuanya.Mobil New Toyota Fortuner berwarna hitam akhirnya telah sampai terparkir. Tubuh Dokter Nelson bergegas menerjang pintu mobil yang dibuka pelayan keluarga Delano.“Tuan Muda selamat datang.”“Katakan di mana ibu dan ayahku!” Dokter Nelson Bertanya dengan nada tergesa sembari berjalan cepat diikuti kepala pelayan serta beberapa pelayan lain.“Nyonya Besar sedang
“Kau pikir dirimu siapa hah?!”“Levon.””Heh! Aku tidak sedang bertanya namamu. Di mana cucuku, di mana dia!?”Bola mata Kakek Levon memutar jengah mendengar suara melengking sang mantan sahabat. Mereka saat ini sedang melakukan panggilan video, yang sudah ditolak sepuluh kali oleh Kakek Sam.Jika Kakek Levon tak mengirimi pesan terakhir, yang telah terkirim 30 pesan berisi tentang Alice, mungkin si lelaki tua kolot di seberang negara sana tak akan mau berbicara dengan dirinya. Cih, menyebalkan.“Kau sendiri yang tanya siapa aku. Ya aku jawab. Makanya kalau tanya itu yang jelas.”“Kalau tidak ada yang ingin kau bicarakan. Aku akan matikan. Dasar tidak bergun–”“Tunggu!”“Heran sekali. Apa kau tidak ada hari tanpa marah-marah?” gerutu Kakek Levon.Ronald yang mendengar percakapan antara dua lelaki di sambungan panggilan video itu, hanya bisa mengembuskan napas kasar sembari menggeleng kepala kecil. Setelah ini sepertinya dia membutuhkan obat pereda sakit kepala.Tak ada hari
“Luis, tidak ada barang-barangmu di rumahku. Lalu kamu taruh di mana?” Bertanya dengan sesekali membagi fokus pada beberapa bahan makanan, Alice tampak begitu piawai dalam urusan dapur. Sungguh beruntung Luis mendapat istri seperti Alice.“Di sebuah tempat rahasia. Kita akan ke sana setelah makan. Sekarang aku sangat lapar, Istriku!”“... ayolah beri suamimu ini makanan. Kau bisa lihat kan, kalau aku sangat kelaparan?” sambung Luis merengek dengan tangan menyanggah sepasang rahangnya. Tatapan penuh damba terus ditujukan pada sang istri cantik.Alice menggeleng kecil sembari tertawa geli.“Baiklah. Kamu duduk dulu atau bisa berjalan-jalan. Aku akan membuatkan makanan untukmu.” Alice memberi pesan pada Luis yang semula terduduk, kini lelaki tampan itu tertarik untuk berjalan-jalan ke segala sudut rumah sederhana milik Alice sembari mengangguk ke arah wanita itu.“Sayang, kenapa rumah ini seperti baru saja dibersihkan?”Wajah Luis terangkat. Lelaki itu terus memandangi satu persatu
Setelah puas menghabiskan tenaga untuk bercinta. Luis tak benar-benar membuat sang istri kelelahan, sebab mereka masih memiliki satu tujuan terakhir yang harus segera didatangi.“Kenapa banyak orang di sini?” tanya Alice dengan pandangan bingung saat mendapati ada sepuluh lelaki bertubuh kekar tengah berbaris di belakang punggung Luis.Tak hanya mereka, tapi Alice juga sempat menangkap beberapa mobil mewah terlihat berbaris rapi di pinggir jalan perumahan Alice.Kelopak mata Alice kian memicing curiga pada sang suami yang masih bersikap tenang.“Ada apa ini, Tuan Luis? Kenapa tuanku mendatangkan banyak sekali pengawal?” tambahnya yang sengaja berbicara formal pada sang suami sembari mencolek-colek lengan Luis, “apa ada orang jahat yang akan mengganggu kita, Tuan Luis?”“Kau bicara seperti itu lagi, aku akan membawamu kembali masuk ke rumah dan memakanmu,” tungkas Luis mengancam penuh kesungguhan, “ayo, coba panggil aku seperti tadi lagi.”“Hahaha. Jangan-jangan, ampun Suamiku. K
Laju perjalanan semakin lama, makin membuat jantung Alice berdebar kuat. Beberapa hal membahagiakan sudah sedikit banyak tergambar di benak Alice.Mungkinkah Luis telah menyiapkan makan malam romantis untuk mereka berdua ... atau ada hal lain?“Luis, kamu tidak ingin memberitahuku sedikit saja tentang tujuan kita?”“Ini kejutan. Mana mungkin aku memberitahumu.”“Ih, menyebalkan.”Bibir merah Alice mengerucut sebal, dan hal itu ditangkap oleh lensa mata tajam Luis yang lantas mengulas senyum gemas.Kecepatan mobil mewah ini sudah terasa melemah, dan kian tak memiliki getaran kecepatan lagi. Embusan napas hangat menerpa lembut telinga Alice, yang reflek membuat sang pemilik memiringkan kepala geli.“Luis, apa yang kamu lakukan?” tanya Alice yang berusaha mendorong bahu sang suami, tapi sayangnya, gerakan itu tak membuahkan hasil.Luis tersenyum tampan melihat respon pada tubuh candu sang istri. Warna memerah pada telinga dan wajah Alice sudah membuat Luis hampir tak tahan untuk
“Jangan menangis lagi. Aku bersumpah akan membawa putra kita dengan selamat.”“Luis, aku ikut pergi bersamamu.”Luis meraih sisi pipi sang istri lantas mengusap lembut di sana. “Kau dengar apa yang dikatakan penculik tadi? Kau harus tetap di rumah ini. Biarkan ini menjadi urusanku.”“Sampai mati pun, aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti putra kita. Ini janjiku padamu,” tambah Luis bersungguh-sungguh sembari membawa satu tangan sang istri untuk diletakan di depan dada. Merasakan degub jantung Luis berdetak lebih cepat, membuat tangis tergugu Alice tak bisa lagi tertahan. Wanita itu benar-benar dalam masa terpuruk saat ini. Alice tahu jika akan banyak kemungkinan terburuk setelah Luis meninggalkan Alice di sini.Apakah ia masih bisa merasakan degub jantung hangat ini atau justru ....“Tidak. Aku tidak mau menunggumu di sini, Luis. Aku ingin selalu bersamamu. Penjahat itu pasti sudah menyiapkan jebakan untukmu,aku tidak percaya dia hanya menginginkan uang.” Anggap saja Ali
“Hugo, kamu tidak mungkin akan menyakitiku bukan?” Sepasang lutut Alice sudah benar-benar bergetar lemas tak bertenaga. Ia tak mengira jikalau Hugo akan bertindak sejauh ini. Bahkan, sampai menyakiti Paman Rose hanya demi mendapatkan informasi tentang dirinya. “Tentu tidak, tapi aku akan membuatmu bersenang-senang sebelum aku memberikanmu pada keluarga Delano.” Napas Alice makin tercekat mendengar perkataan Hugo. Ada apa dengan keluarga Delano, kenapa mereka menginginkan Alice? Apakah sebelum ini, Alice sempat tak sengaja menyinggung keluarga kaya raya tersebut? “Sekarang bagaimana keadaan Paman Rei? Kamu jangan keterlaluan, Hugo! Kamu sangat tahu kalau Rose hanya memiliki pamannya di kota ini, bagaimana bisa kamu begitu tega menyakiti Paman Rei?!” Kepala Alice menggeleng tak percaya, jika Hugo dengan tanpa hati mampu menyakiti lelaki yang pernah memberi makan dan tempat tinggal. Sebenarnya iblis dari mana yang merasuki otak Hugo hingga menjadi rusak seperti ini? “Anak buahku
“Brengsek kamu, Hugo!” “Umpatlah aku terus. Aku senang mendengar suara seksimu itu, Alice. Sekarang, layani aku. Aku ingin mencicipi tubuh indahmu itu,” tambah lelaki culas itu yang langsung meraih tubuh ramping Alice, lantas dibanting kasar di atas tempat tidur yang sudah teracak berantakan oleh ulah pemberontakan Alice tadi. Bug! Tubuh Alice memantul untuk kedua kali di sana. Di detik itu juga, suara robekan kain terdengar begitu menyeramkan di telinga Alice. Hugo menyobek kasar pakaian wanita itu sembari menelan kasar ludahnya. “Tubuhmu semakin indah, Alice. Lihat ini ....” Telapak tangan besar Hugo meremas kasar dada Alice yang terpampang menggoda di depan mata Hugo yang begitu tampak kelaparan, “jangan menolak, Alice. Aku yakin kau akan menikmati sentuhanku.” “Brengsek kamu, Hugo! Aku tidak akan sudi disentuh olehmu!” Plak! Sebuah tamparan kencang menjatuhkan pipi Alice ke sisi kiri. Di saat itu juga, wajah dengan rasa kebas menyakitkan dipaksa terangkat saat jemari Hugo m
Tiga bulan berlalu.Rintik hujan yang semakin deras meninggalkan genangan di tanah luar rumah sakit, membuat Alice menggigit bibir bawahnya dengan kepala menunduk dalam.Meski bulan demi bulan telah berganti, tapi perasaan sedih masih memenuhi hati dan tak pernah bisa diobati dengan cara apa pun. Banyak orang kehilangan nyawa dalam peperangan antara keluarga Pietro dan Delano saat kematian Dokter Nelson.Dua marga itu terlalu besar dan kuat. Namun, bisnis kotor yang dijalani keluarga Delano selama beberapa dinasti menjadikan keluarga itu benar-benar lenyap setelah kalah dalam pertempuran berdarah dengan keluarga Pietro.Pihak kepolisian telah menangkap seluruh keluarga Delano, termasuk Tuan Hendrick dan Nyonya Hanni.“Alice ....” Kepala Alice terangkat. Ia menoleh pada pusat suara lemah yang memanggil namanya lirih. Di detik itu juga seutas garis lengkung terbentuk di bibir merah Alice, “bagaimana keadaan putra kita? Apa dia baik-baik saja?”Tubuh Alice berbalik sempurna. Ia m
“Luis!” Suara panggilan itu membuat sang pemilik nama dengan cepat menoleh. Wajah pucat Luis terpampang jelas saat ditatih oleh Frans ketika akan memasuki mobil. “Lepaskan aku!” “Luis, aku sudah menemukan Gerald!” Suara Alice begitu jelas masuk ke telinga dan hati Luis. Luis memberontak dan begitu saja lepas dari penjagaan Frans, lantas mencoba berlari ke arah sang pemilik suara. Namun, langkah lelaki itu seketika terhenti saat melihat siapa yang ada di belakang punggung Alice dan sang putra. “Alice, Gerald!” “Aghh!” jerit Alice tertahan. “Da-Daddyy!” Hugo mencekik leher Alice dengan sebuah lengan dari belakang, sedang Gerald dicekik oleh anak buah Hugo. “Brengsek, lepaskan mereka!” berang Luis dengan menatap penuh aura membunuh. Ia kembali menyeret kakinya untuk mendekati Hugo, dan berusaha mengembalikan kesadaran yang seharusnya sudah lenyap sejak tadi. “Lu-Luis ... jangan mendekat! Hugo menodongkan pistol ke arahmu dari balik punggungku!” kata Alice penuh peringatan di san
Karena jadwal makan tak teratur dan selama satu minggu Luis tak tidur mencari keberadaan Alice dan Gerald, pula melakukan penghancuran di mana-mana, membuat tubuh lelaki itu mendadak menjadi lemah saat ini. Luis merasakan kram yang begitu menyakitkan di perutnya ketika mendapat pukulan dari Tuan Hendrick.Keringat dingin Luis seketika mengucur deras memenuhi wajah. Ia benar-benar merasa sekujur tubuhnya kesakitan saat ini. Apa benar Luis akan dikalahkan hanya dengan beberapa pukulan saja?Terlihat Tuan Hendrick kembali berlari kencang, tanpa mempedulikan darah yang keluar dari luka tembak di kaki. Lelaki itu mengangkat kaki kanan ke depan, lantas memusatkan ke arah dada Luis. “Mati kau, Luis!”“... kupastikan kau tak akan lagi bisa bertemu dengan istri dan putramu!” pekik Tuan Hendrick penuh dendam.Namun, dengan cepat, tubuh Luis mengguling. Ia memaksa tubuhnya bergerak berdiri, lantas mengubah posisi menjadi di belakang punggung Tuan Hendrick kemudian mengayun lengan untuk
“Hendrick!” “Wow, putra Ken Pietro datang lagi ke kediaman keluarga Delano. Kali ini kau ingin menghancurkan apa lagi? Biar aku pribadi yang memberi bukti pada tetua keluarga Pietro, dan memperlihatkan siapa yang memulai peperangan,” tanggap Tuan Hendrick dengan suara mengejek.Lelaki yang lebih muda dari Tuan Hendrick itu memang selalu terlihat garang dan menakutkan, dengan rahang tinggi serta sorot mata tajam melurus mematikan bak busur panah diselimuti api yang diluncurkan pada sasaran target.Terlihat dengan jelas, jika Alice dan Gerald memang kelemahan paling fatal dari seorang Luis Pietro. Tapi, ternyata, kekuatan lelaki muda itu masih saja begitu kuat meski dia seperti kehilangan setengah sayap.Tuan Hendrick tak bisa lagi berpikir, bagaimana jika di samping Luis ada istri dan putranya? Sudah pasti Tuan Hendrick akan dengan mudah dimusnahkan oleh Luis. Tidak, itu tidak boleh terjadi. Nelson harus segera menikahi Alice.“Kau membuat istriku sekarat. Dia sekarang seperti ma
Glock diturunkan perlahan, dengan tatapan dingin Luis melurus ke dada wanita di depannya, yang kini telah benar-benar tersungkur jatuh dengan dada berlumuran darah. “Katakan pada suamimu, dan juga putra doktermu itu, kalau dia tak akan bisa mengeluarkan peluru khususku yang sebentar lagi akan menghancurkan dadamu.” “A-APA?! I-INI TIDAK MUNGKIN. KA-KAMU SANGAT KEJAM, LUIS PIETRO!” *** Satu minggu berlalu. Keadaan bukan bertambah baik, kota Berlin justru sedang dilanda kekhawatiran. Para pebisnis mengalami kemunduran serta kekalahan telak atas kekejaman Luis, yang terus mendapatkan proyek besar serta mengalahkan para rival perusahaan raksasa. Termasuk mendapatkan tender besar yang tengah diperebutkan perusahaan di bawah naungan keluarga besar Delano. Tak hanya orang luar yang kelimpungan, tapi karyawan perusahaan induk dan para pelayan rumah Luis sudah kelelahan dengan sistem kerja gila Luis. Luis tak tidur dan tak makan teratur hanya demi mencari keberadaan Alice dan Gerald yang
“Gerald, ini Daddy! Gerald!” “... kau di mana, Gerald?” “GERALD!” Sejauh apa pun Luis bergerak menghancurkan seisi rumah tua terbengkalai ini dan berteriak sekencang apa pun, nyatanya sang putra kandung tak ada di mana pun. Para anak buah Tuan Hendrick sudah lebih dulu mengamankan Gerald dan Aline, setelah mendapat laporan jikalau salah satu anak buah yang diperintah memata-matai Luis telah ditangkap. “Gerald, ... Ini Daddy, kau ada di mana? Daddy, mohon jawab Daddy!” ulang Luis yang berteriak kian lemah, penuh nada kefrustrasian. Ia merasa tak berdaya sebagai seorang ayah, yang lagi dan lagi, harus gagal menyelamatkan darah dagingnya. “Tuan Luis, saya menemukan ini ... pensil elektrik milik Tuan Kecil!” Kepala tertunduk Luis langsung terangkat saat mendengar suara sang asisten pribadi, “sepertinya Tuan Kecil sengaja menjatuhkan pensil ini untuk memberitahu kita, kalau Tuan Kecil memang sempat disekap di tempat ini.” Frans berhenti tepat di depan Luis. Lelaki itu menyerahkan pe
Luis juga melepaskan tali yang mengikat tangan dua bocah yang sepertinya memang seumuran dengan sang putra.Tangan lelaki tampan itu mengusap lembut puncak kepala keduanya, yang seketika langsung menangis kencang.“Hiksss ... terima kasih, Paman Baik. Aku sangat takut pada paman-paman jahat tadi.”“Bokong kami terus dipukul oleh paman jahat tadi kalau kami sampai menangis dan bersuara. Jadi kami tidak berani menangis. Hiksss! Mamaaaa!”“Ya sama-sama, kalian sekarang sudah aman, sebentar lagi kalian akan bertemu orang tua kalian.”“... bawa dua anak ini ke mobil. Dan antar ke kantor polisi. Frans, seret tubuh anak buah Hendrick untuk menemui putraku. Pastikan dia tidak boleh mati, kalau mati aku akan membunuh seluruh keluarganya.” Lanjut Luis langsung membalik tubuh, dan berjalan tergesa ke arah mobil setelah Frans kembali mengangguk paham akan tugasnya.“Doa anti bujang lapuk apanya, kalian saja sudah jadi daging panggang!” cibir Frans sebelum meninggalkan tempat itu. Dia me
Dua penculik tadi telah bangkit berdiri, dan berjalan sembari sesekali mengerang bercampur desisan mendekati keberadaan para koper uang. Satu persatu koper uang mulai diperiksa dengan sorot mata penuh keserakahan. Begitu pun dengan tumpukan uang dolar dari atas ke tumpukan paling bawah, yang tanpa sadar mereka tengah berada dalam rencana Luis. Setelah lamanya memastikan seluruh uang-uang di sana, dua orang itu bangkit berdiri lantas kembali berjalan mendekati sang ketua. “Kita bisa segera pergi, Bos. Mereka ternyata menuruti perintah kita,” bisik salah satu dari dua orang itu. Tambahan anggukan dari mereka berdua membawa senyum sumringah sang ketua. Sebuah tepuk tangan tunggal membawa seorang dari komplotan mereka muncul dari sebuah mobil dengan memanggul dua tubuh anak kecil dengan kepala yang ditutupi kain hitam. “Katamu kau hanya tiga orang, hah?!” sengit Frans ingin maju mengayun kepalan tangan, tapi dengan cepat ditahan Luis, yang membuat Frans mau tak mau kembali melangkah
“Tuan Luis, mereka datang.” “Cepat keluar sesuai rencana.” Luis membalas dengan mata tajam tak berpindah sedikit pun dari kaca mobil sisi tubuhnya. Langit telah gelap, angin mendadak begitu kencang. Tiba-tiba hati Luis tak tenang. Entah karena apa, tapi fokusnya benar-benar sedang sedikit kacau saat ini. Frans menoleh cemas pada sang tuan yang mendadak terdengar menggeram dengan tangan menekan dada. “Apa yang terjadi pada, Tuan Muda? Apa perlu saya bawa Tuan ke rumah sakit?” “Bodoh! Istri dan putraku sekarang berada di bawah ancaman, dan kau memintaku bersantai di rumah sakit? Ingin kupenggal kepalamu?” “... dadaku tiba-tiba sesak. Kau keluarlah dulu. Aku akan menyusulmu sebentar lagi.” Perkataan dan omelan Luis membawa anggukan kepala takut-takut Frans yang bergerak patuh. Sebelum benar-benar dipenggal, lebih baik Frans memilih jalan aman. Kabur. Empat koper hitam sudah terlihat dibawa keluar oleh anak buah keluarga Pietro dari mobil lain. Frans pun ikut bergegas keluar. Lela