"Sparing ini menunjukkan bahwa kita semua masih memiliki banyak hal untuk dipelajari. Teruslah berlatih dengan tekun dan rendah hati."Zoe bangkit dengan tenang, mengusap keringat dari dahinya. Dia membungkuk dengan hormat kepada Ren dan Master Li, menunjukkan rasa hormatnya meskipun dia sengaja mengalah.Setelah sparing, Zoe duduk di sudut lapangan, merenungkan apa yang telah dia pelajari. Meskipun dia sengaja mengalah, dia mendapatkan wawasan berharga tentang kemampuan Ren dan dinamika sosial di perguruan. Beberapa murid mendekatinya, ada yang dengan simpati dan ada yang dengan rasa hormat yang baru ditemukan.Seorang murid bernama Mei mendekat dan berkata, "Zoe, kau menunjukkan semangat yang besar meskipun kau kalah. Kami semua bisa melihat dedikasimu."Zoe tersenyum dan menjawab, "Terima kasih, Mei. Aku di sini untuk belajar, dan setiap pengalaman adalah bagian dari perjalanan itu."Master Li, yang mengamati dari kejauhan, melihat bahwa Zoe memiliki potensi besar bukan hanya dalam
Setelah melihat bagaimana Ren semakin sombong dan menantang murid lain, termasuk Iyan, Zoe merasa perlu bertindak sebelum situasi semakin memburuk. Dia tidak ingin perguruan menjadi tempat perselisihan dan perpecahan.Saat Iyan dan Ren bersiap-siap untuk sparing di lapangan utama, Zoe melangkah maju di tengah kerumunan murid yang berkumpul. Dengan tenang, dia berkata, "Tunggu sebentar!"Ren dan Iyan berhenti dan menatap Zoe, begitu juga murid-murid lainnya. Zoe melanjutkan, "Aku tidak ingin kita melanjutkan sparing ini. Kita ada di sini untuk belajar dan tumbuh bersama, bukan untuk membuktikan siapa yang lebih kuat."Iyan tampak ragu sejenak, tetapi dia kemudian mengangguk. "Zoe, aku mengerti maksudmu. Tapi aku merasa kita perlu menunjukkan bahwa kesombongan tidak membawa kebaikan."Zoe menggelengkan kepalanya. "Aku tahu, Iyan. Tetapi cara terbaik untuk menunjukkan itu adalah dengan memberi contoh, bukan dengan kekerasan."Ren menatap Zoe dengan bingung. "Zoe, aku hanya ingin membukti
Murid-murid lain yang berada di sekitar taman melihat kejadian tersebut dan bergegas menghampiri untuk melerai.Iyan dan Mei yang berada di dekat situ segera datang untuk membantu Zoe. "Ren, hentikan!" teriak Iyan sambil memegang lengan Ren untuk menghentikannya. Mei segera berlari ke arah Zoe untuk memastikan dia tidak terluka parah."Zoe, kau baik-baik saja?" tanya Mei dengan cemas.Zoe mengangguk pelan, menahan rasa sakit di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Mei. Terima kasih."Keriuhan di taman menarik perhatian Master Li, yang segera datang untuk melihat apa yang terjadi. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya dengan suara tegas.Iyan menjawab, "Ren memukul Zoe, Master. Kami mencoba menghentikannya."Master Li menatap Ren dengan tatapan tajam. "Ren, ini adalah perilaku yang tidak bisa diterima di perguruan ini. Kita di sini untuk belajar dan saling menghormati, bukan untuk berkelahi."Master Li memutuskan untuk memberikan sanksi kepada Ren sebagai pelajaran bahwa kekerasan bukanlah so
Meskipun merasakan provokasi dan gangguan dari Ren, Zoe memutuskan untuk tidak melaporkan tindakan Ren kepada Master Li. Dia percaya bahwa Ren harus diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan pihak ketiga. Zoe berharap bahwa Ren akan menyadari kesalahannya dan berubah dengan sendirinya.Iyan dan Mei yang menyadari situasi tersebut mencoba meyakinkan Zoe untuk melaporkannya, tetapi Zoe tetap pada keputusannya. "Aku yakin Ren bisa berubah. Kita harus memberinya waktu dan kesempatan untuk melihat kesalahannya sendiri," kata Zoe dengan yakin.Iyan menghela napas. "Zoe, aku mengerti maksudmu, tapi dia benar-benar mengganggumu. Kamu tidak perlu menanggung ini sendirian."Mei menambahkan, "Kami di sini untuk mendukungmu. Jika kamu butuh bantuan, kami akan selalu ada."Zoe terus menghadapi gangguan Ren dengan kesabaran dan ketenangan. Ketika peralatan latihannya hilang, dia hanya mencarinya tanpa mengeluh. Ketika jebakan kecil dibuat untuknya, dia menghada
Iyan dan Mei, yang selalu berada di samping Zoe, segera menyadari kecemasannya. "Zoe, kamu sudah melakukan latihan dengan sangat baik. Tidak perlu khawatir. Kami akan membantumu mempersiapkan ujian ini," kata Iyan dengan suara meyakinkan.Mei menambahkan, "Ingat, Zoe. Kamu tidak sendirian. Kami semua di sini untuk mendukungmu."Dengan bantuan Iyan dan Mei, Zoe mulai mempersiapkan diri untuk ujian dengan lebih intensif. Mereka merancang jadwal latihan yang fokus pada aspek-aspek yang perlu diperbaiki dan memperkuat kemampuan Zoe dalam situasi ujian. Mereka juga menghabiskan waktu untuk latihan meditasi, membantu Zoe mengendalikan emosinya dan menjaga ketenangan batin. "Meditasi ini akan membantumu mengendalikan kekuatanmu," kata Mei sambil memandu Zoe melalui sesi meditasi.Mengetahui kecemasan Zoe, Master Li juga memberikan nasihat. "Zoe, ujian ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang ketenangan pikiran dan pengendalian diri. Percayalah pada dirimu sendiri dan inga
Iyan dan Mei tidak menyerah. Mereka berusaha menghibur dan memberikan semangat kepada Zoe. "Zoe, jangan menyerah. Ada sesuatu yang mungkin belum kita coba. Kita harus mencari solusi lain," kata Iyan dengan tegas.Mei menambahkan, "Kami bersama kamu, Zoe. Apapun yang terjadi, kami akan terus mendukungmu."Guru Besar Lin, yang melihat potensi besar dalam diri Zoe, mendekati Master Li untuk berdiskusi. "Master Li, saya percaya Zoe masih memiliki potensi yang belum terungkap. Mungkin ada cara lain untuk membantunya yang belum kita coba," kata Guru Besar Lin.Master Li, meskipun ragu, setuju untuk memberi Zoe satu kesempatan terakhir. "Baiklah, Guru Besar Lin. Jika ada metode lain yang bisa kita coba, mari kita lakukan," kata Master Li.Guru Besar Lin mengusulkan metode pengujian manual untuk mendeteksi kekuatan batin Zoe yang mungkin tidak terdeteksi oleh alat. Metode ini melibatkan meditasi mendalam dan penggunaan teknik kuno untuk merasakan energi batin.Guru Besar Lin memimpin sesi med
Setelah sukses melewati ujian fisik, Zoe mempersiapkan diri untuk ujian mental. Dia tahu tantangan ini akan menguji kemampuan konsentrasi, ingatan, dan pemecahan masalahnya. Zoe telah menghabiskan waktu untuk meditasi dan mengulang materi pelajaran agar siap menghadapi ujian ini. Para murid dibawa ke ruangan yang tenang dan masing-masing diberi serangkaian teka-teki kompleks untuk diselesaikan dalam waktu terbatas. Teka-teki ini menuntut kemampuan berpikir logis dan analitis. Zoe duduk dengan tenang, mengatur napas dan menggunakan teknik meditasi untuk menjaga fokusnya. Dia mulai bekerja melalui teka-teki dengan hati-hati, memastikan setiap langkah yang diambil adalah yang terbaik. Konsentrasinya tidak terganggu oleh suara atau gerakan di sekitarnya, dan dia berhasil menyelesaikan semua teka-teki dalam waktu yang ditentukan. Tahap berikutnya adalah tes ingatan. Setiap murid harus mengingat dan menulis kembali bagian-bagian dari kitab-kitab kuno dan pelajaran yang telah dipel
Ketika daftar nama hampir selesai, Zoe mulai merasa cemas. Namun, dia tetap mencoba untuk tetap tenang dan berharap yang terbaik. Akhirnya, Master Li berkata, "Dan murid terakhir yang berhasil lulus ujian dengan prestasi yang luar biasa, meskipun menghadapi tantangan besar, adalah... Zoe."Zoe terkejut dan lega sekaligus. Dia berdiri dan berjalan maju ke depan aula di tengah sorakan dan tepuk tangan dari teman-temannya. Master Li menyerahkan sertifikat kelulusan kepada Zoe dan tersenyum padanya. "Zoe, kamu telah menunjukkan ketekunan, keterampilan, dan keberanian. Kamu layak mendapatkan tempat di sini."Para murid yang sebelumnya meremehkan Zoe kini menunjukkan rasa hormat dan kekaguman. Beberapa murid bahkan mendekati Zoe untuk memberikan selamat. Guru-guru lain juga mengangguk dengan penuh penghargaan, mengakui usaha dan keberhasilan Zoe.Ren, meskipun masih merasa sedikit kesal, tidak bisa lagi mengabaikan kemampuan Zoe. Dia mendekati Zoe dan dengan enggan berkata, "Selamat, Zoe. K