Share

42. Akar Tanaman

Penulis: PengkhayalMalam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan pedang di tangannya Zoe memutus akar itu, sayang akar itu terus tumbuh. Ia bahkan hampir tak bisa menyelamatkan diri.

Azil pun sama ia terus kesulitan untuk melepaskan lilitan yang begitu kencang. Ia bahkan tak tahu harus bagaimana.

“Zoe bagaimana keadaanmu?” tanya Azil yang khawatir dengan Zoe. Mengingat ia juga kesulitan menghabis akar rambat yang terus mengejar mereka.

Padahal mereka tadi sudah membasmi semua, tapi ternyata masih banyak yang terus berdatangan. Ia benar-benar kesulitan untuk bisa menghabisi akar yang menyerang mereka.

“Seperti biasa, sibuk dengan hal yang tak perlu,” jawab Zoe yang terus menikmati saat dia menyerang akar lambat tersebut tidak ada hentinya dia terus memotong semua akar itu agar tidak ada yang sampai melilit kakinya lagi.

Dia benar-benar bersemangat, karena tidak harus melawan manusia hidup tapi hanya sebuah akar pohon yang benar-benar menyelipkan baginya. Tapi dia benar-benar bisa mengatasi semua itu dengan mudah.

“Selesai ini, kita lalu per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    43. Kekuatan Hebat

    Zoe langsung berhenti ia melihat ke arah sumber suara, yang ternyata seorang Kakek yang terlihat sederhana. Seketika tatapan Zoe bertemu, dari sana ia merasa kekuatan hebat yang luar biasa, hal itu membuatnya waspada. Zoe sendiri tidak tahu jika orang itu kawan atau musuh, jadi jelas Zoe merasa was-was dan tidak tenang.“Maaf kami tidak tahu.” Zoe maju sebelum Azil menjawab. Karena ia tahu Azil tidak begitu nyaman dengan orang baru. Ia takut kejadian di Desa Asap akan terulang.Zoe yang menjawab pertanyaan Kakek itu dengan tepat karena dia tahu jika sangat memiliki kekuatan yang sangat hebat, Jadi ia tidak ingin terjadi pertarungan karena dia tahu bagaimana kemampuannya yang masih belum cukup untuk melawan kakek tua itu.Azil tak mengerti dan kenapa Zoe begitu sopan padahal jelas tanaman itu yang menyerang lebih dulu, dan hal itu tidak perlu dijelaskan apalagi mereka harus bertanggung jawab. Mereka hanya melindungi diri sendiri, dan jelas hal itu membuat Ia juga merasa kesal saat Z

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    44. Tanaman Air

    Suasana makin sore, Zoe belum juga selesai. Tapi lebih baik daripada sebelumnya. Ia juga tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya.“Aku lelah, kenapa kau harus setuju,” keluh Azil yang tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Zoe Azil harus membersihkan sisa akar yang terpotong-potong setelah pertarungan, itu bukan hal yang mudah dan membutuhkan banyak waktu. Sedangkan matahari sudah semakin tinggi. Ia bahkan tidak bisa melanjutkan perjalanan.“Sudah aku jelaskan tadi. Kau bahkan bisa saja kalah melawan kakek itu,” kata Zoe memperingati Azil agar tidak terlalu mengeluh, ia takut hal yang merupakan terjadi lagi dan ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak mengecewakan dan juga memberikan yang terbaik untuk bisa melindungi temannya.Suasana hutan yang begitu tenang, membuat Zoe menikmati pekerjaannya. Meski ia harus membersihkan kembali bekas pertandingan tadi. Ia tetap tak mengeluh seperti Azil.“Iya aku tahu, tapi ini bukan salah kita,” kata Azil yang sepertinya masih belum mau menerim

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    45. Jadi Murid

    “Bagaimana menurutmu?” tanya Zoe pada Azil sebelum memutuskan. Ia tak ingin mengambil keputusan sepihak. Jadi ia butuh pendapat dari Azil.Azil terdiam cukup lama tak langsung menanggapi. Ia tahu Kakek itu memang hebat. Tapi mereka punya tanggung jawab mencari kitab pedang. Mendengar penjelasan kakek itu memang masuk akal. Bukit asap yang penuh misteri. Mereka jelas akan menghadapi kesulitan. Melihat Zoe yang masih sering melakukan kesalahan membuat Azil juga jadi kurang waspada.“Berlatih saja dulu, masalah nanti telat tak masalah asal kau bisa makin kuat,” jawab Azil yang akhirnya memutuskan untuk berlatih di sana terlebih dahulu.Zoe menganggukan kepala tanda ia setuju. Ia juga tahu jika Kakek itu buka. kakek sembarangan. Kekuatan cukup tinggi hingga keberadaannya saja sulit di deteksi.“Baik Kek, aku setuju untuk berlatih di sini, apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Zoe yang baru saja selesai sudah menanyakan tugas lain.Aku“Istirahatlah dulu, besok pagi kalian bisa melanj

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    46. Rasa Bimbang

    Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari sudah mulai malam. Zoe benar-benar lelah, untung saja tenda sudah terpasang. Untuk malam ini ia terpaksa menginap dekat danau.Tanaman air yang merepotkan, entah apa yang membuat Zoe di serang, dalam hati banyak Pertanyaan yang bahkan tidak ada jawaban.Kakek itu menghilang setelah siang tadi, perjalanan yang masih jauh membuat ia harus terhenti. Rasa bimbang harus menetap atau pergi jadi hal yang ia pikirkan sepanjang malam.“Kenapa kau belum tidur?” tanya Azil yang melihat Zoe masih terjaga sedari tadi. Meski keduanya sekarang tak bergantian berjaga. Tapi jelas Zoe tidak bisa tidur.Kegelisahan terlihat jelas dari Zoe yang masih saja terjaga, sebagai teman tentunya Azil tak bisa mengabaikannya. Ia coba bertanya untuk sekedar meringankan beban Zoe.“Banyak hal yang sedang aku pikirkan, aku ingin belajar. Tapi jelas itu akan mengganggu perjalanan ku,” jawab Zoe yang masih belum pasti ingin belajar atau melanjutkan perjalanan.Zoe sendiri sa

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    47. Keputusan Yang Berani

    Pagi menyapa, sinar mentari bersinar terang. Suasana hutan sudah ramai oleh burung riang bernyanyi.Zoe yang sudah lebih tenang daripada sebelumnya memutuskan untuk melakukan perjalanan. Perjalanan yang mungkin akan mengubah hidupnya. Ia tak boleh terus bergantung maka ia akan maju “Kakek, maaf sebelumnya. Saya tetap menghormati kakek. Tapi saya punya tugas mencari kitab pedang kedua,” kata Zor yang akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan. Ia benar-benar tidak bisa mengabaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, apalagi dia harus segera menemukan pedang pusaka langit dan harus bisa menguasai jurus tersebut. Ia benar-benar tidak bisa egois maka dari itu pun Ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sesuai dengan apa yang bisa ia lakukan sekarang ini.Semalaman Zoe terus bimbang dan terus mencari jawaban atas apa yang harus ia lakukan, iya benar-benar dalam pilihan yang sulit saat itu. Tapi dia sekarang sudah memiliki keputusan yang sudah bulat.“Baiklah Nak, aku tidak memak

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    48. Azil Hilang

    Hujan reda, pelmagi menyapa. Jalan jadi licin membuat Zoe berhenti. Ia sadar tak bisa memaksakan diri melanjutkan perjalanan.“Kita bermalam di sini,” ucap Zoe tanpa beban. Karena tahu melanjutkan perjalanan sama saja membahayakan nyawanya.Azil mengangguk pelan, i juga setuju. Meski ditempat yang kecil tapi celah bagi itu mempunyai menghalangi air.“Aku tak mengira jika akan begitu sukity,” kata Azil sambil melihat sisa air di daun yang masih basah. Udara yang masih dingin dan angin yang masih membawa sisa air. Tetesan air masih menetes walau tak lagi besar.Udara di sekitar sedikit demi selidiki kembali menghangat. Mentari menampakan wajahnya, saat senja menyapa.Suasana hutan yang ramai oleh burung. Membuat Zoe tak pernah kesepianan. Perjalanan yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.“Sebaiknya kita membuat makanan dulu,” saran Azil yang menginginkan untuk istirahat terlebih dahulu. Karena itu penting lagi hujan sudah reda aku mah mereka juga tidak mungkin melanjutkan perjalanan

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    49. Pemilik Kitab Pedang

    Zoe mencoba mencari Azil, iya Terus Udah jualan sesuai dengan insting. Sambil terus memanggil nama Azil.Ada perasaan panik takut jika terjadi sesuatu kepada Azil, lagi temannya hanya dia seorang untuk melakukan perjalanan yang cukup menyulitkan itu. Zoe terus berjalan benar-benar mengelilingi arena di mana mereka beristirahat, tak ada tanda-tanda sedikitpun. Saat dia mulai putus asa Saya melihat jejak kaki yang sepertinya milik Azil, karena hujan maka masih terlihat jelas sejarah kaki tersebut. “Pasti ini Azil,” ucap Zoe terus mengikuti jejak kaki itu. Ia tidak tahu akan sampai dimana.Zoe akhirnya sampai di sebuah gubuk kecil, suara tawa terdengar dari dalam. Sepertinya Azil sedang bicara dengan seseorang, tapi melihat dari nada bicara keduanya terlihat begitu akrab.“Azil, apa kau ada di dalam?” Tanya Zoe arab-arab cemas meminta izin untuk masuk ke dalam, karena dia tidak tahu gubuk tersebut milik siapa. “Iya, aku di sini,” jawab Azil kembali keluar membukakan pintu titik hal i

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    50. Mengukur Kemampuan

    Zoe panik, ia tak bisa mengabaikannya saat ia ditolak. Dengan cepat ia berlutut di hadapan Kakek Ling “Angkat aku jadi muridmu guru.” Zoe yang berharap jika Kakek ling mau mengubah pemikirannya.Zoe benar-benar menyesal. Ia tak pernah menyangka jika orang yang menawarinya untuk jadi murid adalah orang yang sedang ia cari.“Kenapa sekarang kau inginkan itu?” tanya Kakek Ling melihat keseriusan yang ditunjukkan oleh Zoe, mengingat segala kemarin iya benar-benar menolak tawaran untuk menjadi muridnya. Kali ini yang melihat saya benar-benar ingin berlatih pedang tersebut, membuat kakek Ling juga tak bisa mengabaikannya.“Karena saya sudah tahu, jika kakek adalah orang yang ku cari,” jawab Zoe yang masih terus berlutut meminta agar kakek Ling mau mengangkat dirinya sebagai murid. Tetaplah sia-sianya perjalanan ini jika dia tidak bisa mengambil hati kakak Ling bahkan tidak bisa berarti pedang di sana. Cara tujuannya untuk naik ke bukit asap adalah bisa berlatih dan juga mendapatkan kitab

Bab terbaru

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    136. Keberhasilan Zoe memimpin perguruan

    Tahun-tahun berlalu, dan Zoe terus menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa di Perguruan Langit. Di bawah bimbingannya, perguruan itu mengalami banyak perubahan positif dan tumbuh semakin kuat. Keberhasilannya memimpin Perguruan Langit tidak hanya diukur dari kemenangan dalam pertempuran, tetapi juga dari kemajuan dan kedamaian yang dia bawa kepada komunitasnya.Salah satu langkah awal yang Zoe ambil adalah memperbarui kurikulum pelatihan. Dia menggabungkan teknik-teknik baru yang dia pelajari selama misinya dengan tradisi lama yang telah membentuk dasar perguruan. Pendekatannya yang holistik dalam pelatihan—yang mencakup fisik, mental, dan spiritual—meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para murid. Mereka tidak hanya menjadi pejuang yang kuat, tetapi juga individu yang seimbang dan bijaksana.Zoe juga memperkenalkan program pertukaran dengan perguruan lain. Murid-murid dari Perguruan Langit dikirim untuk belajar di tempat lain, dan sebaliknya, murid dari perguruan lain datang ke P

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    135. Lembah Gelap

    Keesokan harinya, Zoe dan murid-murid Perguruan Langit bersiap untuk berangkat. Mereka mengemas perlengkapan mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat yang telah menjadi rumah dan tempat perlindungan mereka selama ini. Guru Hand dan Guru Liang memimpin kelompok itu, memastikan semua orang siap secara fisik dan mental untuk misi besar ini.Perjalanan mereka membawa mereka melintasi hutan lebat, melewati pegunungan tinggi, dan melalui desa-desa yang dilanda kekhawatiran. Di setiap tempat, Zoe dan yang lainnya mendengar lebih banyak tentang kekuatan gelap yang bangkit, menebarkan ketakutan dan kehancuran. Namun, mereka juga menemukan dukungan dan harapan dari orang-orang yang mempercayai kemampuan mereka untuk mengalahkan ancaman tersebut.Di salah satu desa, mereka bertemu dengan seorang wanita tua bijaksana yang memberikan mereka petunjuk penting. "Di jantung lembah gelap, ada sebuah kuil kuno. Di sana, kalian akan menemukan sumber kekuatan gelap itu. Tapi berhati-hatilah, p

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    134. Sebagai Panutan

    Sebagai panutan, Zoe sering kali mendapati dirinya memberikan bimbingan kepada murid-murid yang lebih muda dan kurang berpengalaman. Dia mengajarkan mereka teknik-teknik bela diri dengan sabar dan penuh perhatian, selalu memastikan bahwa mereka memahami setiap gerakan dan maknanya. Namun, yang lebih penting, Zoe juga mengajarkan nilai-nilai seperti keberanian, ketekunan, dan kejujuran.Satu sore, setelah sesi latihan yang melelahkan, seorang murid muda bernama Kai mendekati Zoe dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Zoe, bagaimana kamu bisa begitu kuat dan bijaksana? Apakah ada rahasia tertentu yang kamu miliki?"Zoe tersenyum lembut dan menepuk bahu Kai. "Tidak ada rahasia, Kai. Semua berasal dari kerja keras, kesabaran, dan keinginan untuk terus belajar. Setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik dari diri kita yang kemarin."Kai mendengarkan dengan seksama, terinspirasi oleh kata-kata Zoe. "Tapi kadang-kadang, rasanya sulit untuk terus berjuang, terutama ketika kita merasa

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    133. Pertandingan

    Setelah kemenangan melawan aliansi bandit, Zoe memimpin Perguruan Langit dengan semangat baru. Dia menyadari bahwa meskipun mereka berhasil mengatasi ancaman besar, tantangan lain mungkin masih menunggu di masa depan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk meningkatkan kolaborasi dengan desa-desa sekitar dan memperkuat aliansi mereka.Zoe mengadakan pertemuan besar dengan para pemimpin desa di sekitar wilayah Perguruan Langit. Di pertemuan itu, mereka berdiskusi tentang cara terbaik untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan dan kemakmuran wilayah mereka. Para pemimpin desa, terkesan dengan kepemimpinan dan kebijaksanaan Zoe, setuju untuk membentuk jaringan pertahanan dan komunikasi yang lebih kuat.Setelah pertemuan tersebut, Zoe merasa lega dan yakin bahwa wilayah mereka akan lebih aman dengan adanya kerjasama yang erat. Namun, dia juga tahu bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Dia dan Lian, bersama dengan para guru dan murid lainnya, terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk segal

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    132

    Kehidupan di Perguruan Langit berjalan dengan semangat baru setelah keberhasilan mereka membantu desa. Zoe terus memperkuat ikatan antara para anggota perguruan dan memastikan semua orang mendapat pelatihan dan dukungan yang mereka butuhkan.Suatu hari, saat Zoe sedang berjalan di taman perguruan, dia menemukan Master Jaya duduk di bawah pohon besar, tampak merenung. Zoe mendekati dan duduk di sampingnya."Apa yang sedang Anda pikirkan, Master Jaya?" tanya Zoe dengan lembut.Master Jaya tersenyum tipis. "Aku sedang memikirkan masa depan perguruan ini, Zoe. Kamu telah membawa perubahan yang positif, tetapi kita harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan."Zoe mengangguk. "Saya mengerti, Master. Saya ingin memastikan bahwa perguruan ini tetap kuat dan aman."Master Jaya menatap Zoe dengan penuh kebanggaan. "Aku percaya padamu, Zoe. Ada satu hal yang harus kamu ketahui. Ada sebuah kitab kuno yang tersimpan di dalam perpustakaan rahasia perguruan ini. Kitab itu berisi peng

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    131. Kebenaran Terungkap

    Malam hari, saat bintang-bintang bersinar redup di langit, Zoe duduk sendirian di taman perguruan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi. "Bagaimana jika mereka benar-benar datang?" gumamnya pelan.Di kejauhan, suara langkah kaki mendekat. Zoe menoleh dan melihat sahabatnya, Lian, datang dengan raut wajah serius. "Zoe, kita harus berbicara," kata Lian."Ada apa, Lian? Apa kau juga merasa ada yang aneh belakangan ini?" tanya Zoe dengan nada cemas.Lian mengangguk. "Ya, aku merasakannya juga. Beberapa hari terakhir, aku melihat orang-orang yang mencurigakan di sekitar perguruan. Mereka seperti sedang mengawasi kita."Zoe menghela napas dalam-dalam. "Kita harus waspada. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengganggu ketenangan di sini."Lian setuju. "Aku akan berbicara dengan guru dan meminta mereka untuk meningkatkan keamanan. Sementara itu, kita harus tetap bersama dan saling mengawasi."Zoe mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa ancaman yang mereka rasakan b

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    130. Penyusupan

    Zoe dan Azil memutuskan untuk tidak hanya mengandalkan informasi dari dalam perguruan. Mereka bertekad untuk menyelidiki lebih jauh tentang ancaman yang telah menyerang Perguruan Langit. Untuk itu, mereka menyamar dan pergi ke tempat-tempat ramai di kota, berharap mendapatkan informasi lebih banyak.Malam itu, Zoe dan Azil mengenakan pakaian sederhana, menyamar sebagai warga biasa. Mereka berjalan menyusuri pasar malam yang penuh dengan pedagang dan pembeli. Cahaya lentera dan suara orang-orang yang bercakap-cakap memenuhi udara, membuat mereka merasa sedikit lebih tenang meskipun waspada."Azil, kita harus mencari informasi tentang siapa yang mengirim para penyerang itu," bisik Zoe.Azil mengangguk. "Aku setuju. Kita harus berhati-hati dan tidak menarik perhatian."Mereka berkeliling pasar, mendengarkan percakapan dan mencoba mencari petunjuk. Di sebuah kedai teh yang ramai, mereka duduk dan memesan minuman sambil mengamati orang-orang di sekitar mereka. Zoe memperhatikan seorang pri

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    129.

    Zoe terus berjuang dengan tekad yang membara. Setiap hari di Perguruan Langit, dia mendorong dirinya lebih keras, berlatih dengan intensitas yang luar biasa. Kehilangan panutan yang sangat dihormatinya hanya memperkuat tekadnya untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana.Meskipun rasa kehilangan itu masih terasa menyakitkan, Zoe menemukan cara untuk menghadapinya. Dia mengenang nasihat dan pelajaran yang diterimanya dari panutannya, menjadikan ingatan itu sebagai sumber motivasi. Setiap pukulan, tendangan, dan gerakan dalam latihannya dipenuhi dengan semangat untuk menghormati memori orang yang telah pergi.Zoe melanjutkan latihannya dengan semangat yang tak kenal lelah di Perguruan Langit. Dia mendorong dirinya lebih keras setiap hari, bertekad untuk menjadi pejuang yang kuat dan mandiri. Namun, di balik semangatnya, Zoe menyimpan rasa kehilangan yang mendalam. Beberapa waktu lalu, dia kehilangan seorang panutan yang sangat dia hormati dan sayangi.Meskipun rasa kehilangan itu bera

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    128. Pendekatan Zoe

    Dalam sebuah perguruan bela diri yang dikenal sebagai Perguruan Langit, terdapat seorang pemimpin yang bijaksana bernama Guru Hand. Guru Hand tidak hanya dihormati karena keahliannya dalam bela diri, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam memimpin dan mengajar.Zoe, seorang murid berbakat di perguruan tersebut, tidak menyadari bahwa Guru Hand adalah pamannya sendiri. Selama ini, Zoe mengira bahwa Guru Hand adalah orang lain tanpa ikatan keluarga dengannya. Ketidaktahuan Zoe tentang hubungan keluarga ini menambah dinamika menarik dalam cerita, di mana rahasia dan hubungan yang tersembunyi perlahan terungkap seiring berjalannya waktu.Di sebuah sore yang tenang di Perguruan Langit, Zoe sedang duduk di taman perguruan sambil menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Guru Hand datang menghampiri Zoe dan duduk di sebelahnya. "Kamu terlihat tenang hari ini, Zoe," kata Guru Hand dengan senyum hangat.Zoe membalas senyum tersebut dan berkata, "Ya, Guru Hand. Sore ini sangat indah. Saya h

DMCA.com Protection Status