Share

Bab 30

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-13 08:13:49

Bunyi spatula dan wajan beradu setelah menyelesaikan menggoreng bawang untuk topping nanti. Wajah Karina sedikit pucat. Sejak tadi dia muntah-muntah karena mencium bau amis udang dan ikan yang dibelinya di pasar. Bang Fajar bilang, dia menyukai semua jenis olahan ikan dan seafood, paling suka kepiting, katanya. Hanya saja, untuk percobaan, Karina memutuskan untuk membeli ikan gurame dan udang dulu.

Ikannya sudah minta disiangi ke penjualnya di pasar tadi, beruntung penjual itu mau. Pulang ke apartemen, Karina hanya tinggal mencucinya saja. Sementara itu, udang dengan ukuran jumbo tersebut belum disentuhnya. Cangkangnya yang keras, belum dia kelupasin karena keburu mabuk bau amis ikan yang sudah selesai di cucinya.

Sesekali netranya bralih ke layar gawai yang dipasangnya menggunakan mini. Di sana dia sedang menonton tutorial membuat ikan gurame goreng yang menurutnya paling mudah.

Karina pun membeli beberapa peralatan tradisional juga karena di apartemen hanya ada alat-alat modern
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 31

    “Stop! Stop! Stop!” Karina meminta mobil yang tengah dikendarai mereka berhenti. Mas Baska menoleh pada gadis yang duduk di bangku belakang itu.“Apa lagi?” Alisnya terangkat, matanya memicing pada Karina. Tak banyak bicara, Karina langsung membuka pintu mobil. “Bye, Mas Baska!” Karina melambaikan tangan pada Mas Baska seraya membetulkan tas gendongnya yang kali ini berisi nasi dan sambal udang yang pagi tadi dibuatnya bareng Cahaya. “Hey, kenapa turun di sini?” Mas Baska menurunkan kaca mobil dan menatap heran pada gadis tomboy itu.“Pengen.’ Jawaban singkat Karina seraya berjalan menjauhi mobil Mas Baska lalu duduk di halte. Klakson yang terdengar membuat Mas Baska memilih menggerakkan mobilnya karena menyumbat laju jalanan. Sementara itu, Karina duduk santai dan mengeluarkan gawai. Seperti biasa, setiap pagi dan sore dia akan masuk ke akun sosial medianya.[Assalamu’alaikum!] [Wa’alaikumsalam!] Dua kata itu berderet-deret saling berganti. Ketika Karina tanya hal lain, pasti

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-13
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 32

    “Astagaaa … ini masakan atau air laut?” Bang Fajar berhenti mengunyah. Aroma terkejut tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Sementara itu, Karina yang duduk di depannya memandangnya lekat sambil senyum-senyum. Dia masih menunggu pujian yang diharapkan terlontar dari mulut Bang Fajar. “Sepertinya dia suka banget masakan aku, sayangnya besok aku gak masuk kerja karena harus nganter Mbak Aya ke rumah Ibu Mertuanya … hmmm gimana, ya? Kok aku gak rela kalau Mbak Nency yang bawain makanan buat dia. Mana sepertinya dia beli pun, bukan masak. Hish, gak fair.” “Cobain yang ini juga, Mas.” Mbak Nency memindahkan satu potong fried chicken untuk Mas Fajar. “Hmmm … oke. Thanks, ya.” Bang Fajar segera menggigit potongan ayam itu untuk menetralisir rasa asin yang membuat lidah bahkan merasa tak nyaman. “Rasanya lumayan, tapi kayak enggak fresh, ini ada yang gosong-gosongnya, jadi pahit. Hanya saja lebih baik dari pada sambal udang rasa air lautnya Karina.” Bang Fajar mengunyah dengan sedikit leb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 33

    Mendengar penuturan Bu Wati yang panjang lebar, membanggakan Ningtias---putrinya yang sarjana serta terindikasi memandang rendah Cahaya, sepasang mata Karina menatap tajam pada Bu Wati yang masih hendak bicara. “Mulut orang ini belum pernah di sekolahkan sepertinya,” batin Karina dengan tangan bersedekap dan menatap awas pada Bu Wati yang kembali hendak membuka mulutnya. “Saya dari dulu percaya kata-kata bijak yang mana menyebutkan suksesnya seorang suami itu adalah berkat sosok seorang perempuan yang berdiri di belakangnya. Nah berarti bangkrutnya seorang suami, itu juga karena perempuan yang ada di belakangnya. Kalau wawasannya gak luas, pergaulan udik, hanya modal cantik doang, nol besar lah nilainya. Harusnya kalau sudah seperti itu, sadar diri … apa masih pantes menyandang gelar istri.” Lagi-lagi, sudut mata Bu Wati melirik ke arah Cahaya. Seolah semua ucapannya untuk menyindir Cahaya. “Ini sebetulnya acara arisan atau apa, ya, Bu Rini? Harusnya ibu ngundang orang ke acara ar

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-18
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 34

    Mbak Ning sudah berada di kantor milik Mas Baska. Sedikit terkejut ketika Mas Baska melihat kemunculannya. “Ning?” Mas Baska menatap ragu pada seorang perempuan yang baru saja turun dari mobil online itu. “Pagi, loh Mas Baska? Kerja di sini juga? Saya dapat referensi dari Mbak Nency untuk interview di sini.” Mbak Ning terkejut melihat sosok yang dulu pernah hadir di hatinay itu kini ada di depan mata.“Oh Nency, ya? Iya saya kerja di sini juga. Oh mau interview, ya? Silakan nunggu di dalam.” Mas Baska mempersilakan Mbak Ning masuk.“Duh, kalau Ning tahu apa posisiku di sini, bisa gagal kejutanku buat Aya,” batin Mas Baska. Dilihtanya tanggalan dalam jam tangannya. Masih satu minggu lagi pada hari H. “Baru tanggal segini lagi,” batin Mas Baska seraya menatap tanggalan pada arloji yang dipakainya itu. Mas Baska lekas mencari Mbak Nency sang konsultant agency. Mbak nency membawahi juga rekrutment, pajak dan perijinan. Mas Baska lekas minta izin untuk tak join interview, sebagai gantin

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-19
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 35

    Acara syukuran untuk perusahaan yang tengah mulai beroperasi yang Mas Baska rencanakan hampir tiba. Semua sudah terkoordinasi dengan baik. Acara akan dilaksanakan lusa sekitar jam sepuluh pagi mulainya. Hari ini, Mas Baska baru saja pulang dan disambut senyuman manis Cahaya. Diangsurkannya sebuah paper bag pada istri tercintanya yang menyambut dan segera mengambil tas kerja dari tangannya. “Dek, lusa dandan yang cantik, terus pakai baju ini, ya!” “Emang mau ke mana, Mas? Ini baju apa?” Cahaya memeriksa isi paper bag yang baru saja diberikan oleh Mas Baska. “Masya Allah, Mas … kok beli batik pedang, sih, Mas? Harganya bisa buat kita makan sebulan ini mah. Kenapa buang-buang uang sih, Mas? Padahal gak harus beli yang sebagus ini.” Cahaya menatap takjub pada baju batik yang sudah terkenal harganya dan tampak terlihat mewah itu. “Dibeliin kantor, Dek! Lusa pagi bersiap, ya! kita akan pergi sama-sama ada acara di tempat kerja Mas.” Mas Baska memilih duduk berselonjor setelah meraih sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 36

    “Biar saya samperin, deh, Jeng! Malu-maluin banget sih mantu sampean! Orang disuruh pake dress code putih, malah batik! Aneh! Sudah gitu, kepedean juga malah duduk di paling depan! Apa kita tonton saja biar dia dipermalukan dan diomeli lelaki yang tadi,” kekeh Bu Wati seraya menertawakan Cahaya yang menurutnya salah kostum.“Ya sudah, sana.” Bu Rini hanya mendukung saja. Dirinya sendiri tak sampai hati menunjukkan sikap seperti itu di depan Mas Baska. Konsep Bu Rini, dia harus berada di tengah agar posisi selalu aman. Andai Mas Baska sukses, dia tak malu juga nantinya. Dulu pun sudah terbukti, Mas Baska begitu baik dan royal pada keluarga. Hanya saja, sekarang, dirinya memang butuh penopang. Dia tak tahu saja kalau Mas Baska punya saham di perusahaan dagang yang sekarang ini dihadiri acaranya. Bu Wati sudah mau bangkit ketika tangan Mbak Ning menahannya. “Ibu mau ke mana?” Sorot mata Mbak Ning yang tampak lelah itu menatap Bu Wati. “Sudah kamu diem saja di sini, Ning! Ibu ada urusa

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-27
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 37

    Wajah Bu Wati yang sudah merah padam bertambah gusar. Dia menatap nyalang pada Karina, apalagi mendengar jika dia akan membatalkan perjanjian kerjanya Ningtias dengan perusahaan yang sama di mana Mas Baska bekerja. "Jadi dia beneran pemilik saham, ya? Duh kok bisa-bisanya malah jadi gini?" sesal Bu Wati dalam hati. Dia pun meronta meminta lepas dari tarikan dua tim keamanan itu.Mbak Ning sudah telanjur malu, dia segera menelpon Pak Yono yang tadi minta izin buat ngopi saja di parkiran bareng dengan beberapa supir. Mbak Ning meminta Pak Yono segera standby di depan gerbang. Mbak Ning menjelaskan secara singkat keributan yang sudah Bu Wati buat di dalam sana. “Astagaa, Ning. Mama kamu itu, bikin malu Bapak saja.” Pak Yono geleng-geleng kepala. Namun dia pun lekas membawa mobil ke area gerbang di dekat pos security dan menunggu di sana. Bu Rini yang mendengar inti sari dari huru-hara tersebut, cukup kaget ketika mendengar jika yang mengenakan batik itu para pemilik saham. Dia membiar

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 38

    Mas Fajri menatap perempuan dengan lingerie warna hitam yang tengah duduk di sofa dengan kaki menumpang. “Kapan kamu bisa menggaet Baska, Ren? Rasanya … sudah berbulan-bulan, tapi gak ada kemajuan.” Mas Fajri mematikan puntung rokok yang sudah tak lagi panjang dan membiarkan tergeletak di dalam asbak. “Susah, Mas. Aku sudah berusaha nawarin makanan ‘kan? Bela-belain beli dulu di restoran biar dia terkesan, sudah pake baju seksi juga, pas datang nganter, eh ngelihat batang hidungnya saja enggak. Yang ngambil makanannya nyuruh OB,” omel Rena.“Usaha lebih keras, dong, Sayang … katanya suka.” Mas Fajri mencebik. Geram juga melihat pergerakan Rena yang lambat seperti siput. “Ini juga lagi mikir lah, Mas. Kamu kira, dia kek kamu. Aku telepon langsung saja nyamber. Dia itu sepertinya tipe-tipe lempeng. Aku beberapa kali mengirim pesan selain promo makanan, tak ada sedikitpun dia respon.” Rena mendengus. “Coba yang lebih agresif dikit, Ren. Pura-pura jadi tukang pijat, kek. Jadi, tukang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30

Bab terbaru

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 54 - End

    Salah satu orang yang beruntung adalah orang yang istiqomah dalam kebaikan dan khusnul khotimah. Namun begitu, tak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Terkadang ada juga yang masih tersesat dalam keburukan hingga ujung usia. Terik kota Surabaya mengiringi kepergian Karina dan Bang Fajar yang hendak kembali pergi ke rantau. Namun, bukan untuk selamanya. Melainkan hanya untuk menyelesaikan pendingan tanggung jawab di perusahaan milik Mas Baska. Setelah itu, Abi memintanya pulang dan mengurus usahanya yang ada di Surabaya. Di Bandara kini mereka berada. Berdiri berhadap-hadapan dengan Umi dan Abi yang mengantarnya. “Fajar, setelah urusan dengan Baska selesai. Segeralah kembali. Banyak hal yang harus Abi serah terimakan pada kalian!” “Iya, Abi.” “Kami juga belum mengadakan resepsi, karena itu segera kembali.” Umi pun tak kalah antusias pada pernikahan putri sulungnya. Karina mencebik dan menggoyang-goyangkan kepala. Dia tak mau mengadakan resepsi. “Adeeek!” Bang Fajar mendeli

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 53

    Dunia seakan berhenti berputar ketika aku melihat siapa yang berdiri di sana. “B--Bang, Fajar?” Lelaki yang disebut namanya oleh Karina itu menoleh. Seulas senyum tersungging pada bibirnya. “Yes, Karin!” Sepasang bola bening milik Karina berkaca-kaca. Karina sudah berlari hendak memeluk Bang Fajar, tapi lengan Abi sigap menghadangnya. “Eh, anak gadis Abi mau ke mana? Bukan mahram, gak boleh peluk-peluk!” celoteh Abi sambil menahan tubuh Karin yang sudah siap menerkam Bang Fajar. “Isshhh, Abi!” Wajah Karina bersemu. Rasanya sungguh malu. Apalagi orang tua Bang Fajar serentak tertawa. Umi pun mengajak calon besannya masuk. Semua duduk pada sofa berbentuk U yang tertata apik di ruangan yang cukup luas. Bang Fajar tampak kalem. Sementara itu, Karina sejak tadi menangkup wajah. Dia masih terisak pelan. Umi memeluknya seraya mengusap-usap punggung Karina. “Duh, kok malah nangis, sih? Apa kedatangan Abang mengganggu?” Suara Bang Fajar menggoda Karina. “Berisik!” omel Karina seraya m

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 52

    “Mau minum apa?” Lelaki yang duduk di sisi kiri Karina tersebut bertanya ketika pramugari sedang menawari makanan dan minuman. Karina menoleh malas lalu mengedik. Akhirnya dia memesan sendiri kopinya. “Kamu kerja di sini? Atau di Surabaya?” “Di sini.” “Kalau aku, kerjanya di Surabaya. Mungkin akan segera dapat jodoh orang sana juga.” Karina mengangguk malas. Dia pun tak menimpali. Mendengar kata-kata jodoh, membuatnya semakin malas. Akhirnya dia lebih memilih memejamkan mata. Satu jam lebih saja harusnya tiba di sana. Hanya saja … entah kenapa. Waktu terasa beranjak sangat lama. “Bang Fajar … selamat tinggal.” Batin Karina sibuk mengucapkan kata perpisahan. Dia pun terus berpura-pura saja tertidur agar tak diajak ngobrol oleh lelaki yang ada di sampingnya. Tampan, sih. Namun, Karina bukanlah tipe orang yang mudah jatuh cinta. Tiba di Bandar Udara Internasional Juanda. Karina keluar dengan berjalan lunglai. Ponselnya sudah diaktifkan. Namun, tak ada satu pun pesan dari Bang Faja

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 51

    Enam bulan berlalu dari saat tragedi penyekapan Mbak Fiska. Semua sudah hidup normal kembali sesuai porsinya. Perusahaan dagang milik Mas Baska yang join venture dengan Pak Martadinata sudah stabil. Hal itu juga yang menjadikan alasan Karina memutuskan untuk mengganti agency. Lagi pula kontrak dengan perusahaan konslutan dan pajak milik Mbak Nency sudah selesai. Karina tak mau lagi diperpanjang. Alasannya, perusahaan mereka sudah stabil dan ada sendiri orang pajak internal. “Kita masih butuh konsultan pajak, Rin.” Mas Baska menatap draft kontrak kerja sama yang Mbak Nency ajukan kembali kemarin. “Konsultan masih banyak, Mas. Hanya butuh advise sekarang ini, bukan pekerjaan harian.” Karina menjawab judes. Bahkan dia tak segan merobek kertas-kertas itu dan membuangnya ke tempat sampah. “Tim Nency kerjanya bagus. Apa ada alasan yang lebih masuk akal selain perusahaan sudah settel?” Mas Baska menatap Karina. Gadis itu benar-benar keras kepala. “Yup, betul dia nagus, tapi kita membayar

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 50

    Mbak Fiska sudah berada di rumah sakit setempat sekarang. Yang pertama dilihatnya ketika matanya terbuka adalah Cahaya. Perempuan yang sepenuh hati dibenci, justru menjadi penyelamatnya dikala sedang seperti ini. Air matanya tiba-tiba menetes, lalu beralih isak.“Alhamdulilah, Mbak sudah sadar?” Cahaya mendekat dan menatap wajah tirus dan kusam yang terbaring lemah itu. Hanya anggukkan dari kepala Mbak Fiska yang menjawab. Dia menatap dengan sorot mata lemah.“Baska mana?” Suara serak Mbak Fiska terdengar. “Mas Baska lagi nganterin Kiran dulu. Kasihan ikut tidur di sini. Mas Baska titip di tempat Karina, Mbak.” Cahaya menjawab sambil tersenyum. Memang pernah sakit hati, pernah kesal, pernah benci. Namun, tak menghalanginya untuk berbuat baik. Seburuk apapun Mbak Fiska, dia adalah kakak dari suami yang dicintainya, Mas Baska. “Maafin, Mbak … Mbak sudah salah menilai kamu. Maafin, Mbak ….” Dia terisak lagi. Cahaya duduk dan menggenggam jemarinya lalu menatap lekat pada pupil hitam Mb

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 49

    Mas Fajri tersenyum lebar ketika akhirnya CCTV yang ada di villa berhasil diretasnya. Kini dia kembali fokus pada tujuan utama yaitu meretas sistem perusahaan Mas Baska. Hanya saja pikirannya kini jadi bercabang dengan menghilangnya Mbak Fiska. “Kamu itu kenapa jadi biang masalah sih, Fiska?” Mas Fajri mengacak kesal rambutnya. Dia pun bangun lalu mengambil air mineral dingin dari dalam lemari es yang ada di apartemen barunya. Ponselnya berkedip-kedip, ada panggilan dari Rena. Namun mood Mas Fajri telanjur rusak dan berantakan sehingga panggilan itu pun dia abaikan. Dia pun kesal juga karena Rena hanya omong kosong doang untuk bisa mendekati Mas Baska. “Apa aku lapor polisi saja, ya? Bilang kalau istriku hilang. Hmmm … tapi nanti buat berita acaranya gimana, ya? Hmmm … tapi ini terlalu berisiko. Sepertinya aku lihat sikon saja, tinggal korbankan Enjam jika pada akhirnya ada yang membuat laporan ke polisi. Semoga saja Fiska bisa segera ditemukan oleh Enjam dan diamankan.” Mas Fajri

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 48

    Tiba-tiba Bang Fajar menoleh. Dia menyipitkan mata dan menelisik wajah Karina.“Hmmm … aku jadi curiga, orang yang paling usil di sini ‘kan kamu? Jangan-jangan akun bodong itu kamu, ya?” “Sembarangan ya kalau nuduh! Emangnya aku orang gak ada kerjaan?” Karina mencebik. Padahal tuduhan Bang Fajar memang benar. Namun Bang Fajar tak menjawab, hanya terkekeh saja. “Bang kok jalannya lurus terus, sih? Kapan beloknya?” Karina kembali membuka suara setelah hening beberapa saat. “Belok ke mana, sih, Rin? Jalannya kan emang cuma ini, kok. Kalau ke rumah sakit itu kan memang jalan yang ini yang lurus."“Ya kali, Abang mau belok dulu ke hati aku.” Karina terkekeh seraya terus memutar CCTV dan memperhatikan dengan seksama menit demi menit yang terlewati. Pada pukul 00.30 tampak sudah ada pergerakkan. Dari kamera depan, terlihat Enjam masih memantau sekitar. Waktu itu, baru saja acara barbeque mereka bubar. “Bang, ini download dari jam berapa?” tanya Karina. “Dari mulai terlihat ada pergerak

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 47

    Mas Baska menatap wajah yang penuh senyuman sumringah di depannya. Cahaya terlihat makin hari makin cantik saja. “Ini, mau lagi?” Mas Baska menyodorkan pisang goreng yang dibuat spesial olehnya untuk sarapan mereka pagi itu di villa. Semalam tidur sangat nyenyak setelah berpetualang mengukir kebahagiaan di antara keduanya. “Sudah, Mas. Sudah cukup.” Cahaya menolak piring yang diangsurkan Mas Baska. “Kok dikit, sih, makannya, Dek? Jangan khawatir lagi, uang Mas sekarang sudah banyak,” kekeh Mas Baska seraya bercanda. “Makin uang kamu banyak, aku malah makin takut, Mas. Aku takut jadi gendut nanti kalau makan terus. Nanti kamu nyari lagi yang langsing,” tukas Cahaya sambil terkekeh. Padahal memang dirinya sudah kenyang. Kebiasaan makan seadanya selama empat tahun ditinggalkan, membuatnya terbiasa, sampai sekarang. “Astaghfirulloh, Dek. Emangnya Mas ada muka-muka player, gitu?” Mas Baska kaget mendengar penuturan Cahaya. Istrinya itu terkekeh sambil melirik manja. “Enggak, kok, Mas

  • PULANG DARI PERANTAUAN   Bab 45

    “Kalau gitu, aku mau nembak beneran, deh! Abang mau gak jadi suami aku?!” Ucapan Karina yang spontan sontak membuat Jodi, Irfan dan Bang Fajar yang hendak masuk ke dalam berhenti dan menoleh serampak. Karina memasang wajah imut dengan mata berkedip-kedip sambil menunggu respon dari lelaki yang batu saja di tembaknya. Namun, hanya bertahan beberapa detik, ketiga lelaki itu pun malah tergelak. “Astagaaa, Rin! Rin! Harga diri lo setipis rempeyek. Masa cewek nembak duluan!” Jodi yang terkekeh hanya menggeleng kepala. Lalu ketiganya pun masuk dan mengabaikan kalimat tembakkan Karina untuk Bang Fajar yang meluncur begitu saja. “Karina mendengus, memang dikira lucu kali, ya? Padahal aku sudah gadein tuh rasa malu ke pegadaian demi Bang Fajar. Dasar cowok!”omelnya sambil berjalan dengan bibir mengerucut lalu masuk ke dalam ruangan. Deg!Ada rasa panas tiba-tiba menyergap ketika tampak Mbak Nency tengah menyodorkan segelas teh leci pada Bang Fajar. Lelaki itu pun menerima dengan sumringah,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status