Beranda / Romansa / PROLOG / Bagian 4

Share

Bagian 4

Penulis: Maymay
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semoga hati Mayang baik-baik saja. 

Tepat pukul setengah delapan bel rumah berbunyi, tanpa bertanya-tanya aku sudah tau kalau yang datang itu Pak Rendra. Aku segera keluar kamar dan membuka pintu. Aku kaget Ketika Pak Rendra berdiri depan pintu sambaing memamerkan kresek yang aku Yakini isinya martabak.

Penampilan beliau mala mini benar-benar seperti anak muda. Dia memakai celana pendek warna mocca dan kaos warna putih. Gila kelihatan ganteng banget. Ehh ingat Cuma atasan.

“Mau berdiri di sini minum kopinya?” Suara Pak Rendra membuyarkan lamunanku.

“Ehh silakan masuk pak,” Aku geser sedikit agar Pak Rendra bisa masuk “kenapa repot-repot bawa makanan segala pak.” Aku merasa sungkan Ketika atasan masuk rumahku, jelas-jelas hubungan hanya bawahan dan atasan. Tapi kalau seperti ini malah kesannya seperti sedang pendekatan. Halu doang sih.

“Mau ngopi di depan, di ruang tamu apa di taman belakang Pak?” Aku mempersilakan pak Rendra untuk memilih.

“Di ruang tengah saja boleh.”

“Pak Rendra mau minum kopi varian apa?”

“Di sini warung kopi ya sampai kamu meminta saya untuk memilih, kalau saya memilih hati kamu boleh?”

“Ehh.” Aku kaget saat Pak Rendra menjawab dengan jawaban yang tidak masuk akal. “Bapak becandanya kelewatan.” Aku menyamarkan suara agar tidak terlihat gugup.

“Kalau kelewatan tinggal puter balik kan bisa, asal hati yang dituju masih sama.” Pak Rendra menjawab dnegan ekspresi senyum-senyum.

Halah, bucin ini mah namanya. Hati dan jantung tolong tenang dulu ya, jangan baper, ingat di atasan kamu bukan gebetan kamu.

“Baik, kalau bapak tidak memilih saya buatkan rasa hazelnut ya pak? Bapak tunggu sebentar.”

Saat aku membawa dua cangkir kopi di ruang tengah Pak Rendra sudah tidak ada, aku lihat ternyata beliau sudah duduk di ayunan depan.

“Maaf ya, saya pindah sini setelah saya lihat sepertinya di sini nyaman. Kamu gak keberatan kan?”

“Enggak lah Pak, kan tadi saya meminta bapak untuk memilih. Mau di taman belakang juga boleh, tapi hanya kecil. Maaf kalau rumahnya membuat bapak kurang nyaman, mungkin beda dengan rumah bapak yang ada di depan situ.” Aku tersenyum agar mencairkan suasana tidak kaku.

“Gak juga, tapi memang agak luas sedikit sih. Tapi ini rumah kamu nyaman sekali. Semua tertata dengan rapi.”

“Terima kasih atas pujiannya Pak, bapak orang pertama yang memuji rumah saya.” Aku memang jujur, karena dari dulu tidak ada yang memuji rumah saya ini nyaman, orang-orang akan mengatakan kalau rumah saya ini terlalu kecil dan sempit, padahal kalau dibilang untuk saya pribadi mah sudah cukup. Sangat cukup. Yang tinggal hanya aku sendiri sudah pasti sangat cukup lah. Kalau se RT itu baru terlihat sempit.

Pak Rendra menatapku intens “Kamu sudah berapa lama tinggal di sini?”

Duhh ditatap seperti ini membuat hati gemeter. Bisa gak sih kalau natapnya biasa aja. Ini sampai kepala miring-miring juga. Duhh Pak, jangan bikin hati bawahan bapak baper lo, nanti gak mau tanggung jawab sama saja kan. PHP.

“Sudah lumayan lama Pak, waktu itu kan sama sama freelance editor kuliah semester lima, kemudian karena saya mikir biaya kost juga semakin mahal saya bilang ke orang tua kalau mau kredit rumah kecil-kecilan. Terus orang tua yang bayarin uang muka saya yang nyicil pakai uang kerja  freelance. Jadi sudah lima tahun tinggal di sini Pak. Kenapa ya Pak?”

Pak Rendra hanya manggut-manggut mendengar ceritaku. Tapi kenapa juga aku tadi menceritakan ke Pak Rendra, jelas-jelas kalau di kantor dia atasanku sedangkan saat ini beliau sebagai tetangga baruku.

“Silakan diminum Pak, nanti kopinya keburu dingin.” Aku mempersilakan Pak Rendra mencicipi kopi bikinanku.

“Gak papa kopinya yang dingin, asalkan kamu selalu hangat.” Pak Rendra mengambil cangkir kopi dan mencicipinya. “Enak” saya suka. Rasa manisnya pas. Kamu belajar dari siapa?”

Duhh lag ikan, mulai bikin anak orang baper, kalau gak mau tanggung jawab jatuhnya seperti ke prank dong aku.

“Masak sih pak? Banyak yang bilang juga sih kalau kopi bikinan saya enak. Saya hanya belajar dari youtube Pak. Receh banget ya Pak.”

“Banyak? Bearti sering dong yang kamu bikinin kopi?”

Pernyaan ini seharusnya gak perlu ditanyakan Pak, malah kepo kalau bapak tanya seperti ini. Mau aku jawab tapi gimana tidak dijawab juga gak sopan.

“Iya Pak banyak, keluarga kalau lagi main di Jogja, Danu, dan Gadis. Mereka yang sering minum kopi buatan saya Pak.”

“Ohhhh…” Pak Rendra sambal manggut-manggut, merasakan beberapa sesapan kopi yang dia nikmati.

Heran aku, kenapa ada laki modelan kayak gini. Tanyanya randem banget, baru juga kenal satu hari, sudah banyak tanya dan membiarkan aku menerka-nerka membuat hati anak orang baper.

Banyak yang kita obrolkan malam ini, Pak Rendra terlihat sangat ramah dan baik. Bukan terlihat seperti atasan saya, tapi malah seperti teman. Jangan sampai hati ini baper ya Allah, aku belum siap jika harus patah hati lagi.

“Yang” suara Pak Rendra memecahkan lamunanku.

“Iya Pak?” Aku jawab sambal menaikkan alis.

“Kamu lulusan Universitas Negeri kan?

Pertanyaan Pak Rendra membuatku membelakkan mata. Ko Pak Rendra bisa tau. Belum aku menjawab pertanyaan beliau, beliau langsung mengajak aku berjabat tangan “Saya Abi, lain kali jangan telat ya. Besok jangan lupa di bawa tugas untuk pengganti hukuman.” Pak Rendra senyum-senyum saat aku melongo tak percaya bahwa adegan itu terjadi hampir sepuluh tahun yang lalu. Dia masih ingat. Rasanya seperti jevavu saat melihat senyum Ketika menyebut Namanya “Abi”.

Ya ampun, ternyata orang yang di depan ku ini Kak Abi, kakak tingkat paling baik hati saat kuliah dulu, ehh rapat saat OSPEK karena selama kuliah aku jarang ketemu sama dia, dia dulu ketua HIMA PBSI. Kenapa aku bisa lupa ya, sepertinya Gadis juga lupa kalau Pak Rendra ini adalah Kak Abi yang dulu jadi pujaan para maba termasuk aku.

“Melamunnya udah Yang, aku balik dulu ya. Udah jam setengah Sembilan. Terima kasih kopinya. Lain kali aku boleh ya minta tolong buatin kopi. Kopinya bikin nagih.” Pak Rendra berbisik di telingaku.

Aku bergedik ngeri. Ko bisa seperti ini. Tuhan tolong amankan Hati ini.

Ternyata yang saat ini menjadi atasan saya adalah Kak Abiyasa Narendra. Siapa yang tidak kenal dengan beliau. Saat menjadi mahasiswa dia sangat terkenal. Bahkan pacarnya siapa semua mahasiswa bisa tau. Aku masih ingat dulu Ketika ada gossip kalau Pak Rendra pacarana dengan Kak Ratu, pasangan yang serasi. Cantik dan ganteng bahkan sampai mereka lulus pun masih sering dibicarakan dengan mahasiswa angkatanku.

Aku yang dulu hanya memuja dia dari kejauhan saat ini bisa ngobrol dengannya secara nyata, rasanya seperti ini. Tapi aku tau diri, gak mungkin juga dia belum punya pacar. Ganteng, kerjaan okay, rumah ada, pemikiran dewasa sangat mustahil jika dia belum punya pacar. Lagi dan lagi aku harus mengubur perasaan ini lagi.

Sebenarnya dulu hanya kagum saja, karena waktu itu aku masih menjalin hubungan dengan Rifki. Kalau saat ini aku belum tau apakah hati ini akan diam apa perlahan jalan agar bisa sampai dihatinya.

Aku memukul-memukul pipiku. “Sadar May, dia itu terlalu jauh untuk kamu gapai.” 

Yogyakarta, 30 Juni 2021

Bab terkait

  • PROLOG   Bagian 5

    “Selamat pagi Mayang” Sapa Pak Rendra saat aku mengunci pintu rumah hendak ke kantor.“Pagi juga Pak” aku menundukkan kepala sambil tersenyum.Pak Rendra jalan keluar membuka gerbang “Mau ke kantor kan? Mau bareng? Kan kita di kantor yang sama?” Pak Rendra menawarkan untuk aku bisa bareng lagi dengan beliau, tapi aku tau diri.“Tidak Pak terima kasih, saya bisa berangkat sendiri. Kemarin karena kesiangan aja sampai harus naik ojol” Aku menolak halus dan membuka pintu gerbang rumah. “Saya duluan ya pak.” Aku langsung masuk mobil setelah pintu gerbang sudah yakin terkunci.Pagi ini jalan menuju kantor selalu ramai. Untuk memecah kebosananku, aku memutar lagi yang ada di flasdisk mobil. Lagu dari Happy Asmara kali ini yang baru viral membuat aku geleng-geleng sambil menyetir. Menikmati syair lagu yang begitu pas. Apalagi menggunakan Bahasa Jawa yang maknanya lebih mengena karena aku sendiri

  • PROLOG   Bagian 6

    Suasana kantor pagi ini masih terlihat sepi. Aku memang sengaja berangkat lebih pagi biar tidak ditawari berangkat bareng dengan Pak Rendra. Aku memasuki lobi kantor pukul tujuh, baru OB yang terlihat dan masih mengepel lantai.“Selamat pagi Pak Hadi” Aku menyapa Pak Hadi yang terlihat sedang menggosok lantai.Pak Hadi terlihat kaget melihat aku datang sepagi ini “Pagi Mbak Mayang, tumben jam segini sudah sampai kantor mbk, biasanya mepet.” Pak Hadi cekikian.Pak Hadi tau kalau aku selalu berangkat mepet jam kerja.“Iya Pak, tadi bangunnya kepagian terus bingung di rumah mau ngapain.” Jawabku bohong.“Makanya segera cari pendamping mbak, biar kalau pagi tidak bingung mau ngapain.”“Doain segera dapat ya Pak.”Pak Hadi memang paling baik dan ramah, aku Sudah menganggapnya sebagai orang tuaku karena dia selalu baik dan perhatian denganku. Aku langsung ke ruang ker

  • PROLOG   Bagian 7

    RendraMenggantikan Papa memimpin penerbit yang telah Papa dirikan dua puluh tahun yang lalu awalnya membuat aku ingin menolak. Aku tidak mau langsung menjabat sebagai CEO. Aku hanya ingin memimpin di bagian editor yang sesuai dengan pasion ku. Awalnya aku juga menolak, masak aku kerja di kantor Papa. Nanti aku tidak ada usaha. Tapi Mama memaksa aku untuk mencobanya dulu selama satu bulan. Akhirnya aku memenuhi permintaan Papa.Tepat hari ini aku dikenalkan dengan semua karyawan khususnya bagian editor, tapi ada satu nama yang hari ini belum hadir. Ada satu nama yang membuat aku bertanya tanya “Clarissa Mayang” nama itu seperti tidak asing bagiku. Hingga aku meminta Pak Edi untuk menyuruh Clarissa Mayang datang ke ruangan beliau. Aku yakin kalau dia akan haidr hari ini. Dan aku yakin nama itu sama dengan perempuan yang selama ini aku cari.Ketika dia masuk ke ruangan Pak Edi, dia tidak sadar kalau aku ini a

  • PROLOG   Bagian 8

    RendraPagi ini aku keluar rumah mendapati rumah Mayang sudah sepi, bahkan mobilnya pun juga sudah tidak ada. Aku yakin kalau dia berangkat sengaja pagi untuk hari ini. Sebenarnya secara terang-terangan aku belum menunjukkan kalau aku suka dengan dia. Aku masih menyimpannya sendiri. Terlalu cepat jika aku mengatakan. Aku akan mengikuti alur yang Mayang pilih, jalur apa yang akan dia tempuh. Apakah dia akan menyadari kalau aku sayang dengan dia cepat atau lambat? Aku hanya ingin membuktikan itu.Pagi ini aku ingin sarapan tongseng ayam jawa yang deket dengan pasar Bantul, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah dan tidak searah denganku ke kantor tapi aku tetap sarapan di sana. Toh saat ini masih pukul tujuh kurang lima belas, masih banyak waktu untuk aku bisa sarapan di sana.Tongseng ini sangat legendaris yang terletak di pojok selatan pasar Bantul. Menu tongseng ayam dan tempe koro nya yang membuat aku ketagihan makan di sini. Aku memesan tongseng

  • PROLOG   Bagian 9

    Mayang Siang ini aku ijin kerja setengah hari karena aku harus pulang ke Solo. Sejak tadi pagi Mama sudah meneror ku dengan puluhan pesan dan telepon. Aku tau kalau keluargaku sangat rindu denganku. Mana ada yang tidak rindu dengan anak gadis satu-satunya. Sebelumnya aku belum cerita tentang keluargaku. Aku tiga bersaudara. Kakakku yang nomor satu sudah menikah dan tinggal dengan istrinya di Karanganyar dekat dengan tempat kerja kakakku. Aku nomor dua dan yang nomor tiga adikku laki-laki saat ini baru kuliah semester empat di Universitas Malang. Awalnya aku meminta adikku mendaftar di Jogja biar bisa tinggal denganku, tapi dia tidak tertarik lebih tertarik kuliah di Malang. Mama dan Papa ku yang saat ini hanya tinggal berdua. Dulu keinginan Mama ketika aku lulus kuliah aku bisa kembali dan bekerja di Solo, tapi aku lebih betah tinggal di kota ini. Mama kesehariannya jualan di Pasar Klewer sedangkan Papa seorang sekretaris desa tempat kami tingg

  • PROLOG   Bagian 10

    Masih di Solo dan masih mengingat semua kenangan yang sampai saat ini masih terikat jelas. Sabtu pagi ini aku ingi gowes sampai Pasar Klewer. Pasar Klewer adalah pasar tekstil terbesar di Kota Surakarta. Pasar yang letaknya bersebelahan dengan Keraton Surakarta ini juga merupakan pusat perbelanjaan kain batik yang menjadi rujukan para pedagang dari Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan kota-kota lain di Pulau Jawa. Pasarini juga pusat batik yang menjadi tempat kulakan para pedagang di wilayah Solo dan sekitarnya bahkan di Jawa Tengah. Berdiri sejak tahun 1970,Pasar Klewertetap menarik untuk dikunjungi.Berangkat dari rumah pukul enam dan sampai di Pasar Klewer pukul tujuh, seharusnya tidak selama ini karena aku snegaja mengayuh sangat pelan. Gowes sendiri itu rasanya gabut banget. Tidak ada yang diajak ngobrol. Sampai di Pasar Klewer aku istrirahat sejenak sebelum nanti sarapan. Tak pernah ketinggalan ketika aku pulang ke

  • PROLOG   Bagian 8

    Rendra Pagi ini aku keluar rumah mendapati rumah Mayang sudah sepi, bahkan mobilnya pun juga sudah tidak ada. Aku yakin kalau dia berangkat sengaja pagi untuk hari ini. Sebenarnya secara terang-terangan aku belum menunjukkan kalau aku suka dengan dia. Aku masih menyimpannya sendiri. Terlalu cepat jika aku mengatakan. Aku akan mengikuti alur yang Mayang pilih, jalur apa yang akan dia tempuh. Apakah dia akan menyadari kalau aku sayang dengan dia cepat atau lambat? Aku hanya ingin membuktikan itu. Pagi ini aku ingin sarapan tongseng ayam jawa yang deket dengan pasar Bantul, walau jaraknya lumayan jauh dari rumah dan tidak searah denganku ke kantor tapi aku tetap sarapan di sana. Toh saat ini masih pukul tujuh kurang lima belas, masih banyak waktu untuk aku bisa sarapan di sana. Tongseng ini sangat legendaris yang terletak di pojok selatan pasar Bantul. Menu tongseng ayam dan tempe koro nya yang membuat aku ketagihan makan di sini. A

  • PROLOG   Bagian 11

    “Ma, Pa, Mayang balik ke Jogja dulu ya.” Aku pamitan dengan kedua orang tuaku, gak tega sebenarnya meninggalkan mereka.“Hati-hati ya Nduk, kalau tidak ada teman gak usah datang ke nikahan Rifki.” Papa mengingatkanku.Aku hanya mengangguk dan segera menyalami mereka. Aku memeluk mereka. Harus kuat dan ga boleh nangis. Aku meninggalkan mereka yang masih menatapku sampai mobil yang aku kendarai menghilang.Suasana dalam mobil sangat sepi. Aku menyalakan musik dari flasdisk. Tak pernah kudugaSemuanya berubahSaat kau memandangkuBergetar hati iniKau berikan harapan tentang oh..Warna warni harikuSemenjak ada dirimuDunia terasa indahnyaSemenjak kau ada disiniKu mampu melupakannyaKini aku tak sabarIngin hati kau untukkuKat

Bab terbaru

  • PROLOG   PART AKHIR

    Kehadiran dan kedatangan Rendra kali ini memang membuatku bingung dengan sikapnya. Walau aku sudah tau semua kisahnya selama ini, tapi aku belum yakin dengan perasaanku dengan menerima dia kembali. Seperti halnya aku yang masih ragu dengan perasaanku, apakah hanya sebatas suka atau kasihan dengan kisahnya. Walau waktu di puncak aku sempat menerima cincin darinya, tapi bukan bearti hati ini sudah menetap untuk memilihnya kembali. Aku hanya perlu memikirkan dan membuat keputusan secepat itu, karena aku tidak ingin Rendra menunggu. walau kenyataannya dia yang selama ini membuatku terus menunggu.Aku pernah berada di posisi menunggu, dan itu sungguh tidak adil bagiku. Ketika Rendra memintaku bagaimana caranya aku tidak akan membiarkan dia menunggu, walau kenyataannya hatikulah yang lagi-lagi dibuat sakit. Kali ini bukan sakit karena menunggu, tapi sakit atas keputusanku, apakah sudah benar atau tidak? Apakah Rendra juga menginginkan hal yang sama? Atau dia hanya ingin membalas kebaikanku?

  • PROLOG   Bagian 57

    Curahan Hati MayangBagaimana perasaan kalian saat ditinggal dan diberi harapan palsu dengan orang yang dicintai? Pasti sakit hati bukan.Itulah yang ku rasakan hampir satu tahun ini. Orang tersayang bukan hanya Rendra yang menghilang, tetapi Gadis dan Danu juga menghilang.Aku sampai bingung harus menghubungi mereka lewat apa? Karena setiap kali aku kirim pesan baik di whatsapp atau sosial media yang lain pasti tidak pernah dibalas.Aku bingung apa yang membuat mereka seperti ini? Kalau hanya Rendra aku tidak ada mempermasalahkan karena memang dia masih punya istri. Tapi dengan Danu dan Gadis membuatku jadi bertanya-tanya, ada apa dengan mereka?Di saat aku membutuhkan dukungan untuk menjalani hidup yang jauh dari orang-orang tersayang, mereka semua menghilang, tapi aku bersyukur ada Galang yang selalu menemaniku saat itu. Dia menjadi orang pertama dan di garda terdepan saat aku terjadi suatu hal. Dia juga y

  • PROLOG   Bagian 56

    Sore ini kami semua langsung berangkat ke Puncak. Liburan yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Semua ini kejutan dari Rendra. Aku gak nyangka kalau dia punya ide seperti ini.Sampai puncak sudah malam hari, kami langsung masuk ke kamar masing-masing. Rendra yang memesan villa ini. Villa ini terdapat empat kamar tidur. Ayah dan Ibu satu kamar, Clara dan Mama, Rendra dan Danu, sedangkan aku dan Gadis.Kami semua tidak ngobrol santai dulu karena sudah terlalu capek. Aku bahkan di perjalanan tadi pun sempat tidur.Pukul sebelas malam aku kebangun karena haus, aku lupa membawa botol minum di kamar. Padahal biasanya aku selalu menyiapkan minum di kamar agar tidak keluar kamar malam-malam.Aku melihat televisi ruang tengah masih nyala, padahal tadi kami semua sudah masuk ke kamar masing-masing. Aku perlahan berjalan mendekati cahaya lampu televisi, ingin memastikan siapa yang menonton televisi malam-malam.“Loh Mas, bukan

  • PROLOG   Bagian 55

    Sebelum pulang ke kost, kami melakukan foto studio dulu. Aku padahal tida booking untuk foto studio, ternyata Rendra yang sudah melakukan dan merencanakan semua ini.Foto pertama, fotoku dengan Ayah dan Ibu, ke dua fotoku sendiri, ketiga Ayah, Ibu, dan Rendra. Dan yang terakhir fotoku dengan Rendra. Beberapa kali pose kami lakukan. Aku kikuk jika foto berdua dengan Rendra, karena belum pernah kami melakukannya. Dia juga beberapa kali pose memeluk pinggangku erat. Malu di lihat Ayah dan Ibu.Dirasa sesi foto cukup, kami segera pulang. Tapi aku mengajak untuk makan siang terlebih dahulu, tapi di tolak oleh Rendra. Padahal aku sudah sangat lapar.“Kenapa gak boleh mampir makan sih, aku laper.”“Nanti di kost aja ya.” Katanya lembut.“Aku gak masak tadi Mas.” Kataku dengan nada geli. Masih risih saat menyebut dengan sebutan “Mas”.Rendra langsung senyum senyum dan melaj

  • PROLOG   Bagian 54

    Hari ini, hari yang ku tunggu-tunggu. Iya. Aku wisuda pagi ini. Ibu dan Ayah sudah datang dari Solo sejak kemarin siang. Aku menggunakan kebaya modern warna merah maroon senada dengan kebaya ibu. Dan rok batik yang sama dengan Ibu dan Kemeja Ayah. Ibu tampak bahagia melihatku pagi ini.“Duh, ayune anak ibu.” Ibu senyum-senyum melihatku.Aku hanya membalas senyuman ibu.Ketika kemarin siang ibu sampai di sini, ibu dan Ayah langsung membahas lamaran Rendra, awalnya aku tidak terima dnegan Ayah yang begitu saja menerima tanpa menanyaiku terlebih dahulu. Tapi alasan Ayah menerima Rendra membuatku yakin kalau pilihan Ayah tidak pernah salah.Tapi, sampai saat ini aku belum memberikan jawaban ke Rendra. Dia juga rutin mengirimkan pesan untukku karena dia sudah ku usir dari sini beberapa hari yang lalu. dia hanya akan ngrecokin ketika aku mengerjakan revisi tesis bareng Galang. Ada saja alasannya agar dia bisa menganggu k

  • PROLOG   Bagian 53

    Harusnya hari ini Rendra dan yang lainnya pulang ke Jogja karena mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan terlalu lama, apalagi penerbitan yang di rintis Rendra baru seumur jagung. Tapi yang pulang hanya Ratu, Gadis, dan Danu. Sedangkan Rendra masih di Bandung katanya ingin menemaniku. Halah padahal dulu dia seperti apa. Aku Sudah mencoba mengusirnya karena kalau dia di sini, nanti hanya akan mengangguku menyelesaikan revisi tesis, padahal aku aku hanya diberi waktu satu minggu untuk menyelesaikan.“May, kami pulang dulu ya. Hati-hati, ada buaya di sini.” Kata Gadis sambil terkikik.Aku tau yang di maksud buaya adalah Rendra.“Santai, paling bentar lagi juga Gue usir.” Kataku.Setelah mereka pergi, mereka pulang ke Jogja menggunakan mobil Rendra. Rendra sengaja menyuruh mereka membawa mobilnya biar nanti REndra ke Jogja menggunakan mobilku. Aku paham maksudnya. Memang dari dulu Rendra selalu tidak mengijinkanku untuk

  • PROLOG   Bagian 52

    Aku tidak menjawab pertanyaan Rendra, buat apa aku menjawab kalau akhirnya dia tidak menjelaskan apapun yang sudah terjadi selama ini. Di juga menghilang. Dia pikir aku perempuan seperti apa yang bisa seenaknya dia singgahi begitu saja.Hingga dia menghentikan mobilnya di daerah braga. Kawasan ini sangat ramai jika malam hari, aku sudah sering ke sini dengan Galang. Bahkan kami sering menghabiskan malam minggu di tempat ini, selain untuk menghilangkan penat karena tesis yang menyita pikiran dan waktu, tempat ini juga nyaman untuk ngobrol.Rendra turun dari mobil, rasanya aku malas turun tapi mau bagaimana lagi aku gak mau jika dikunci dalam mobil. Rendra jalan ke arah Kopi Magma, tempat ini yang biasa aku datangi dengan Galang, selain tempatnya nyaman menunya juga enak dan ramah untuk mahasiswa seperti aku apalagi anak kostan.“Selamat Malam Neng Mayang.” Sapa seorang karyawan yang datang membawa buku menu.“Malam A’, saya pesan se

  • PROLOG   Bagian 51

    Malam ini kami makan penyetan yang dipesan Gadis, kami makan di ruang depan. Ruang ini tadi Danu sulap menjadi tempat istirahat Gadis, Danu, dan Ratu sedangkan Rendra malah menyusulku istirahat di kamar dan menyebabkan kejadian yang luar biasa. Dia belum bilang apa-apa, tapi dari yang dia lakukan ke aku itu menandakan kalau dia memang saat ini sudah resmi cerai dari Ratu.Kami makan dalam diam, tidak ada percakapan atau guyonan seperti biasa. Bahkan Danu dan Gadis yang biasanya selalu becanda, kesempatan makan malam ini mereka diam seribu bahasa.Selesai makan, aku selaku tuan rumah membereskan sampah bekas makanan. Aku membuangnya di tempat sampah depan kost biar tidak menumpuk di dapur. Aku sengaja berlama-lama di luar karena aku merasa canggung dan seperti orang asing di antara mereka.Takut mereka pada curiga aku langsung melangkahkan kaki masuk ke kost. Mereka baru fokus dengan ponselnya masing-masing. Aku segera ke dapur untuk cuci tangan.

  • PROLOG   Additional part Bagian 51

    “Sayang, maafin aku ya.” Berulang kali Rendra mengucapkan kalimat itu, aku memiliki rasa bersalah saat ini karena di luar ada istrinya. Dia malah menyusulku ke kamar. Di mana letak rasa pengertiannya dengan istrinya. Aku mulai melepas tangannya yang ada di perutku. Risih sekali sudah lama kami tidak komunikasi tiba-tiba dia datang-datang langsung meluk. “saya sudah maafin bapak. Bapak tunggu di luar ya. Saya mau ganti baju dulu.” Aku tak menoleh ke arahnya. Rasanya ingin melihat reaksi wajahnya, tapi aku urungkan. “Belum, kamu belum bisa memaafkan ku.” Katanya lagi. Dia memang orang yang keras kepala. “Sudah Pak, semua sudah berakhir. Saya sudah memaafkan bapak sejak dulu. Jadi jangan berfikir kalau saya belum bisa memaafkan bapak.” Kataku. Aku sengaja memanggilnya “bapak” karena itu lebih sopan daripada aku memanggil nama. Tiba-tiba dengan paksa Rendra membalikkan badanku. Dia langsung memegang kedua pip

DMCA.com Protection Status