Suasana sekolah pada malam hari tampak sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, hanya semilir angin malam yang sesekali bertiup menerbangkan sampah dedaunan yang jatuh gugur dengan hembusannya, cobalah berjalan masuk kedalam gedung, lalu mulailah melangkah untuk menyusuri setiap sudut ruangan, jika beruntung kau mungkin akan bertemu dengannya, dia ada disana, terkadang hanya berdiri mematung disisi tangga, atau duduk menyepi dan berdiam diri, dia adalah seorang pemuda yang telah hidup selama lebih dari tiga abad lamanya, dia tidak pernah berubah atau menua, ia terlihat seperti seorang Pemuda berusia enam belas tahun, dia seorang makhluk yang bertaring namun pandai menyembunyikan taringnya, dia telah berjanji bahwa tidak akan menggunakan itu untuk melukai seseorang, meski ia tampak seperti manusia, namun dia bukan manusia, pemuda itu adalah seorang Vampire.
Hari ini adalah merupakan tahun ajaran baru, Vampire tampan itu melipat baju seragam sekolah yang lama, sebab setiap memasuki tahun ajaran baru, pihak sekolah selalu mengubah tampilan seragam mereka dengan yang baru.
“Identitas baru, seragam baru, dan gaya rambut yang baru” John adalah seorang manusia yang sudah menjadi temannya selama empat puluh tahun lebih “Ngomong-omong, sekarang namamu Alex, dan hanya berlaku sampai beberapa tahun kedepan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, jadi nikmati saja, karena setelah itu aku akan memikirkan nama lain yang bisa kau gunakan, mulai dengan detik ini aku dan kau sudah harus terbiasa menyebutmu Alex dan segera mungkin melupakan sebutan Michael” “Kau tahu? Aku tidak pernah peduli dengan bantuanmu” Alex mengatakan itu sambil menyoroti kedua mata John dengan tatapan dingin “Aku tahu, aku tahu itu, kau bahkan sering mengatakan hal itu Michael, eh maksudku Alex, maaf aku belum terbiasa menyebutmu Alex, aku hanya ingin kita berteman, memastikan bahwa kita benar-benar bisa menjadi teman selayaknya teman” Alex telah membuat suasana menjadi kaku, untuk itulah John berusaha mengurangi kegugupannya, dengan cara tersenyum pada lawan bicaranya itu, Alex, setidaknya nama yang bisa digunakan untuk saat ini “Aku tidak pernah menginginkan seorang teman pun sepanjang hidupku” Alex menunjukkan reaksi yang berlawanan dari John “Tapi malam itu kau memilih untuk tidak membunuhku, tidak sedikit saja menyakiti, membuat aku tahu jawabanmu, itu cukup menjelaskan bahwa kita bisa berteman, layak menjadi teman”
1977
Empat puluh empat tahun yang lalu John kabur dari rumahnya, ia tidak pernah bisa mendapatkan sebuah kedamaian saat berada dirumah, dikarenakan pertengkaran orang tua disepanjang hari, perlakuan kasar sang Ayah kepadanya, semua itu telah membuat John terjebak dalam frustasi, ia merasa masih terlalu muda untuk terlibat dalam permasalahan ini.
“Tentu saja semua kesalahan ini berawal darimu, kalau kau tidak mengencani gadis dibawah umur itu, dan tidak menghamburkan uang penghasilan yang tidak seberapa, kita tidak akan menjadi lebih menderita dari ini, hidup kita sudah banyak menderita Alfred!” Ruth berteriak tepat di wajah Alfred suaminya “Jangan asal menyalahkan, salahkan juga dirimu, kau tidak pernah menghargai aku sebagai lelaki yang memimpin rumah tangga ini, hanya karena aku seorang pekerja rendahan, dengan bayaran yang tidak tinggi!” mereka saling berteriak “Apapun yang ingin kau perbuat untuk melukaiku, setidaknya pikirkan tentang John, dia memerlukan uang itu untuk tetap sekolah, membeli keperluan yang harus dia miliki sama seperti teman-temannya yang lain!” Malam sudah sangat larut, namun pertengkaran antara suami istri itu tidak terelakkan, John benar-benar tidak tahan lagi, ia menutup rapat kedua telinganya, semakin lama ia merasa hidupnya teramat sangat kacau, betapapun ia hancur dan ingin menangis namun sebagai seorang anak lelaki Ibunya sering berkata, ‘Lelaki sebaiknya tidak menangis’ John menerapkan larangan menangis itu dalam segala kondisi “Aku adalah seorang lelaki, aku tidak boleh cengeng.” Dalam kekalutan, John memutuskan pergi ke sekolah, ia ingin mengirimkan dirinya dalam ketenangan, dari semua tekanan yang membuatnya kian terpuruk.
Sesampainya didepan pintu gerbang sekolah “Tempat ini sangat gelap dimalam hari, bahkan langit pun tidak menaburkan bintang-bintang penghias malam, aku ragu untuk tinggal didalam sana, apakah sebaiknya aku berbalik dan pulang? Atau mencari tempat yang ramai?” dalam kebimbangan berpendapat tiba-tiba saja hujan turun, pada mulanya John merasa takut untuk masuk kedalam sekolah karena suasana sekolah begitu gelap dan mencekam, namun rupanya hujan semakin deras mengguyur, mau tak mau John pun memasuki gedung sekolah. Sebagian tubuhnya menjadi basah “Oh sial, tubuhku terkena air hujan, aku harus cepat-cepat mengganti baju, atau aku akan menggigil kedinginan” dalam kegelapan John berjalan menuju ke lemari loker miliknya, untuk mendapatkan baju ganti yang kering, John selalu meninggalkan kaos olahraga yang bersih disana, “Beruntunglah, aku menyembunyikan kunci duplikat loker ini dibawah kolong, sehingga aku bisa membukanya dengan mudah kapanpun aku mau” John segera meraih kaos miliknya, kemudian cepat-cepat mengganti baju diruangan yang sama, kali ini Hujan diluar disertai gelegar petir “Ini tidak baik, aku terjebak ditempat ini, kurasa sekarang aku ingin pulang saja dari pada disini” John merasa tubuhnya semakin dingin “Apa yang sebaiknya dilakukan disaat begini? Ibu, aku merindukanmu” suhu udara semakin dingin, mengingatkan John bahwa ruang perawatansekolah memiliki ranjang yang cukup empuk untuk merebahkan diri, juga selimut yang bisa membuatnya bertahan sampai esok hari, tak membuang waktu John akhirnya memutuskan menuju ruang perawatan, sesampainya dipintu ruang Perawatan, John berniat masuk kedalamnya, namun ternyata pintu tersebut dikunci rapat “Sial, apakah mereka perlu melakukan hal semacam ini? Kupikir mereka tidak menyimpan benda berharga didalamnya, lagi pula tidak seorang pencuri pun akan tertarik dengan obat-obatan yang mereka simpan, Astaga, aku sungguh merasa sangat kedinginan dan tidak diuntungkan dalam situasi seperti ini, Aaarrgghhh” semakin lama dingin kian menguasai seluruh tubuh John, pemuda itu pun beringsut menuju kursi panjang yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, sepertinya ia akan benar-benar membeku jika terus membiarkan keadaannya seperti itu, segera saja John memeluk seluruh tubuhnya erat-erat. Disaat yang tidak terduga “Aaahhh, begini lebih baik, meskipun tidak sebaik yang kuharapkan, aku masih bisa merasakan dingin disekujur tubuh” John menyatukan kedua telapak tangannya, dan menggosokkan telapak tangannya terus menerus, tentu saja itu dilakukan untuk membuahkan rasa hangat, disela-sela gemericik hujan tiba-tiba ia mendengar sebuah benturan, John bahkan bisa melihat sekelebat gerakan yang sangat cepat dari jendela kaca yang tak jauh dari tempat ia berada. “Astaga, apakah itu?” John bergemetar ketakutan “Apa mungkin sekolah ini berhantu?” John meringkuk tak berdaya, ia sempat berfikir untuk pasrah, tetap diam disana dan menunggu nasib buruk menghampiri, namun karena suara aneh itu semakin membuatnya kalangkabut, maka John pun memutuskan “Sebaiknya aku kembali pulang, ya, keluar dari tempat ini, persetan dengan hujan diluar, aku akan menghadapinya. mula-mula aku hanya harus menjauhi keributan, agar aku bisa lolos dari makhluk yang berkecepatan itu” pemuda itu lari terbirit-birit menuju pintu belakang gedung sekolah, sialnya, mengambil arah yang berlawanan ternyata bukanlah gagasan yang bagus, langkah-langkah John mendadak terhentikan, John menjatuhkan tubuhnya keatas lantai, ketika ia dapat melihat dari balik pintu kaca sosok manusia tengah menguliti seekor serigala, manusia bertaring dengan wajah sedikit bersinar, ia tampak begitu pucat, sosok itu menggerogoti daging serigala yang ada ditangannya mentah-mentah, John tak mampu bersuara, betapapun ia sangat ingin kehilangan kesadarannya disaat seperti itu, namun ia bahkan tetap sadar dan terus dapat menyaksikan keadaan yang begitu mengerikan sedang berlangsung didepan mata. Kemudian yang tidak kalah mengejutkan lagi, makhluk bertaring itu menyadari keberadaannya “Tidak ... tidak, aku tidak akan mengatakan tentang hal ini kepada siapapun, aku ... aku janji, aku masih ingin tetap hidup aku ingin mengeluarkan orang tuaku dari kemiskinan, tolong jangan bunuh aku, tolonglah.” Dengan secepat kilat makhluk itu menuju John “Ampuni aku, aku mohon” John berlutut meminta ampun, sesekali ia mencoba memperhatikan sesosok makhluk bertaring yang tepat berada dihadapannya, lambat laun John mulai menyadari jika makhluk bertaring itu adalah “Jason? (nama yang dipakai Alex kala itu)” Jason adalah teman sekolahnya, dia merupakan seorang pendiam yang nyaris tidak memiliki teman, Jason selalu menyendiri, jujur saja kejadian malam ini telah membuat John benar-benar terkejut, bila selama ini ternyata Jason bukanlah manusia “Maafkan aku, maafkan aku jika aku tanpa sengaja membuat kesalahan padamu, kita tidak saling mengenal, aku yakin aku tidak memiliki kesalahan tapi apapun itu ampuni aku, tolong jangan bunuh aku, aku sungguh-sungguh tidak akan mengatakan tentang apa yang kulihat ini, aku berjanji atas nama Ibu yang teramat kucintai” Jason tak berkata-kata, ia hanya menatap dengan tajam ke arah John, lalu pergi meninggalkannya begitu saja, keputusan Jason kala itu telah membuat John bernafas lega “Syukurlah.”
Semalaman John tidak bisa tidur, ia tidak bisa melupakan apa yang sudah dilihatnya tadi, John menjadi benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengan hari esok.
Keesokan paginya
“Maaf, Bu, pagi ini kita tidak bisa makan bersama” “Memangnya mau kemana? Ibu sudah menyiapkanmu Roti cokelat kegemaranmu” “Aku akan membawa itu, dan menyantapnya selama perjalanan” “John” “Aku mencintai Ibu” berkata John sambil berlarian meninggalkan Ibunya begitu saja.
Selama jam pelajaran John, merasakan gelisah, ia tidak sedikit pun merasa tenang, John harus bertemu dengan Jason, mereka harus bicara layaknya dua orang lelaki dewasa.
Sepulang sekolah John mencari-cari sosok Jason, namun ia tidak menemukan keberadaan Jason dihampir seluruh penjuru sekolah “Kurasa aku akan sulit mendapatkannya, dia tidak terkenal, dan senang menyendiri” John tidak putus asa, ia terus berusaha menemukan Jason, sampai akhirnya tanpa sengaja John melihat Jason sedang membaca buku didalam perpustakaan “Disini rupanya, tentu saja dia tidak akan pernah membuat aku menemukannya jika ia menyenangi ruangan yang hanya dipenuhi buku-buku membosankan, karena aku sungguh tidak tertarik dengan perpustakaan, tempat yang nyaris selalu kuhindari selama bertahun-tahun lamanya.”
Tanpa meminta persetujuan Jason, John duduk bergabung tepat disisi Jason, Jason sempat menoleh ke arah John “Kau rupanya?” “Iya, aku merasa sangat senang, bahwa pada akhirnya aku bisa menemukan keberadaanmu, kau tahu aku mencari-carimu sejak tadi” “Aku tahu” “Kau tahu? Bagaimana kau tahu?” “Lalu? apa kesimpulanmu tentang yang kau lihat semalam” “Oh, itu cukup hebat, tentu saja aku berhasil membuat kesimpulanku setelah aku berhasil menenangkan diriku dari dera keterkejutan berlebih atas apa yang kulihat tentangmu” “Kau tahu aku berbeda denganmu, jadi jangan dekati aku, hiduplah dengan tenang, lupakan apa yang terjadi semalam, aku tidak akan melukaimu, biarkan aku hidup dengan jalanku dan kau akan tetap hidup sebanyak yang kau mau, aku tidak akan pernah menyentuhmu, aku berjanji” “Tentu saja kawan, pertama aku akan membiarkanmu hidup sesuka yang hatimu, kedua aku tidak akan mengatakan kejadian semalam pada siapapun, aku bersumpah, hanya saja aku memilih untuk tidak menjauhimu, biarkan aku menjadi temanmu” “Aku tidak menerima penawaran dalam bentuk apapun.” Secara tidak langsung Jason dan John menjadi teman, meski Jason tak pernah menganggap John sebagai temannya, Sejak saat itu John menjadi tahu bahwa selama ini Jason tinggal disekolah, Jason bukanlah nama yang sebenarnya, karena namanya terus berubah-ubah kapanpun ia mau.
“Ikuti saya Nona, sarapan pagi anda sudah siap” Alicia kerap melewatkan jam makan, tubuhnya begitu kurus dan sering sakit-sakitan, berawal dari hal tersebut yang akhirnya mendorong Ayah Alicia mengerahkan semua pelayan setia-nya untuk mendisiplinkan jam makan Putri tunggalnya tersebut. “Anda harus menghabiskan semua makanan ini Nona, seperti biasanya ini perintah” Pinta Debora kepala pelayan dirumah Alicia dengan nada tegas, memastikan bila Putri kesayangan tuan-nya itu tidak akan menolak, meskipun merasa dalam tekanan, namun Alicia tetap menjalani kemauan Ayahnya melalui Debora bahwa ia harus makan meskipun hal tersebut sulit dilakukan.Debora membantu Alicia mengisi piringnya dengan beberapa jenis makanan bergizi, mereka mengatur pola makannya dengan baik sementara tatapan mata Alicia kosong, ia tidak bernafsu sama sekali, seolah kehilangan indera perasa-nya secara tiba-tiba, Alicia tidak bisa menikmati makanan se-lezat apapun yang dihi
Perlahan kedua mata Alicia terbuka, ia tidak berusaha menyalahkan dirinya sendiri tentang apa yang sudah terjadi, gadis itu bahkan sudah bisa menduga dimana ia sedang berada, dirumah sakit “Aroma obat ini hampir tidak lagi menggangguku didalam keterbatasan, aku sudah sangat terbiasa.” Seharusnya Alicia tidak ditemukan sebelum keesokan harinya, karena gadis itu ingat betul bahwa ia terjatuh dilorong sekolah yang gelap dan sepi, ia juga tidak mengandalkan kecepatan pertolongan dari para pengawalnya, mereka hanya akan datang ketika Alicia memanggil mereka atau telah jauh terlambat menyadari bahwa seharusnya Alicia sudah berada dirumah tepat pada saat yang telah Alicia sepakati.Alicia mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru ruangan, tapi tak ada seorang pun disana, Alicia berharap dapat melihat pemuda yang telah memberi pertolongan. “Dia tidak asing bagiku. Sungguh.” berucap Alicia lirih, Alicia meyakini pasti pemuda itu masih ada disekit
Mendahului matahari yang terbit, Alicia sudah membuka kedua mata hanya untuk duduk berdiam dalam kehampaan, dia tidak benar-benar tahu apa yang sedang dipikirkannya disaat seperti ini? waktu terus berjalan, perlahan-lahan cahaya mentari masuk kedalam celah-celah jendela ruangan rawat, Alicia belum beranjak dengan lamunan yang tiada menjadi pasti.Secara tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar bersamaan dengan itu pintu dibuka “Tuan Henry berulangkali menanyakan soal Anda Nona” kata Debora “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan padanya, saya hanya berkata bahwa anda sedang tidur karena belakangan ini kegiatan disekolah terbilang cukup padat” “Aku sangat menghargai kebohonganmu itu” “Terima kasih Nona” berkata Deborah dengan raut kecemasan “Hey, lagi-lagi kau tampak begitu ketakutan?” “Benar Nona. Saya hanya tidak ingin kehilangan pekerjaan saya” “Setelah banyak uang yang kau t
Hingga detik ini belum bisa memastikan diri untuk mempercayai itu semua, benarkah apa yang sedang dialami adalah merupakan sebuah kenyataan? Alicia masih bersama buku harian yang dianggapnya tertinggal dirumah sakit “Tidak mungkin? Mana mungkin aku hanya bermimpi, aku yakin buku harian ini ada ditanganku, ya tidak salah lagi, bahkan isi tulisan sama persis seperti saat sebelum aku jatuh tertidur oleh bantuan obat tidur” semua yang ada dihadapan Alicia terasa samar meski pun semua itu fakta yang nyata."Apakah ini mimpi yang menjadi nyata? atau apa?" Alicia memerlukan penjelasan yang masuk akal.Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Deborah kembali datang untuk Alicia "Nona, makanan anda sudah siap, mari ikut dengan saya" "Deborah?" "Ada apa Nona? wajah anda masih menunjukkan keterkejutan, sebaiknya lupakan saja kejadian ini, saya tidak menyalahkan anda bahwa anda sudah melupakan buku harian anda disini dan tadi anda bersikap seola
Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah m
LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang
“Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer
Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a
CHAPTER 13 Dia tidak tahu dimana semua orang tersisa atau pun mereka yang telah tewas oleh kebiadaban makhluk terkutuk, yang bahkan kini Arthur adalah bagian dari mereka semua, Arthur mulai mengingat segalanya, bahwa dia bukan lagi manusia yang memerlukan udara untuk bernafas, atau makan serta minum dalam bertahan hidup, ini sangat berbeda, justru Arthur harus mulai memangsa, hanya agar hasrat pemuasan, pemenuhan mengenai hal yang paling disukai yakni darah dapat tercapai serta terpenuhi, karena sesungguhnya, darah akan membuatnya lebih bertenaga dan segar, hidupnya akan terus panjang, wajahnya tidak pernah menua, itu bukanlah suatu keuntungan, dimana ia tidak memiliki rasa, sesuatu yang seharusnya wajar dimiliki oleh manusia kebanyakan, mereka menjadikan hidup ini perjalanan, sedari lahir bertumbuh, berjalan, menjadi seorang remaja, dewasa, menemukan tambatan hati, memiliki keturunan, menua, lalu pergi meninggalkan dunia ini, setelah melalui serentetan yang ditetapkan oleh
CHAPTER 12“Siapa kalian?” Arthur meninggikan suaranya “Terdengar jelas sekali bahwa kau menjaga keutuhan wibawamu bahkan ketika dirimu masih terlihat begitu muda, kini aku semakin percaya bahwa kau benar benar memang sedang dipersiapkan untuk menjadi calon pengganti Ayahmu yang bahkan telah tiada, tunggu? Bukankah itu artinya kau telah berhasil menggantikan kedudukan Ayahmu Yangmulia? Mengingat dia telah mati bersama seluruh rakyat yang dicintai” lelaki bertubuh tinggi itu seolah meledeknya “Sementara kau adalah pamungkasnya (Arthur akan segera dihabisi menyusul yang lain) sekaligus sebagai saksi sejarah, bagaimana kami berhasil memporak porandakan negeri ini, kau tahu anak muda? Kekacauan semacam ini adalah hal terkecil dari apa yang bisa kami perbuat, ini adalah suatu permulaan, kami sangat berterima kasih kepada Benjamin sebab berkat jasa jasanya-lah, akhirnya kami semua terbebas dari belenggu yang tidak menyenangkan itu, mengapa aku menyebut
“Karena kami hanya bisa membunuh kalian bangsa manusia, kami tidak mampu membunuh siapapun yang telah menjadi bagian dari kami” “Aku tidak memahaminya Aurora, tolong jangan paksa aku memahami semua ketidak masuk akalan ini” “Andai aku bisa menangisinya seperti waktu itu (saat ia masih seorang manusia), aku sungguh ingin (dengan pandangan dan ucapan yang datar). aku tidak akan lagi datang pada siapapun saat aku menangis. aku adalah jenazah tanpa bangkai, aku terlihat sepertimu tapi kita berbeda takdir, aku benar-benar terkutuk Arthur, secepatnya aku akan melukaimu, tapi tidak akan kubiarkan sebelum kau membasmi mereka semua” Arthur mulai menitikkan airmata “Bunuhlah siapa saja yang ada dihadapanmu, mereka sangat dekat mengelilingimu, bahkan jika memang sudah tidak memungkinkan bagaimana pula dengan aku, jangan pernah meragu, bunuh juga. jangan menangis Arthur, ingat saat nanti kau membasmi kaum kami jangan pakai perasaanmu, bisa
Benjamin keluar dari dalam hutan larang bersama langkah penuh percaya diri, kepuasaan dihati disertai aroma amarah yang membara, semua kejahatan yang dijanjikan kepadanya memberikan energy yang begitu pesat, Benjamin merasa telah memenangkan suatu peperangan dari Arthur bahkan sebelum mereka saling berhadap-hadapan. Dengan sikap yang santai Benjamin kembali dan masuk kedalam kamarnya, ia juga mendapati Aurora sedang tidur dengan begitu damai, rupanya deraian airmata sudah menguras habis seluruh tenaga yang ia miliki "Aku tidak akan membiarkanmu bersedih karena sesuatu, terlebih bila kau menangis tersebab semua orang berharap memisahkan kisah kasih yang telah kita bina sejak dulu kala, biar pun mereka semua tidak tahu dengan apa yang tersembunyi diantara kita selama ini, tiada pemakluman yang lembut, semua terlanjur fatal disisiku" kemudian memeluk tubuh Aurora, sesaat sebelum keriuhan diseluruh penjuru negeri semakin menjadi-jadi. 
Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a
“Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer
LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang
Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah m
Hingga detik ini belum bisa memastikan diri untuk mempercayai itu semua, benarkah apa yang sedang dialami adalah merupakan sebuah kenyataan? Alicia masih bersama buku harian yang dianggapnya tertinggal dirumah sakit “Tidak mungkin? Mana mungkin aku hanya bermimpi, aku yakin buku harian ini ada ditanganku, ya tidak salah lagi, bahkan isi tulisan sama persis seperti saat sebelum aku jatuh tertidur oleh bantuan obat tidur” semua yang ada dihadapan Alicia terasa samar meski pun semua itu fakta yang nyata."Apakah ini mimpi yang menjadi nyata? atau apa?" Alicia memerlukan penjelasan yang masuk akal.Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Deborah kembali datang untuk Alicia "Nona, makanan anda sudah siap, mari ikut dengan saya" "Deborah?" "Ada apa Nona? wajah anda masih menunjukkan keterkejutan, sebaiknya lupakan saja kejadian ini, saya tidak menyalahkan anda bahwa anda sudah melupakan buku harian anda disini dan tadi anda bersikap seola