Beranda / Fantasi / PRINCE ARTHUR / CHAPTER 4 BUKU HARIAN ALICIA

Share

CHAPTER 4 BUKU HARIAN ALICIA

Penulis: FAIKA PUTRI SALAHUDDIN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Mendahului matahari yang terbit, Alicia sudah membuka kedua mata hanya untuk duduk berdiam dalam kehampaan, dia tidak benar-benar tahu apa yang sedang dipikirkannya disaat seperti ini? waktu terus berjalan, perlahan-lahan cahaya mentari masuk kedalam celah-celah jendela ruangan rawat, Alicia belum beranjak dengan lamunan yang tiada menjadi pasti.

Secara tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar bersamaan dengan itu pintu dibuka “Tuan Henry berulangkali menanyakan soal Anda Nona” kata Debora “Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan padanya, saya hanya berkata bahwa anda sedang tidur karena belakangan ini kegiatan disekolah terbilang cukup padat” “Aku sangat menghargai kebohonganmu itu” “Terima kasih Nona” berkata Deborah dengan raut kecemasan “Hey, lagi-lagi kau tampak begitu ketakutan?” “Benar Nona. Saya hanya tidak ingin kehilangan pekerjaan saya” “Setelah banyak uang yang kau terima?” “Saya seorang penyuka uang, sebanyak apapun nilainya, saya tidak akan pernah mengaku puas” “Besok Ayah anda akan tiba dari Australia” “Aku akan menyelamatkanmu Debora, kau tahu? aku sudah merasa jauh lebih baik, secepatnya kita harus kembali kerumah, sebelum Ayahku mengetahui tentang keadaanku ini” “Dimengerti Nona” setelah bicara banyak hal dengan dokter akhirnya mengijinkan Alicia pulang.

Debora segera mengemasi barang-barang milik Alicia “Pastikan semua barangku tak ada yang tertinggal” “Tentu.”

Alicia harus keluar dari rumah sakit menggunakan Wheel chair, ia masih terbilang begitu lemah untuk melakoni aktivitas seperti biasa, wajahnya pucat, masih terlihat tidak sehat meski dokter berucap bahwa wajahnya yang pucat tidak akan berakibat, seiring berjalan waktu Alicia akan kembali bugar asal ia mematuhi pesan-pesan dari dokter.

“Saya tidak tahu mengapa dokter sering berkata bahwa anda kekurangan asupan gizi makanan Nona? Padahal yang terlihat, meskipun anda enggan makan, Anda nyaris selalu menghabiskan makanan anda” Debora tidak pernah mengetahui bahwa Alicia selalu memuntahkan makanan yang sudah masuk kedalam tubuhnya, untuk itulah ia merasakan lemah dan lelah disepanjang waktu, biarlah setiap yang tersembunyi tidak pernah diketahui, Alicia enggan berkomentar, biarlah Deborah berasumsi, menerka-nerka sesuka hati.

Selama perjalanan pulang, si cantik Alicia hanya menatap awan putih dari dalam mobil yang bergerak ‘Indah sekali pemandangan itu’ berkata Alicia didalam hati dengan perasaan datar ‘Bagaimana bisa Tuhan melukiskan keadaan alam yang begitu mempesona  bahkan sempurna, tapi tak menggugah suasana hatiku? Aku merasa aku tetaplah aku yang putus asa, aku yang tak ingin berkorban, tak ingin memiliki kebahagiaan, tak ingin memiliki siapapun atau bahkan dimiliki siapapun, aku ingin terbang bebas seperti burung-burung yang bebas dari sangkarnya, apakah itu mungkin bisa terjadi kepadaku?’

Lalu entah apa yang membuat Alicia menyeret lamunannya kepada pertemuannya dengan seseorang dirumah sakit? sebelum keluar dari rumah sakit Alicia berhadapan dengan seorang dokter, dr. Richard namanya, lelaki itu tidak bisa mendiagnosa penyakit yang sedang Alicia derita, sebab gadis itu cenderung teramat sangat tertutup dengan semua pernyataan yang diajukan oleh dr. Richard “Maaf, jika tidak keberatan saya akan bertanya, apakah kamu sering memuntahkan kembali makananmu selama ini? Dari apa yang sudah kami pelajari kami mengenali gejala Bulimia ada pada dirimu” “Saya tidak pernah mencoba mengeluarkan makanan yang sudah makan, saya sangat menikmati semua makanan saya jadi untuk apa saya melakukannya?” jawab Alicia tegas meski penuh dengan kebohongan “Kami menyarankan agar kamu benar-benar tidak mengeluarkan makananmu kembali, karena itu bisa membahayakan jiwamu sendiri” dr. Richard coba mengingatkan “Saya mengerti.”

“Bulimia. dokter itu pasti sudah menyadarinya namun selagi aku masih bisa aku akan terus menyangkalnya” gadis itu memang tengah menderita penyakit Bulimia tak ada yang tahu dan tak ada yang boleh tahu tentang kebenarannya, ia hanya tidak ingin dipersalahkan atas keadaan yang sedang terjadi kepadanya saat ini karena Alicia tahu pasti tak ada yang benar-benar mengerti dia, tak ada yang memahami perasaannya, tak ada yang benar-benar mau mendengar keluh kesahnya.

“Deborah, sejujurnya aku tidak tahu siapa yang membawaku kerumah sakit? Aku sudah jatuh pingsan sebelum aku menemukan taksi, katakan padaku siapa orang itu?” “Inilah yang saya takut-kan Nona, Anda berada dalam bahaya namun tidak seorang pun mengetahuinya, saya adalah orang yang akan menanggung resiko besar” Debora begitu menunjukkan raut kekecewaan terhadap Alicia, bahwa ia benar-benar akan menanggung akibat dari keteledoran yang sudah disebabkan sebaiknya Alicia mempertimbangkan Deborah “Aku berjanji bila kesalahan sama tidak akan terulang, jadi tolong katakan siapa yang sudah memberiku pertolongan? Apakah dia seorang lelaki muda?” “Jujur saja seseorang itu meminta semua orang merahasiakan namanya, termasuk ciri-ciri fisik yang tak perlu diungkap pada anda” “Apa aku perlu menambahkan uang? Agar kau berada dipihakku?” “Tidak Nona, jangan lakukan itu, baiklah, anggapan secara umum saya memang adalah barang yang sudah anda beli, jadi saya pastikan untuk tidak pernah menyimpan rahasia pada anda” “Bagus” “Dia bukan seorang lelaki muda seperti dugaan anda, dia merupakan pria tua berusia enam puluh tahun” “Benarkah?” “Apakah anda meragukan ucapan saya?” “Ini aneh?” “Apa yang aneh?” “Tidak, tidak apa? lalu bisakah kamu memberitahukan siapa nama lelaki tua itu?” “Namanya John Alfred” “John Alfred” Alicia mengulang dua kata itu ‘Nama yang terdengar sangat asing ditelingaku, siapa dia? Aku tidak pernah mengenal staf yang bekerja disekolah tempatku belajar dengan nama John Alfred’

Suasana sekolah begitu ramai tak terkendali terlebih pada jam makan siang seperti ini, Alex terlihat membolak-balikkan buku harian Alicia “Ceroboh sekali, sial mengapa buku ini bisa ada ditanganku? Seharusnya aku meletakkan benda ini ke tempat semula sebelum wanita itu (Deborah) masuk kedalam ruangan” pikir Alex menyesali semua yang sudah terlanjur terjadi “Aku harus mengembalikan buku harian ini dengan cara tidak mudah, ataukah sebaiknya tidak perlu dikembalikan saja? Ya mungkin seperti itu saja” tapi semakin dipikirkan ulang, hal ini memberatkan diri, Alex pikir ia harus bertanggung jawab mengembalikan buku harian Alicia pada saat yang tepat.

Dengan hanya mengendus aroma buku itu, Alex dapat segera menemukan dimana Alicia tinggal.

tidak berkendara, Alex berlari dengan kecepatan yang sangat tinggi, membawanya sampai ke sebuah rumah yang begitu megah adanya, Alex pun masuk kedalam kamar Alicia, disana terdapat beberapa foto Alicia yang dipajang, Alex sempat melihat-lihat foto-foto wajah Alicia yang tampak riang meskipun pada kenyataannya ia selalu menunjukkan kemurungan.

"Sebelum gadis itu kembali dari rumah sakit" Alex buru-buru memasukkan buku harian milik Alicia kedalam laci meja belajar, lalu secepat mungkin pergi meninggalkan ruangan itu.

Rupanya pemandangan langit biru yang cerah tidak lagi mampu menawan hatinya, sebab dari pada merasa kagum mendadak Alicia berfikir bahwa Tuhan tidak pernah adil kepada hidupnya yang tak seindah keindahan yang ia ditemukan saat memandang langit biru luas berselimut awan- awan putih nan teramat cantik "Tuhan, mereka semua tampil indah, lalu mengapa tidak seperti itu dengan hidup yang harus kujalani saat ini?" 

Tak lama kemudian Alicia sampai pula dirumah mewahnya, beberapa pelayan telah disiapkan untuk menyambut kedatangan Alicia "Selamat datang Nona" sambut mereka secara bersamaan, gadis itu hanya mengangguk dan melintasi orang-orang yang menaruh hormat kepada dirinya begitu saja. "Keluarkan barang-barang Nona kita dari dalam mobil, pastikan tak ada yang tertinggal" pinta Deborah kepada bawahannya "Baik."

"Apa kalian sudah membereskan ruangan Nona Alicia?" "Sudah Nyonya" "Bagus" ucap Debora memuji, lantas membuka pintu kamar Nona besar "Mereka bekerja dengan sangat baik, ruangan anda selalu bersih, rapi dan wangi" Alicia tak merespon perkataan Deborah itu, ia terlalu lelah untuk bicara.

“Beristirahatlah dengan baik Nona, ambil waktu anda, saya akan menyiapkan makanan bersama para pelayan yang lain, saya harap ini adalah kali terakhir anda dirawat disebuah rumah sakit” sebelum Debora keluar dari ruangan itu Alicia bertanya “Dimana kau meletakkan semua buku-buku milikku?” “Ada didalam tas sekolah anda Nona” “Kau yakin tak ada yang tertinggal?” “saya pastikan bahwa tidak satupun ada barang yang tertinggal, kalau pun ada, saya sudah meminta orang-orang rumah sakit agar mereka bersedia menyimpan benda milik anda untuk sementara waktu sampai saya datang mendapatkannya kembali untuk anda, tapi sayangnya saya adalah orang yang disiplin dan mendetail, jadi tidak mungkin akan ada barang yang ketinggalan” ucapan Deborah itu telah menguatkan kepercayaan Alicia bahwa barangnya memang tidak ada yang tertinggal.

Alicia ingat betul sebelum dirinya meminta seorang suster untuk menyuntikkan obat tidur, bahwa ia telah menuliskan sesuatu didalam buku harian miliknya, yang artinya Alicia tidak meninggalkan buku catatan itu pada rak penyimpanan buku atau didalam laci meja belajarnya ia yakin betul sudah membawanya kesekolah bahkan hingga saat ia berada dirumah sakit, satu persatu barang dikeluarkannya dari dalam tas, tidak terduga ia tidak bisa menemukan buku yang ia cari-cari “Debora? Apa dia yakin tidak meninggalkan buku harianku dirumah sakit?” Alicia mulai kesal, buku tersebut memang tidak mempunyai nilai jual, namun perjalanan dari masa ke masa yang selalu ia tuangkan kedalamnya menjadikan alasan menuju ketegaran serta penguatan yang kian bertambah.

“Debora! Debora!” wanita itu belari menghampiri Alicia “Apa ada yang bisa saya lakukan untuk anda Nona? anda berteriak sangat keras”  “Kau mungkin telah melewatkan satu benda saat berkemas dirumah sakit tadi, itu artinya telfon-lah seseorang yang bisa membantumu mendapatkan kembali benda yang ku maksud” “Apakah benda yang anda maksud Nona?” “Aku kehilangan buku harianku, dan aku sudah menganggapnya terlalu penting, sehingga aku tidak bisa terima bila buku harianku menghilang, dan berada ditangan yang salah” “Saya pikir sudah memasukkan semua benda anda kedalam tas, tak terkecuali buku-buku pelajaran anda” “Aku yakin buku harian itu ada bersama denganku, sebaiknya telfon pihak rumah sakit, tanyakan buku harian itu pada mereka" "Baiklah Nona" ini perintah! "Maaf staf kami tidak menemukan barang seperti yang anda sebutkan tadi, mereka juga sudah memeriksanya bahkan sampai kebagian paling mustahil demi mendapatkan apa yang anda cari" "Begitu rupanya, kalau begitu terima kasih banyak dan maaf untuk mengganggu, selamat siang dan selamat kembali bekerja" "Selamat siang." tutup mereka dengan sopan, Alicia tidak memerlukan penjelasan apapun lagi dari Debora setelah mendengar pembicaraannya dengan seorang staf rumah sakit melalui sambungan telefon, Alicia terlihat murung hanya karena buku harian

“Begini saja Nona, sebaiknya saya membereskan ruangan ini terlebih dahulu, siapa tahu anda bisa menemukan buku harian yang anda maksud?” “Apa itu akan bekerja? Sementara sebenarnya buku harianku ada dirumah sakit, aku yakin itu” “Nona, anda tidak membawa banyak barang bawaan selama berada dirumah sakit, sehingga mudah bagi saya untuk tahu jika ada satu saja barang yang tertinggal, saya juga sangat yakin itu” “Baiklah jangan mendebatku, ikuti saja kemanapun arah hatimu meminta, lalu jika kau tidak menemukan buku harianku didalam ruangan ini, maka lakukan apa yang perlu kau lakukan” “Dimengerti Nona” Debora memulainya dengan rak-rak buku pribadi Alicia yang tersusun rapi, namun ia tidak mendapatkan apapun disana, bahkan dibeberapa titik tertentu usahanya terbilang nihil, hingga tanpa sengaja Debora membuka laci meja belajar Alicia, yang sengaja ia abaikan karena laci itu adalah hal pertama dan mudah Alicia selalu meletakkan buku harian Alicia ditempat yang selalu sama itulah yang membuat Deborah melewatkan laci meja Alicia, namun siapa yang menyangka disana tertera dengan jelas ‘Buku catatan harian Alicia’ “Apakah ini yang anda inginkan nona?” Alicia dibuat sungguh keheranan ketika melihat itu, bagaimana mungkin benda itu ada didalam laci? “Berikan itu padaku” Alicia penasaran dengan isi buku tersebut, kala ia membaca isinya : Jujur saja aku tidak suka saat ada seseorang yang mencampuri urusanku, semua orang didunia ini tanpa terkecuali, termasuk Ayah kandungku sendiri. tapi pemuda itu telah memberiku pertolongan dikala aku tidak berdaya dan sempit, ia dengan sengaja membawaku kerumah sakit tanpa meminta persetujuanku, aku sungguh diambang kebingungan, perlukah aku menyikapinya dengan amarah atau justru kebalikannya, menempatkan diri dalam kesyukuran karena merasa tertolong? Sebenarnya aku tidak suka ditolong, jujur saja sampai detik ini aku memutuskan sangat ingin marah, tapi aku tidak terbiasa mengekspresikan suatu amarah, jadi aku tidak tahu bagaimana itu dilakukan? aku sangat ingin dibiarkan tergeletak menyedihkan diatas lantai, lalu semua orang mengerumuni, mendapati aku tidak lagi bernyawa, tak lama kemudian mereka akan melupakan aku dari dalam ingatan mereka untuk selamanya, sempurna

“Bagaimana mungkin? Ini mustahil” Alicia tidak bisa berfikir jernih, betapa tidak? beberapa hari yang lalu ketika Alicia masih berada diatas ranjang pemulihan, ia telah menuliskan sesuatu yang sama persis seperti yang tertera didalam buku hariannya, itu menandakan bahwa buku Alicia ada bersamanya saat itu, tapi mengetahui kenyataan bahwa buku yang ia maksud ada dirumahnya, Alicia betul-betul tidak bisa percaya “Ada apa dengan anda Nona?” Debora bertanya-tanya begitu mendapati ekspresi shock Alicia “Nona? Anda baik-baik saja? Apakah buku ini bukanlah seperti yang anda inginkan?” "Pergilah, aku ingin sendiri" Deborah mematuhi permintaan Alicia, tapi sebelum itu "Deborah?" "Saya Nona?" "Terimakasih" Deborah hanya mengangguk lalu keluar dari dalam kamar Alicia seraya menutup pintu.

   

Bab terkait

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 5 APAKAH INI NYATA?

    Hingga detik ini belum bisa memastikan diri untuk mempercayai itu semua, benarkah apa yang sedang dialami adalah merupakan sebuah kenyataan? Alicia masih bersama buku harian yang dianggapnya tertinggal dirumah sakit “Tidak mungkin? Mana mungkin aku hanya bermimpi, aku yakin buku harian ini ada ditanganku, ya tidak salah lagi, bahkan isi tulisan sama persis seperti saat sebelum aku jatuh tertidur oleh bantuan obat tidur” semua yang ada dihadapan Alicia terasa samar meski pun semua itu fakta yang nyata."Apakah ini mimpi yang menjadi nyata? atau apa?" Alicia memerlukan penjelasan yang masuk akal.Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Deborah kembali datang untuk Alicia "Nona, makanan anda sudah siap, mari ikut dengan saya" "Deborah?" "Ada apa Nona? wajah anda masih menunjukkan keterkejutan, sebaiknya lupakan saja kejadian ini, saya tidak menyalahkan anda bahwa anda sudah melupakan buku harian anda disini dan tadi anda bersikap seola

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 6 FATHER

    Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah m

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 7 BIARKAN AKU SENDIRI

    LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 8 MARCO GLEESON

    “Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 9 BENJAMIN DAN BUKIT TERLARANG

    Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 10 SELAMAT JALAN AURORA

    Benjamin keluar dari dalam hutan larang bersama langkah penuh percaya diri, kepuasaan dihati disertai aroma amarah yang membara, semua kejahatan yang dijanjikan kepadanya memberikan energy yang begitu pesat, Benjamin merasa telah memenangkan suatu peperangan dari Arthur bahkan sebelum mereka saling berhadap-hadapan. Dengan sikap yang santai Benjamin kembali dan masuk kedalam kamarnya, ia juga mendapati Aurora sedang tidur dengan begitu damai, rupanya deraian airmata sudah menguras habis seluruh tenaga yang ia miliki "Aku tidak akan membiarkanmu bersedih karena sesuatu, terlebih bila kau menangis tersebab semua orang berharap memisahkan kisah kasih yang telah kita bina sejak dulu kala, biar pun mereka semua tidak tahu dengan apa yang tersembunyi diantara kita selama ini, tiada pemakluman yang lembut, semua terlanjur fatal disisiku" kemudian memeluk tubuh Aurora, sesaat sebelum keriuhan diseluruh penjuru negeri semakin menjadi-jadi. 

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 11 ARTHUR SELAMATKAN DIRIMU

    “Karena kami hanya bisa membunuh kalian bangsa manusia, kami tidak mampu membunuh siapapun yang telah menjadi bagian dari kami” “Aku tidak memahaminya Aurora, tolong jangan paksa aku memahami semua ketidak masuk akalan ini” “Andai aku bisa menangisinya seperti waktu itu (saat ia masih seorang manusia), aku sungguh ingin (dengan pandangan dan ucapan yang datar). aku tidak akan lagi datang pada siapapun saat aku menangis. aku adalah jenazah tanpa bangkai, aku terlihat sepertimu tapi kita berbeda takdir, aku benar-benar terkutuk Arthur, secepatnya aku akan melukaimu, tapi tidak akan kubiarkan sebelum kau membasmi mereka semua” Arthur mulai menitikkan airmata “Bunuhlah siapa saja yang ada dihadapanmu, mereka sangat dekat mengelilingimu, bahkan jika memang sudah tidak memungkinkan bagaimana pula dengan aku, jangan pernah meragu, bunuh juga. jangan menangis Arthur, ingat saat nanti kau membasmi kaum kami jangan pakai perasaanmu, bisa

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 12 KETIKA CERMIN TIDAK MENUNJUKKAN SIAPA DIRINYA

    CHAPTER 12“Siapa kalian?” Arthur meninggikan suaranya “Terdengar jelas sekali bahwa kau menjaga keutuhan wibawamu bahkan ketika dirimu masih terlihat begitu muda, kini aku semakin percaya bahwa kau benar benar memang sedang dipersiapkan untuk menjadi calon pengganti Ayahmu yang bahkan telah tiada, tunggu? Bukankah itu artinya kau telah berhasil menggantikan kedudukan Ayahmu Yangmulia? Mengingat dia telah mati bersama seluruh rakyat yang dicintai” lelaki bertubuh tinggi itu seolah meledeknya “Sementara kau adalah pamungkasnya (Arthur akan segera dihabisi menyusul yang lain) sekaligus sebagai saksi sejarah, bagaimana kami berhasil memporak porandakan negeri ini, kau tahu anak muda? Kekacauan semacam ini adalah hal terkecil dari apa yang bisa kami perbuat, ini adalah suatu permulaan, kami sangat berterima kasih kepada Benjamin sebab berkat jasa jasanya-lah, akhirnya kami semua terbebas dari belenggu yang tidak menyenangkan itu, mengapa aku menyebut

Bab terbaru

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 13 IKUT MENDERITA

    CHAPTER 13 Dia tidak tahu dimana semua orang tersisa atau pun mereka yang telah tewas oleh kebiadaban makhluk terkutuk, yang bahkan kini Arthur adalah bagian dari mereka semua, Arthur mulai mengingat segalanya, bahwa dia bukan lagi manusia yang memerlukan udara untuk bernafas, atau makan serta minum dalam bertahan hidup, ini sangat berbeda, justru Arthur harus mulai memangsa, hanya agar hasrat pemuasan, pemenuhan mengenai hal yang paling disukai yakni darah dapat tercapai serta terpenuhi, karena sesungguhnya, darah akan membuatnya lebih bertenaga dan segar, hidupnya akan terus panjang, wajahnya tidak pernah menua, itu bukanlah suatu keuntungan, dimana ia tidak memiliki rasa, sesuatu yang seharusnya wajar dimiliki oleh manusia kebanyakan, mereka menjadikan hidup ini perjalanan, sedari lahir bertumbuh, berjalan, menjadi seorang remaja, dewasa, menemukan tambatan hati, memiliki keturunan, menua, lalu pergi meninggalkan dunia ini, setelah melalui serentetan yang ditetapkan oleh

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 12 KETIKA CERMIN TIDAK MENUNJUKKAN SIAPA DIRINYA

    CHAPTER 12“Siapa kalian?” Arthur meninggikan suaranya “Terdengar jelas sekali bahwa kau menjaga keutuhan wibawamu bahkan ketika dirimu masih terlihat begitu muda, kini aku semakin percaya bahwa kau benar benar memang sedang dipersiapkan untuk menjadi calon pengganti Ayahmu yang bahkan telah tiada, tunggu? Bukankah itu artinya kau telah berhasil menggantikan kedudukan Ayahmu Yangmulia? Mengingat dia telah mati bersama seluruh rakyat yang dicintai” lelaki bertubuh tinggi itu seolah meledeknya “Sementara kau adalah pamungkasnya (Arthur akan segera dihabisi menyusul yang lain) sekaligus sebagai saksi sejarah, bagaimana kami berhasil memporak porandakan negeri ini, kau tahu anak muda? Kekacauan semacam ini adalah hal terkecil dari apa yang bisa kami perbuat, ini adalah suatu permulaan, kami sangat berterima kasih kepada Benjamin sebab berkat jasa jasanya-lah, akhirnya kami semua terbebas dari belenggu yang tidak menyenangkan itu, mengapa aku menyebut

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 11 ARTHUR SELAMATKAN DIRIMU

    “Karena kami hanya bisa membunuh kalian bangsa manusia, kami tidak mampu membunuh siapapun yang telah menjadi bagian dari kami” “Aku tidak memahaminya Aurora, tolong jangan paksa aku memahami semua ketidak masuk akalan ini” “Andai aku bisa menangisinya seperti waktu itu (saat ia masih seorang manusia), aku sungguh ingin (dengan pandangan dan ucapan yang datar). aku tidak akan lagi datang pada siapapun saat aku menangis. aku adalah jenazah tanpa bangkai, aku terlihat sepertimu tapi kita berbeda takdir, aku benar-benar terkutuk Arthur, secepatnya aku akan melukaimu, tapi tidak akan kubiarkan sebelum kau membasmi mereka semua” Arthur mulai menitikkan airmata “Bunuhlah siapa saja yang ada dihadapanmu, mereka sangat dekat mengelilingimu, bahkan jika memang sudah tidak memungkinkan bagaimana pula dengan aku, jangan pernah meragu, bunuh juga. jangan menangis Arthur, ingat saat nanti kau membasmi kaum kami jangan pakai perasaanmu, bisa

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 10 SELAMAT JALAN AURORA

    Benjamin keluar dari dalam hutan larang bersama langkah penuh percaya diri, kepuasaan dihati disertai aroma amarah yang membara, semua kejahatan yang dijanjikan kepadanya memberikan energy yang begitu pesat, Benjamin merasa telah memenangkan suatu peperangan dari Arthur bahkan sebelum mereka saling berhadap-hadapan. Dengan sikap yang santai Benjamin kembali dan masuk kedalam kamarnya, ia juga mendapati Aurora sedang tidur dengan begitu damai, rupanya deraian airmata sudah menguras habis seluruh tenaga yang ia miliki "Aku tidak akan membiarkanmu bersedih karena sesuatu, terlebih bila kau menangis tersebab semua orang berharap memisahkan kisah kasih yang telah kita bina sejak dulu kala, biar pun mereka semua tidak tahu dengan apa yang tersembunyi diantara kita selama ini, tiada pemakluman yang lembut, semua terlanjur fatal disisiku" kemudian memeluk tubuh Aurora, sesaat sebelum keriuhan diseluruh penjuru negeri semakin menjadi-jadi. 

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 9 BENJAMIN DAN BUKIT TERLARANG

    Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 8 MARCO GLEESON

    “Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 7 BIARKAN AKU SENDIRI

    LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 6 FATHER

    Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah m

  • PRINCE ARTHUR   CHAPTER 5 APAKAH INI NYATA?

    Hingga detik ini belum bisa memastikan diri untuk mempercayai itu semua, benarkah apa yang sedang dialami adalah merupakan sebuah kenyataan? Alicia masih bersama buku harian yang dianggapnya tertinggal dirumah sakit “Tidak mungkin? Mana mungkin aku hanya bermimpi, aku yakin buku harian ini ada ditanganku, ya tidak salah lagi, bahkan isi tulisan sama persis seperti saat sebelum aku jatuh tertidur oleh bantuan obat tidur” semua yang ada dihadapan Alicia terasa samar meski pun semua itu fakta yang nyata."Apakah ini mimpi yang menjadi nyata? atau apa?" Alicia memerlukan penjelasan yang masuk akal.Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Deborah kembali datang untuk Alicia "Nona, makanan anda sudah siap, mari ikut dengan saya" "Deborah?" "Ada apa Nona? wajah anda masih menunjukkan keterkejutan, sebaiknya lupakan saja kejadian ini, saya tidak menyalahkan anda bahwa anda sudah melupakan buku harian anda disini dan tadi anda bersikap seola

DMCA.com Protection Status