Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).
Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.
Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah mempersiapkan gaun malam yang indah.
Alicia tidak bisa merasakan perasaan apapun ketika ia akan bertemu dengan sang Ayah ‘Hampa dan keterkejutan luar biasa’ “Anda tampak luar biasa Nona?” puji Debora ketika akan mengantarnya menemui Tuan Henry.
Alicia begitu terlihat anggun penuh pesona, seluruh tamu dibuat kagum kala ia menuruni satu persatu anak tangga, semua orang tak terkecuali Henry menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung bersama.
Henry berjalan mendekati Alicia, hal pertama yang ia lakukan adalah memberinya satu pelukan yang paling berharga dan tak akan pernah dilupakan “Kau terlihat hebat Alicia” Henry menyanjung Alicia dengan tatapan penuh sesal, Alicia tidak bergeming ia tak ingin mengatakan sepatah kata pun kepada Ayahnya itu sebab sepertinya ia sedang menikmati sesuatu yang disebut kebahagiaan didalam hatinya, entahlah ini aneh? tapi Alicia tidak mampu menyangkal perbuatan yang telah dilakukan oleh perasaannya.
Untuk beberapa saat Alicia tampak kebingungan Debora tidak mengatakan bahwa akan ada banyak orang disana “Ayah mengadakan sebuah pesta sederhana” Alicia sempat berfikir bahwa ini adalah sebuah pesta untuk merayakan kebersamaan mereka setelah sekian lama, Kemudian Henry membawa Alicia pada seorang wanita “Alicia, kenalkan dia Amber calon istriku” “Hai, aku Amber Henry sering berkisah tentangmu sayang, ternyata kau sangat cantik lebih cantik dari yang selalu kubayangkan tentang dirimu” ‘Sama sekali berbeda dari yang ku harapkan, kukira hanya akan ada aku dan Ayah, dimana kami saling melepas rindu yang selama ini terpendam, namun ia berkata bahwa ia akan menggantikan Ibuku dengan wanita lain’ “Apa kau tahu? pada awalnya Henry sama sekali tidak ingin kau dilibatkan dalam acara ini, tapi aku terus berusaha membujuknya agar ia mengijinkanmu” mendengar pengakuan Amber maka semakin bertumpuklah kekecewaan yang telah menetap didalam hati Alicia terhadap Henry, 'Kurasa tak ada gunanya aku berada disini' Tanpa bicara Alicia memutuskan untuk meninggalkan ruangan itu, ia kembali kedalam kamarnya berusaha untuk menguatkan hatinya yang merapuh “Apa itu artinya aku telah membuat kesalahan? (dengan pernyataannya ia telah membuat Alicia pergi) sepertinya aku telah mengacaukan segalanya? ” Amber segera menyadari letak kesalahannya hanya karena ia terlalu jujur mengungkap keadaan yang sebenarnya, sementara itu Henry tidak berusaha mencegah kepergian Alicia “Kau memperlakukan putrimu seolah dia tidak pernah ada” Henry tak menanggapi ucapan Amber “Aku akan menyusul Alicia” Henry menarik lengan tangan Amber “Ada apa ini?” “Biarkan dia sendiri, mari melanjutkan pesta” ucap Henry.
Begitu berada didalam kamarnya, Alicia segera mengunci pintu rapat-rapat, kemudian memutar music pengantar tidur, tanpa melepaskan gaun yang dikenakan Alicia membaringkan diri, saat itu ia hanya ingin tidur agar bisa melupakan segalanya. Sungguh tidak seperti yang diharapkan, pertemuan antara Alicia dan Henry tak berarti apapun, tak ada airmata kesedihan, datar.
Keesokan harinya saat Alicia membuka kedua mata, semua masih terlihat sama tak ada yang berbeda, hanya kotak pemutar music miliknya yang masih bekerja selama semalaman suntuk, dulu ketika ia masih sangat kecil Alicia sering memutar music itu dalam kesendirian sudah seperti seorang teman sejati yang akan selalu menemani dikala suka maupun duka.
Alicia membuka pintu kamarnya, ia tahu pasti bahwa para pekerjanya sudah menunggu untuk itu “Nona? Apakah anda baik-baik saja?” tanya Deborah disertai kekhawatiran. Pagi ini seperti biasa, mengerjakan semua rutinitas yang sudah dijadualkan, mandi, menikmati sarapan pagi menerima riasan, selesai, sebelum pergi kesekolah Alicia terlebih dahulu memuntahkan semua makanan yang ada didalam perutnya.
Saatnya pergi kesekolah, seorang pelayan membantu Alicia membuka pintu mobil mewahnya “Selamat jalan Nona, semoga selamat sampai tujuan” mobil berwarna hitam tersebut perlahan mulai melaju.
Selama perjalanan Alicia terus memikirkan ucapan Amber semalam, jika ternyata Ayahnya tidak mempunyai rencana untuk melibatkan Alicia dalam acara pertunangan mereka, itu artinya Henry bahkan tidak berniat untuk bertemu dengannya ‘Entahlah? Mengapa hingga detik ini aku belum memutuskan untuk menangis? Ibu aku benar-benar merindukanmu, aku merasa tidak memiliki siapapun didalam hidupku selain bayanganku yang menyatu dengan bayang-bayangmu’
Selama perjalanan kesekolah seringkali Alicia tidur atau memutuskan memikirkan sesuatu yang tidak benar-benar diketahui apakah itu?
Namun kali ini dari pada tidur atau melamun Alicia justru mencurahkan keresahan yang ia dapatkan setelah pertemuannya dengan sang Ayah semalam kedalam sebuah tulisan.
Tulisan itu berdasarkan bayangan Alicia tentang kehidupan sesosok gadis kecil yang hidup sebagai seorang tuna wisma bersama Ayahnya, walau hidup serba berkekurangan namun gadis itu tidak pernah kehilangan kasih sayang dari seorang Ayah.
"Ayah aku merasa lapar, tetapi asal Ayah bersamaku sampai kapanpun juga aku akan menahan derita ini" dengan mata berkaca-kaca sang Ayah tersenyum sedih.
Inilah kehidupan, hidup merupakan pelajaran dan belajar, dalam kesusahan lelaki yang dipanggilnya Ayah itu selalu mengajaknya menyungging senyuman bahwa ada banyak hal yang masih dapat mereka syukuri walau sebagaimanapun jua situasi dan kondisinya, sehingga ada alasan kebahagiaan melimpah yang tercipta disana meski itu hanyalah sebuah angan-angan dan harapan yang panjang.
Terlalu menjalani hidup dalam kesengsaraan membuat mereka harus meminta-minta mengharapkan belas kasih dari para dermawan yang melintas. meninggalkan harga pada diri.
Walau harus seperti itu kondisi yang dijalani, gadis itu tidak pernah mempersoalkan cara hidup mereka, gadis kecil itu masih dapat berlarian dengan riang gembira, hanya karena satu alasan 'Ayah' seorang Ayah yang menjadikan hatinya menjadi penuh.
“Ayah ayo kita pergi ke toko kue, aku hanya ingin melihat-lihat makanan itu dari luar, lalu kembali lagi” berdiri dibalik dinding kaca sambil memperhatikan satu persatu kue-kue beraroma manis itu secara seksama, hanya dengan melakukannya betapa ia merasa sungguh berbahagia tiada terkira 'Kapan aku bisa menggigit kue itu?' pikirnya namun ia tidak mengeluhkan keinginannya terhadap sang Ayah yang juga tidak berdaya, gadis berperasaan ia tak ingin Ayahnya merasa kian terbebani.
“Ayo kita pergi Ayah” ajaknya diiringi senyum kepuasan setelah melakukannya, tak ada satupun kue yang terlewat dari sorot mata kecilnya, anak perempuan itu sangat tahu bahwa Ayahnya tidak memiliki uang walau hanya untuk membeli sepotong kue saja dan pada saat itu sang Ayah akan berusaha keras menghibur putrinya agar melupakan rasa lapar dengan bernyanyi, Sementara ketika sang anak telah terlelap lelaki malang itu terus menangisi keadaan mereka, segala kehangatan cinta dan kasih hanya tercurah untuk anak gadisnya.
Bukankah sesungguhnya hal itulah yang paling diharapkan? tetap hidup bersama, bergandengan tangan walaupun serba berkekurangan. setidaknya begitulah cara Alicia mengukur harga sebuah kebahagiaan, dimana selama ini selalu merasa tidak beruntung menjalani kemewahan hidup, mobil mahal, rumah megah, makanan lezat nan melimpah namun selalu dimuntahkannya, ia jauh dari kata kasih dan sayang dan itulah celaka terbesar yang pernah ia rasa diseumur hidup.
Berbanding terbalik dengan cerita yang dituliskannya, kenyataan yang harus Alicia jalani dirasa suram, jika saja gadis yang berada dalam dongeng itu adalah dirinya, maka kemungkinan terbesar sang Ayah akan memberikannya kepada pihak panti asuhan agar mereka mengasuhnya sementara sang Ayah pergi melepaskan tanggung jawab sebagai seorang Ayah, meninggalkan Alicia dengan semua perasaan kehilangan serta kemalangan untuk selamanya, tak ada hal lain yang paling memberatkan hari-hari Alicia setelah saat itu berlalu, selain kerinduan, betapa ia akan terus menantikan saat dimana sang Ayah akan datang kembali untuk menjemput dirinya, namun sungguh sayang seribu sayang, Ayah yang selalu diharapkannya tak kunjung datang, ia menua dengan semua harapan, lalu mati dengan cara mengenaskan atas nama bujuk kerinduan, seorang lelaki yang menemani disisi tidak lebih berharga dari kehadiran Ayah disisinya. “Andai aku bisa menangis, aku sungguh ingin menangisi kisah fiktif ini” ucap Alicia setengah berbisik, hatinya terlalu hampa, ia selalu tidak mempunyai alasan yang kuat untuk menangisi keadaannya.
"Nona, kita telah sampai disekolah" suara supir menyadarkan lamunan Alicia "Oh, begitu rupanya" pintu mobil dibuka, Alicia turun dari mobil dengan membawa gundah didalam diri 'Aku hanya harus lebih kuat dari kemarin.' ucapnya bertekad, lalu melangkah dengan keyakinan yang semakin menjadi pasti.
LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang
“Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer
Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a
Benjamin keluar dari dalam hutan larang bersama langkah penuh percaya diri, kepuasaan dihati disertai aroma amarah yang membara, semua kejahatan yang dijanjikan kepadanya memberikan energy yang begitu pesat, Benjamin merasa telah memenangkan suatu peperangan dari Arthur bahkan sebelum mereka saling berhadap-hadapan. Dengan sikap yang santai Benjamin kembali dan masuk kedalam kamarnya, ia juga mendapati Aurora sedang tidur dengan begitu damai, rupanya deraian airmata sudah menguras habis seluruh tenaga yang ia miliki "Aku tidak akan membiarkanmu bersedih karena sesuatu, terlebih bila kau menangis tersebab semua orang berharap memisahkan kisah kasih yang telah kita bina sejak dulu kala, biar pun mereka semua tidak tahu dengan apa yang tersembunyi diantara kita selama ini, tiada pemakluman yang lembut, semua terlanjur fatal disisiku" kemudian memeluk tubuh Aurora, sesaat sebelum keriuhan diseluruh penjuru negeri semakin menjadi-jadi. 
“Karena kami hanya bisa membunuh kalian bangsa manusia, kami tidak mampu membunuh siapapun yang telah menjadi bagian dari kami” “Aku tidak memahaminya Aurora, tolong jangan paksa aku memahami semua ketidak masuk akalan ini” “Andai aku bisa menangisinya seperti waktu itu (saat ia masih seorang manusia), aku sungguh ingin (dengan pandangan dan ucapan yang datar). aku tidak akan lagi datang pada siapapun saat aku menangis. aku adalah jenazah tanpa bangkai, aku terlihat sepertimu tapi kita berbeda takdir, aku benar-benar terkutuk Arthur, secepatnya aku akan melukaimu, tapi tidak akan kubiarkan sebelum kau membasmi mereka semua” Arthur mulai menitikkan airmata “Bunuhlah siapa saja yang ada dihadapanmu, mereka sangat dekat mengelilingimu, bahkan jika memang sudah tidak memungkinkan bagaimana pula dengan aku, jangan pernah meragu, bunuh juga. jangan menangis Arthur, ingat saat nanti kau membasmi kaum kami jangan pakai perasaanmu, bisa
CHAPTER 12“Siapa kalian?” Arthur meninggikan suaranya “Terdengar jelas sekali bahwa kau menjaga keutuhan wibawamu bahkan ketika dirimu masih terlihat begitu muda, kini aku semakin percaya bahwa kau benar benar memang sedang dipersiapkan untuk menjadi calon pengganti Ayahmu yang bahkan telah tiada, tunggu? Bukankah itu artinya kau telah berhasil menggantikan kedudukan Ayahmu Yangmulia? Mengingat dia telah mati bersama seluruh rakyat yang dicintai” lelaki bertubuh tinggi itu seolah meledeknya “Sementara kau adalah pamungkasnya (Arthur akan segera dihabisi menyusul yang lain) sekaligus sebagai saksi sejarah, bagaimana kami berhasil memporak porandakan negeri ini, kau tahu anak muda? Kekacauan semacam ini adalah hal terkecil dari apa yang bisa kami perbuat, ini adalah suatu permulaan, kami sangat berterima kasih kepada Benjamin sebab berkat jasa jasanya-lah, akhirnya kami semua terbebas dari belenggu yang tidak menyenangkan itu, mengapa aku menyebut
CHAPTER 13 Dia tidak tahu dimana semua orang tersisa atau pun mereka yang telah tewas oleh kebiadaban makhluk terkutuk, yang bahkan kini Arthur adalah bagian dari mereka semua, Arthur mulai mengingat segalanya, bahwa dia bukan lagi manusia yang memerlukan udara untuk bernafas, atau makan serta minum dalam bertahan hidup, ini sangat berbeda, justru Arthur harus mulai memangsa, hanya agar hasrat pemuasan, pemenuhan mengenai hal yang paling disukai yakni darah dapat tercapai serta terpenuhi, karena sesungguhnya, darah akan membuatnya lebih bertenaga dan segar, hidupnya akan terus panjang, wajahnya tidak pernah menua, itu bukanlah suatu keuntungan, dimana ia tidak memiliki rasa, sesuatu yang seharusnya wajar dimiliki oleh manusia kebanyakan, mereka menjadikan hidup ini perjalanan, sedari lahir bertumbuh, berjalan, menjadi seorang remaja, dewasa, menemukan tambatan hati, memiliki keturunan, menua, lalu pergi meninggalkan dunia ini, setelah melalui serentetan yang ditetapkan oleh
Suasana sekolah pada malam hari tampak sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, hanya semilir angin malam yang sesekali bertiup menerbangkan sampah dedaunan yang jatuh gugur dengan hembusannya, cobalah berjalan masuk kedalam gedung, lalu mulailah melangkah untuk menyusuri setiap sudut ruangan, jika beruntung kau mungkin akan bertemu dengannya, dia ada disana, terkadang hanya berdiri mematung disisi tangga, atau duduk menyepi dan berdiam diri, dia adalah seorang pemuda yang telah hidup selama lebih dari tiga abad lamanya, dia tidak pernah berubah atau menua, ia terlihat seperti seorang Pemuda berusia enam belas tahun, dia seorang makhluk yang bertaring namun pandai menyembunyikan taringnya, dia telah berjanji bahwa tidak akan menggunakan itu untuk melukai seseorang, meski ia tampak seperti manusia, namun dia bukan manusia, pemuda itu adalah seorang Vampire.Hari ini adalah merupakan tahun ajaran baru, Vampire tampan itu melipat baju seragam sekolah yang lama, sebab se
CHAPTER 13 Dia tidak tahu dimana semua orang tersisa atau pun mereka yang telah tewas oleh kebiadaban makhluk terkutuk, yang bahkan kini Arthur adalah bagian dari mereka semua, Arthur mulai mengingat segalanya, bahwa dia bukan lagi manusia yang memerlukan udara untuk bernafas, atau makan serta minum dalam bertahan hidup, ini sangat berbeda, justru Arthur harus mulai memangsa, hanya agar hasrat pemuasan, pemenuhan mengenai hal yang paling disukai yakni darah dapat tercapai serta terpenuhi, karena sesungguhnya, darah akan membuatnya lebih bertenaga dan segar, hidupnya akan terus panjang, wajahnya tidak pernah menua, itu bukanlah suatu keuntungan, dimana ia tidak memiliki rasa, sesuatu yang seharusnya wajar dimiliki oleh manusia kebanyakan, mereka menjadikan hidup ini perjalanan, sedari lahir bertumbuh, berjalan, menjadi seorang remaja, dewasa, menemukan tambatan hati, memiliki keturunan, menua, lalu pergi meninggalkan dunia ini, setelah melalui serentetan yang ditetapkan oleh
CHAPTER 12“Siapa kalian?” Arthur meninggikan suaranya “Terdengar jelas sekali bahwa kau menjaga keutuhan wibawamu bahkan ketika dirimu masih terlihat begitu muda, kini aku semakin percaya bahwa kau benar benar memang sedang dipersiapkan untuk menjadi calon pengganti Ayahmu yang bahkan telah tiada, tunggu? Bukankah itu artinya kau telah berhasil menggantikan kedudukan Ayahmu Yangmulia? Mengingat dia telah mati bersama seluruh rakyat yang dicintai” lelaki bertubuh tinggi itu seolah meledeknya “Sementara kau adalah pamungkasnya (Arthur akan segera dihabisi menyusul yang lain) sekaligus sebagai saksi sejarah, bagaimana kami berhasil memporak porandakan negeri ini, kau tahu anak muda? Kekacauan semacam ini adalah hal terkecil dari apa yang bisa kami perbuat, ini adalah suatu permulaan, kami sangat berterima kasih kepada Benjamin sebab berkat jasa jasanya-lah, akhirnya kami semua terbebas dari belenggu yang tidak menyenangkan itu, mengapa aku menyebut
“Karena kami hanya bisa membunuh kalian bangsa manusia, kami tidak mampu membunuh siapapun yang telah menjadi bagian dari kami” “Aku tidak memahaminya Aurora, tolong jangan paksa aku memahami semua ketidak masuk akalan ini” “Andai aku bisa menangisinya seperti waktu itu (saat ia masih seorang manusia), aku sungguh ingin (dengan pandangan dan ucapan yang datar). aku tidak akan lagi datang pada siapapun saat aku menangis. aku adalah jenazah tanpa bangkai, aku terlihat sepertimu tapi kita berbeda takdir, aku benar-benar terkutuk Arthur, secepatnya aku akan melukaimu, tapi tidak akan kubiarkan sebelum kau membasmi mereka semua” Arthur mulai menitikkan airmata “Bunuhlah siapa saja yang ada dihadapanmu, mereka sangat dekat mengelilingimu, bahkan jika memang sudah tidak memungkinkan bagaimana pula dengan aku, jangan pernah meragu, bunuh juga. jangan menangis Arthur, ingat saat nanti kau membasmi kaum kami jangan pakai perasaanmu, bisa
Benjamin keluar dari dalam hutan larang bersama langkah penuh percaya diri, kepuasaan dihati disertai aroma amarah yang membara, semua kejahatan yang dijanjikan kepadanya memberikan energy yang begitu pesat, Benjamin merasa telah memenangkan suatu peperangan dari Arthur bahkan sebelum mereka saling berhadap-hadapan. Dengan sikap yang santai Benjamin kembali dan masuk kedalam kamarnya, ia juga mendapati Aurora sedang tidur dengan begitu damai, rupanya deraian airmata sudah menguras habis seluruh tenaga yang ia miliki "Aku tidak akan membiarkanmu bersedih karena sesuatu, terlebih bila kau menangis tersebab semua orang berharap memisahkan kisah kasih yang telah kita bina sejak dulu kala, biar pun mereka semua tidak tahu dengan apa yang tersembunyi diantara kita selama ini, tiada pemakluman yang lembut, semua terlanjur fatal disisiku" kemudian memeluk tubuh Aurora, sesaat sebelum keriuhan diseluruh penjuru negeri semakin menjadi-jadi. 
Kerajaan yang dulu pernah berdiri dengan megah itu kini telah lenyap tak bersisa, tiada sejarah yang tertulis untuk mengenangnya, seolah mereka semua tak pernah ada. Mereka terhapuskan oleh masa demi masa.Sebagai satu-satunya pewaris tahta, pada usia yang masih sangat muda Arthur harus bersedia bertunangan dengan seorang gadis bernama Aurora, dia adalah Putri Raja Stephen, gadis yang sudah sangat tersohor dan masyhur tentang kecantikan yang dimiliki, senyumnya sungguh menawan segala hati.Meski hampir semua pemuda diseluruh penjuru mendambakan seorang Aurora, namun tidak sedikit pun dengan Arthur padahal secara resmi Aurora telah dimilikinya dan semua orang mengetahui itu, tak ada perasaan istimewa Arthur untuk Aurora, sebab pemuda itu belum terbiasa dengan makhluk yang disebut wanita, usianya masih terlalu muda, empat belas tahun kala itu ketika dirinya telah diikat sebagai calon satu kesatuan dengan sang Putri jelita, walau semestinya menjadi seorang a
“Nona Alicia, Nyonya Amber meminta anda agar supaya sarapan bersama.” Ucap Debora dengan sangat santun dan penuh penghormatan. untuk pertama kalinya Alicia mendapatkan ajakan sarapan bersama setelah bertahun-tahun melewati hal itu hanya seorang diri. Alicia tak ingin banyak bertanya karena ia tahu pasti bahwa dirinya tidak bisa menolak apapun yang diperintahkan oleh sang Ayah kepada dirinya, termasuk makan bersama pagi ini, anggap saja permintaan Nyonya Amber adalah perintah Ayahnya disertai kekuatan mandat yang menetap dan mengikat.Alicia cukup tahu diri, meskipun sang Ayah tidak memperlakukan Alicia selayaknya seorang anak kandung, setidaknya Tuan Henry tak membuangnya, lelaki itu mengerahkan semua waktu dan tenaga, bekerja keras, supaya Alicia mempunyai kehidupan yang layak dan terpandang.Debora mengantar Alicia tak sampai ke meja makan, di depannya tampak Nyonya Amber telah bersiap menyambut kedatangan Alicia untuk bergabung, rupanya mer
LIMA BULAN KEMUDIANHari ini adalah hari pernikahan antara Henry dan Amber, pada hari berbahagia itu Alicia tampak begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam, Alicia hanya sedang memberikan isyarat bahwa ia tengah berduka dengan pernikahan sang Ayah, siapa yang akan menyangka? bahwa Alicia benar-benar telah kehilangan kesempatan untuk menjadi satu satunya pemilik Henry.Dari pada ikut menikmati suasana acara pernikahan, Alicia justru bermuram, ia tidak mengenal seorang pun yang hadir sebagai tamu undangan pesta, selain itu Deborah dan para pelayan lainnya juga tampak sibuk mengawasi semua hal yang berkaitan dengan pesta mereka sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk memperhatikan Alicia, sehingga sangat leluasa bagi Alicia untuk tetap bersikap sedih seperti itu tanpa ada seorang pun yang mencoba menghentikannya dengan sebuah penghiburan atas kelukaan.Pesta perkawinan telah usai, kini hanya ada Henry dan Amber berdua saja didalam kamar pengantin yang
Alicia sedang membaca buku ketika Debora tiba-tiba masuk kedalam kamarnya seraya berkata “Tuan Henry meminta anda menemuinya Nona” Alicia cukup merasa dikejutkan dengan informasi tersebut, betapa tidak? Selama bertahun-tahun Henry selalu berusaha menjauhi Alicia, mereka berdua tidak pernah bertatap terlebih bicara secara langsung (sekadar basa-basi pesan-pesan dikirimkan melalui media sosial) “Tidak seharusnya ini terjadi” Alicia meletakkan buku yang ada ditangannya ia hanya benar-benar merasa tidak siap untuk menjalani kesan yang baru (Bertemu sang Ayah).Jujur saja Alicia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu? “Apa kau yakin?” Alicia berusaha memastikan pernyataan Deborah, dan sebagai jawabannya Debora mengangguk.Berhadapan dengan sang Ayah Alicia diminta mempersiapkan diri secara baik dan benar, beberapa orang ditunjuk secara khusus untuk mengatur cara berpakaian hingga riasan diwajah Alicia, mereka telah m
Hingga detik ini belum bisa memastikan diri untuk mempercayai itu semua, benarkah apa yang sedang dialami adalah merupakan sebuah kenyataan? Alicia masih bersama buku harian yang dianggapnya tertinggal dirumah sakit “Tidak mungkin? Mana mungkin aku hanya bermimpi, aku yakin buku harian ini ada ditanganku, ya tidak salah lagi, bahkan isi tulisan sama persis seperti saat sebelum aku jatuh tertidur oleh bantuan obat tidur” semua yang ada dihadapan Alicia terasa samar meski pun semua itu fakta yang nyata."Apakah ini mimpi yang menjadi nyata? atau apa?" Alicia memerlukan penjelasan yang masuk akal.Setelah beberapa saat berlalu akhirnya Deborah kembali datang untuk Alicia "Nona, makanan anda sudah siap, mari ikut dengan saya" "Deborah?" "Ada apa Nona? wajah anda masih menunjukkan keterkejutan, sebaiknya lupakan saja kejadian ini, saya tidak menyalahkan anda bahwa anda sudah melupakan buku harian anda disini dan tadi anda bersikap seola