'Tapi siapa wanita itu? Suaranya sangat familiar' tanyaku dalam hati, aku tak bisa melihat wajahnya karena wanita itu tengah membelakangiku.Wanita terus meminta ampunan, bahkan sampai bersujud di kedua ekor ular setengah manusia itu.Ular setengah manusia itu berjenis lelaki dan perempuan, mereka sama-sama memakai mahkota kerajaan, dan pakaian raja namun kakinya berupa ekor."Kau telah gagal memberikanku tumb*l," ucap lelaki yang setengah ular itu.'Dia K-ang Satria.' batinku, berarti benar selama ini dia bukan manusia, tapi siluman ular setengah manusia.'Lalu siapa wanita sejenis ular itu yang bersamanya?' tanya batinku."Suruh dia menari kembali!" perintah wanita mengerikan itu."Baik kanjeng ibu," ucap Kang Satria.Ll'Kanjeng ibu? Dia ibu asli dari Kang Satria?" tanya batinku bertubi-tubi.Kang Satria bersama algojo-algojonya mendekat ke arah wanita yang terduduk lemas di sana."Menari! At
Mega hanya menundukkan kepalanya, sementara para rombongan Dewi ular sudah semakin mendekat."Teteh," sebuah suara milik pria tiba-tiba memanggilku."Putri, ikuti suara itu Nduk" tiba-tiba ada suara seorang wanita yang sangat mirip dengan suara almarhumah ibuku."Tehhh!" suara pria familiar itu kembali memanggilku."A-kang" lirihku yang baru tersadar pemilik suara itu adalah suamiku~Irpan."Ayo, Nduk ikuti suara dan setitik cahaya itu." seru suara yang almarhumah ibu.Suara Irpan terus memanggil-manggilku, dan tepat saat aku mendongak ke atas memang ada setitik cahaya di sana. Entah kekuatan dari mana, aku bisa menggerakkan kaki dengan segera berbalik badan ke belakang.Ada dua jalan setapak di sana, yang kiri terdapat jalan rumah anyaman bambu yang tadi ku lewati, yang kanan terdapat hutan belantara. Aku bingung harus pilih yang mana, kanan atau kiri."Pilihlah yang kanan, Nduk."Namun tiba-tiba suara
"Sholat maghrib dulu yuk!" Seru Irpan pada semuanya."Tumben lu bener," ucap Bang Adnan."Maksudnya?" ucap Irpan pura-pura tidak tahu."Heran aja kalau lu bener, biasanya lu kan sabl3ng." ucap Bang Adnan sambil terkekeh."Si Irpan udah punya istri Bang, kudu bener kalau enggak, nanti di pecat jadi suami." timpal Mbak Puspa.Sedangkan Irpan hanya misuh-misuh menggemaskan."Sudah, sudah yuk kita sholat magrib dulu." ajak Ayah menengahi.Semuanya mengambil wudhu, dan berkumpul untuk melakukan sholat berjamaah bersama."Tolong amin-kan doanya" perintah Ayah saat kami sudah melaksanakan sholat jamaah magrib.Setelah membaca doa yang selalu di bacakan rutin di setiap habis sholat, sekarang sepertinya Ayah menambahkan dua doa yang lainnya.*بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم*اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صِيَامِي فِيْهِ صِيَامَ الصَّائِمِيْنَ، وَقِيَامِي فِيْهِ قِيَام
Saat selesai melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid. Tidak sengaja aku mendengar pembicaraan ibu-ibu tentang kondisi Mega yang katanya semakin parah."Mega" lirihku sambil mengingat kejadian mengerikan. Saat Aku terjebak di kampung gaib itu.'Bagaimana aku lupa tentang Mega?' batinku, karena mungkin saat itu aku hanya fokus pada Irpan yang tengah menangisku pilu."Kok nasib si Mega sama Bu Melda ini jadi kaya gitu ya Bu?" tanya ibu-ibu."Itulah akibatnya kalau bersekutu sama ib lis" "Saya juga gak nyangka. Saya pikir Bu Melda sama Mega itu orang baik-baik, gak neko-neko eh gak tahu-nya.."Sebenarnya aku juga tidak menyangka, bahwa ibu dan adik tiriku telah bersekutu dengan mereka."Kadang kita juga tidak bisa menilai orang dari luarnya saja, Bu. Sebab kita nggak tahu dalamnya hati orang itu kayak gimana""Tapi itu gimana keadaan Mega, Bu? Dia masih di rumah sakit?" tanya ibu-ibu lain.Mega ada di rumah sakit. Aku pikir dia masih terjebak di kampung gaib itu, Aku kira dia ju
"Pak, nanti kita beli makanan buat sahurnya di luar ya?" ucap bang Adnan saat kami berjalan menuju rumah."Gak perlu Nak Adnan. Lebih baik makan di rumah, kalau di luar takut boros" tolak ayah."Y-yah sebenarnya bahan-bahan di dapur sudah habis, hanya tersisa tiga butir telur dan itu udah di masak buat tadi buka puasa" ucapku sambil menyengir kuda."Berarti kita boleh beli makanan di luar ya Pak?" tanya bang Adnan kekeh."Yaudah boleh" ucap ayah menyerah.Aku dan Irpan masuk kedalam Sesampainya di rumah kami langsung bersiap-siap. Aku dan Irpan masuk kedalam kamar untuk bersiap-siap, aku memilih memakai gamis dan kerudung yang senada, lalu mempoles wajahku tipis tipis."Teh, jangan cakep-cakep" perintah Irpan.Irpan menghampus lipstik yang a di bibirku, dan juga bedak yang menempel di wajahku."Kecantikan seorang istri, hanya boleh di perlihatkan kepada suaminya" ucapnya padaku."Tapi kang, aku pakai ini biar gak pucet" protesku."Dengerin kata saya teh. Berhias memang di perbolehkan
"Beb! Jangan takut, sini inces gak gigit kok" ucap waria itu dengan nada centil."Pait ... pait pergi lu k u y a n g" ucap Irpan, pria itu lari saat di dekati oleh inces."Ih kok inces di sebut k u y a n g sih, jahat banget tahu beb" ucap inces pada Irpan."Tante udah cukup ya, ini suami saya bisa kena sawan" ucapku."Tente-tante, panggil saya inces" ucapnya dengan mengibaskan rambut palsunya."Mana ada inces modelannya kayak lenong begitu" ceplos Irpan.Aku dan semuanya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Irpan."Ih kok malah ngetawain inces sih, yaudah deh inces pengen nyanyi aja. Abang-abang nanti sawer ya" pinta inces.Inces mengeluarkan kecrekkannya dari dalam tas."Pertemuan yang kuimpikan~~Kini jadi kenyataan" Inces bernyanyi sambil menujuk pada Irpan."Pertemuan yang kudambakan~~Ternyata bukan khayalan" Inces melanjutkan nyanyian sambil mendekat perlahan pada irpan.Bruk! Karena begitu ketakutan dengan waria, Irpan langsung pingsan di tempat."Akang!" "Waduh si abang p
"Ehemm ... Cie yang pagi-pagi udah basah nih" goda mbak Puspa."Emang mbak enggak?" tanyaku balik menggodanya."Enggak, bang Adnan di suruh puasa dulu sampe dede bayinya empat bulan" ucap mbak Puspa."Alasannya kenapa mbak?" tanyaku kepo."Ya gitu deh, kalau hamil muda itu masih rentan," jawabnya."Tapi, bang Adnan-nya sampai sekarang aman kan mbak?" tanyaku sambil terkekeh."Aman cuma kadang-kadang suka kejang-kejang aja" ucapnya yang membuat aku tertawa terbahak-bahak.Sambil mengobrol ngalor ngidul. Tak terasa aku dan mbak Puspa sudah menghangatkan makanan untuk semuanya sahur."Pantesan si cepmek bawaanya sentimen mulu, ternyata lagi puasa malamnya demi dede bayi" ledek Irpan, saat pria itu baru saja keluar dari kamarnya dengan rambut basah.Bang Adnan tak mengubris ucapan adiknya, pria itu hanya menampilkan wajah masamnya.Aku dan mbak Puspa menatap bingung pada Irpan.'Apa dia menguping pembicaraanku tadi dengan mbak Puspa?' tanya batinku."Kayak gue dong bang, puas tiap malam.
"Bagaimana ini, Pak?" "Coba di tambahkan lagi kain kafannya, dan saya mohon pada semua warga yang berada di sini. Kita sama-sama berdoa untuk Mega agar segera bisa di kebumikan" perintah Pak Kades, dan Pak ustadz."Al-fatihah" ucap Pak ustadz mulai memimpin doanya.Setelah semua membaca doa untuk Mega, dan ke ajaiban terjadi, darah yang tadinya terus mengalir kini berhenti secara mendadak."Alhamdulillah" ucap warga serempak."Teh, kok firasat saya gak enak ya" ucap Irpan sambil mengeluarkan keringat sebesar biji jagung."Lu fobia sama darah atau gimana?" tanya bang Adnan."Enggak. Tapi kayaknya firasat gue gak enak aja Bang. Lu sebaiknya bawa mbak Puspa menjauh dari sini deh Bang " jawab Irpan sambil menyuruh bang Adnan membawa istrinya, dari kerumunan orang yang ada di sini."Akang kenapa?" tanyaku khawatir karena tiba-tiba wajahnya pucat."Teh awas!" teriak Irpan sambil menarik lenganku.Kulihat semua mata tertuju pada kami. Wajah mereka terlihat bingung saat Irpan berteriak kenca
Dulu ia selalu menyakiti wanita yang begitu tulus dan menghormatinya, ia bahkan tak memikirkan perasaan wanita itu saat meminta sang putranya menikah lagi.'Ya aku pantas untuk mendapatkan ini semua'batin bu Harti."Sudah pak bawa mereka!"Titah Bu Nina."Mikeee! Tolong abang Mikee."Mohon Pan Anton."Bang, seperti aku sudah ga bisa jadi istrimu lagi. Kita berpisah saja"Ucap Mikee wanita itu malah pergi meninggalkan Pan Anton, yang mematung.Wajah melas itu sekarang kembali menatap Bu Harti."Bu. Tolong bapak, bu. Tolong lepaskan bapak nanti ya"Pinta Pan Anton."Tadi kau menghinaku dan memiliki wanita j a l a n g itu, sekarang dengan tak tahu malu mau ku bebaskan. Jangan harap!"Ucap Bu Harti."Jangan kebanyakan drama. Sudah bawa sana pak.___Assalamualaikum...Buat sahabat Novel Lutviana, terimakasih sudah bergabung, salam kenal ya, boleh tuker nomor WA 085772683317 japri ya n
Wajah Rani yang ketakutan seketika cerah kembali, ia mencoba melawan rasa takutnya."Silahkan laporkan saja. Saya juga akan melaporkan suami ibu"Ujar Rani dengan angkuhnya.Ruan menggeleng kepalanya, tak mengira adik tirinya yang selama ini di anggap polos, ternyata seperti orang yang sudah banyak pengalaman melawan para istri dari lelaki bersuami."Kalau sampai kami di penjara, suami ibu juga akan masuk penjara. Apa ibu mau jadi janda, hah?" Timpal Rini."Kalian mau ngancam saya? Hahaaa saya mana perduli, dengan suami bej@t yang sudah meniduri kalian. Saya lebih baik menjanda dari pada hidup dengan pria samp@h seperti itu" Tegas Bu Nina."Bagaimana ini kak?" lirih Rini pada Rani."Kakak juga ga tahu"Jawab Rani."Aku ga mau masuk penjara" Rini ketakutan setengah mati saat membayangkan dirinya di dalam penjara nanti."Ini semua gara-gara bapak" Ucap Rani.Kedua gadis itu memandang bapaknya dengan pe
Sampainya Ryan di rumah Aisyah yang dulu. Di sana sudah ada kejadian ribut-ribut, seorang ibu paruh baya menjambak kasar rambut Rani, wanita itu membabi buta memukul dan menghantam tubuh kecil Rani.."Boneka kecil j a l a n g!"Teriak Wanita itu yang ternyata bermana Bu Nina."Arrggg lepaskan"Ujar Rani kesakitan. ia mencoba melepaskan genggaman tangan Bu Nina dari rambutnya.Ryan segera berlari menghampiri mereka."Ada apa ini, Bu?"Tanya Ryan, yang langsung melerai keduanya.Bu Nina melepaskan genggamannya, napasnya turun naik"J a l a n g s i a l a n, masih muda sudah m u r a h a n. Dasar wanita ga laku "Ucap Bu Nina menggebu-gebu.Rani yang tak terima langsung membalas ucapan pedas Bu Nina."Heh, Bu. Jangan salahkan saya dong, harusnya ibu ngaca, body ibu ini sudah seperti karung beras, dekil dan kumel. Ya jelas suami ibu kecantol sama saya yang masih muda"Ejek Rani.Wanita paruh baya itu semakin kesal, ia
Saat Rama membawa masuk Ryan ke dalam rumahnya. Lelaki itu terpaku, pada saat menatap apa yang tengah di lihatnya sekarang."Aisyah.."Panggil Ryan.Semua yang berada di meja itu m yadengan, termasuk Aisyah.Ryan tersenyum, menatap wajah Aisyah yang hari ini begitu sangat-sangat cantik.Ia menyadari seberapa bodohnya dia, sudah meninggalkan mantan istrinya itu.Rama yang menyadari tatapan itu tak suka. "Cepat, apa yang mau kamu sampaikan pada istriku? "Bolehkah aku hanya berdua dengannya? Sungguh aku tak akan berbuat macam-macam"Ucap Ryan.Rama yang merasa geram. Ia hampir menonjok pipi Ryan, namun di cegah oleh teriakan Aisyah."Mas, jangan...."Cegah Aisyah lalu beralih menatap Ryan"Dan kamu. Maaf saya tidak bisa jika hanya berbicara berdua, karena kita bukan muhrim. Kalau mau berbicara denganku maka ucapkan di sini, di hadapan suami dan keluarga baruku, atau tidak sama sekali."Tegas Aisyah.
Selamat pagi Kio tampan" Sapa Aisyah saat melihat bocah gembul itu, baru saja keluar dari kamarnya."Ayo makan sarapannya dulu, sayang"Seru Aisyah.Kio yang sudah rapi dengan pakaian seragamnya, berjalan ke arah meja makan."Papa sama nenek belum keluar, Mah?"Tanya Kio."Sebentar lagi" Jawab Aisyah.Tak lama Rama, dan Bu Puspa keluar dari kamar mereka masing-masing."Aduh, cucu nenek sudah tampan"Ucap Bu Sarah."Aduh bidadari surganya Rama, cantik banget hari ini."Goda Rama. Semejak menikah dengan Aisyah hidupnya begitu berwarna, tak ada hari tanpa gombalan dan godaan untuk istrinya itu."Papa nih, pagi-pagi sudah gemblong"Ucap Kio dan itu membuat Aisyah dan Puspa tertawa."Bukan gemblong sayang, tapi gombal" Larat Aisyah. Lalu mereka duduk di kursinya yang seperti biasa, semua sudah mulai memakan makanannya dengan lahap, kecuali Aisyah. Wanita itu tak makan bahkan tak minum sama sekali hari i
"Bapak!..."Jerit Rani dan Rini."Kamu pembunuhan!" Mereka menatap tajam wajah Ryan."Sudah lebih baik kita obati dulu. Ayo bantu ibu, kita bawa ke kamar"Titah Bu Harti.Marni yang mendengarnya langsung mencegah mereka" Ett... Mau ke kamar? Tidak bisa, kalian harus segera pergi dari rumahku."Ujar Marni."Dasar kakak ipar jahan@m! Tak punya hati kau mengusir kami, dengan kondisi yang bapak seperti ini"Umpat Rani dan Rini."Bodo amat. Aku tidak perduli dengan tua bangk@ itu, yang jelas kalian harus keluar sekarang!"Ucap Marni dengan angkuh.Ryan langsung mendekat pada sang istri, ia memenangkannya."Sayang, biarkan mereka mengobatinya terlebih dahulu. Jika dia mati aku pasti akan di penjara, dan tak bisa bersama kamu lagi"Ucap Ryan, sebenarnya ia juga takut jika kejadian ini di laporkan pada polisi, ia memang salah, karena sudah lepas kontrol tubuhnya."Baiklah. Aku beri waktu kalian 3 jam dari sekar
Tanpa aba-aba Ryan langsung berlari, ia tak ingin terjadi sesuatu di antara keluarganya.Walaupun saat ini ia berat untuk melangkah, karena nantinya akan sulit sekali bertemu kembali dengan mantan istrinya.Namun yang terpenting saat ini adalah keluarga, sebab Ryan tak ingin hidupnya hancur untuk kedua kalinya."Hentikan! " Teriak Ryan. Saat ia sampai di kediaman Marni.Di sana Rani dan Rini, rambut mereka begitu terlihat kusut, tak jauh beda dengan Marni, penampilannya sekarang begitu kacau."Sebenarnya ada apa, ini? Kenapa kalian bisa ribut-ributan kaya gini?""Adik tirimu yang tidak tahu diri itu, telah mencuri perhiasanku."Ucap Marni."Kami tidak mencurinya, kami hanya meminjamnya sebentar, tapi mbak marni langsung menuduh kami pencuri"Jelas Rani dan Rini."Benar itu, lagian sekarang apa yang kamu miliki, itu juga milik kami, karena kami sebagai keluarga dari suamimu, jadi sah-sah saja, kalau kami
Pagi harinya Rama keluar kamar dengan rambut basahnya."Bagaimana tadi malam?" Tanya Bu Puspa. Membuat tubuh Aisyah menegang."Puas, Bu. Mengerjai anak ibu sendiri" Jawab Rama membuat Aisyah merona."Ibu doakan semoga Aisyah segera cepat mengandung""Aamiin" Sahut Rama. Namun Aisyah hanya menjawab dengan suara lirih."Papa..." Panggil Kio.Anak itu berlari memeluk Papanya."Papa, semalam kata nenek. Papa mau bikin adek buat Kio ya? Terus sekarang mana adeknya?" Tanya bocah itu."Kan butuh proses sayang. Nanti Papa usahakan lebih giat lagi, sama mamah?" Ucap Rama sambil mengedipkan satu matanya oada Aisyah."Mamah? Jadi tante Aisyah sekarang jadi mamah aku?. Asyik!!" Teriak Kio kesenangan."Iya sekarang Kio panggilnya jangan tante lagi, tapi mamah. Kio juga harus jadi anak mamah yang baik ya" Tutur lembut Bu Pusp dan Adnan pada cucunya.____________"Ayo jagoan kita b
"Bu...." Panggil Ryan menghampiri sang ibu yang menangis di dalam kamarnya."Ngapain kamu kesini? Jangan perdulikan ibu lagi, kamu urus aja istrimu itu "Sentak Bu Harti, Ia masih kecewa pada putranya."Bu, aku minta maaf. Kalau aku sudah menyakiti hatimu, tapi ibu juga salah, seharusnya ibu jangan menampar Marni. Dia tengah mengandung cucu ibu. Ibu jangan kasar sama dia" Ujar Ryan.Bu Harti semakin kecewa mendengar ucapan ulang putranya. Ternyata anaknya lebih percaya kepada istrinya daripada ibunya sendiri.Kamu masih mengira ibu berbohong. Dasar anak durhaka! Bagaimana bisa kamu tidak mempercayai ibumu sendiri, dan lebih mempercayai istri licikmu" Tuding Bu Harti."Kenapa ibu bilang seperti itu? Padahal selama ini aku selalu menuruti semua keinginan ibu, bahkan aku juga rela kehilangan aisyah, gara-gara ibu yang menginginkan marni untuk menjadi menantu ibu satu-satunya, ibu yang memaksa aku menikah dengan marni, jadi aku tak i