Kegiatan hari ini diawali dengan senam bersama yang sudah dilakukan tadi dan sekarang berganti semua peserta mos harus mendapatkan tanda tangan dari semua kakak osis tanpa terkecuali. Jadi harus dapet semua. Ada yang gampang dimintain ada juga yang susah kalo tipe orang nya keras.
Acara minta tanda tangan ini juga sebenernya hiburan buat para panitia karena bisa mengerjai para peserta mos nya. contohnya seperti yang dilakukan oleh Reinan, Owen,Harris, Cakra dan Hanif ini.
Sebut saja mereka Delvin, Chiko, Rasha, Madha dan Barga yang sudah keringat dingin nih tidak tahu akan diberi tantangan apa hanya untuk sebuah tanda tangan.
Harris berjalan sambil menyedekapkan tangan di dada menatap satu persatu kearah calon adek kelas nya ini. “Tegang amat sih muke lo pada, santai aja kali. Kita ga bakal galak kalau lo pada ga ngeyel.”
“Kesini mau ngapain?” tanya Hanif singkat.
“Mau minta tanda tangan, Kak.” Jawab mereka serentak.
“Nanti kan ada demo ekskul, lo pada mau masuk mana? Kepo aja sih gua.” Owen mengambil buku mereka satu-satu dan mulai dia beri tanda tanganin.
“Pengen nya sih dance Kak. Soalnya denger dari temen juga ekstra dance disini tuh bagus,” jawab Delvin.
“Iya gua juga pengen masuk dance sih, Kak,” sahut Rasha.
“Kalo ntar mau daftar langsung ke Harris aja nih, ketua ekskul dance dia.” Cakra nepuk pundaknya Harris pelan. Tangannya juga memberi tanda tangan pada buku mereka berempat. “Tapi tanda tangan gua mahal nih, ga mungkin gua kasih gratis ke kalian.”
“Terus kita harus ngapain, Kak?” tanya Rasha gugup.
Cakra menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan kanannya dia. “Gampang, lo cari dimana Dito terus bilang ke dia kalo lo suka sama Rachel dan besok lo mau nembak Rachel terus liat deh ekspresi nya Dito gimana.”
Rasha menelan ludah nya kasar. “Kak Dito? Ga ada yang lain aja Kak? Apa aja deh asal ga berurusan sama Kak Dito.”
“Yah payah lo,” cibir Hanif. kaya sendirinya berani aja sama Dito. “Takut ama Dito tapi kalo gua suruh mintain satu helai rambut nya Ken, bisa ga lo?” tantang Hanif.
“Gimana cara nya kak?” tanya Rasha plongo.
“Ya gua gamau tau lo dapet itu rambut gimana,” bales ketus Hanif.
“Yaudah deh daripada hadep-hadepan sama Kak Dito.” Rasha ngangguk pasrah. Rasha pun berjalan pergi untuk mencari dimana Ken berada.
Reinan, Hanif, Harris sama Cakra menahan ekspresi nya untuk tidak tertawa pasalnya Ken dan Dito ini sebenernya sama-sama yang paling garang diantara anak osis cowo yang lain.
Reinan menepuk pundak Barga. “Tugas buat lo, tuh liat disana ada Becca, Rachel, Zarra sama Shasha,” Tunjuk nya ke arah para gadis yang duduk di depan koridor kelas 12.” Gua mau lo gombalin salah satu diantara mereka kalo udah nanti gua kasih tanda tangan gua di buku lo.” Senyum milik Reinan memang manis banget tapi perintahnya itu tidak ada manisnya sama sekali.
“Oke,” jawab Barga dengan muka lempengnya. lalu pergi kearah dimana Becca cs duduk.
Sekarang tersisa Chiko, Madha dan Delvin yang belum mendapat giliran. Jujur mereka deg-degan sih akan mendapat tantangan apa dari para kakel osis nya ini.
“Diantara lo bertiga ada yang bisa main gitar?” tanya random Owen.
Delvin mengacungkan jarinya tangannya tanpa ragu. “Gua kak.”
“Bagus, sekarang ambil gitar di ruang osis terus lo main apa kek lagu terserah di tengah lapangan abis itu tembak cewe yang lo suka disana,” ucap Owen lalu tersenyum jahil.
“Hah??” seru kaget Delvin.
“Keong deh lo, buru sana.” Cakra mendorong pundak nya Delvin.
“Ah iya kak.” Delvin berjalan gontai dan mencari dimana itu ruang osis.
Hanif dan Devon melihat kearah Madha dari rambut sampai ke sepatu. “Lo siapa nya Dito? Muka nya kok mirip,” ucap Hanif yang baru sadar akan kehadiran adek kelas nya yang satu ini.
“Bukan siapa-siapa nya Kak Dito, kenal aja ngga,” bales datar Madha.
“Mana buku lo berdua mau tanda tangan ga?!” sentak Reinan yang mungkin udah ga mood buat main-main lagi.
Chiko dan Madha segera memberikan buku mereka untuk ditanda tangani Harris, Reinan, Owen, Cakra dan Hanif. Rasha berhasil mendapat satu helai rambut nya Ken walaupun harus kena semprot dan makian habis-habisan dari cowo itu dulu. Delvin juga sukses dengan gandengan baru namanya Yuri hasil tantangan tersebut.
Barga yang awalnya mengalami keringat dingin juga akhirnya memberikan gombalan pada Shasha biar dia cari aman saja karena tiga cewe lainnya seperti macan betina di semua dimatanya. Semua peserta mos di kumpulkan lagi di aula untuk menyaksikan demo ekskul yang dibuat oleh para kakak kelas. Kira-kira butuh waktu 15 menit persiapan.
***
Rachel pulang ke rumah bareng sama Dito setiap hari. Jarak rumah mereka juga tidak begitu jauh. Deket banget. 3 menit sampe. Setiap pulang ke rumah rasanya sakit yang di dapat terus. Di rumah ada mama dan saudara tiri yang sepantaran dengan Rachel. Orang tua nya bercerai dan papa nya menikah lagi. mama nya juga menikah lagi dan punya kehidupan sendiri.
Udah dari lama Rachel ingin tinggal bersama mamanya saja daripada disini dengan papa nya yang sudah tidak peduli lagi sama dia dan lebih memperhatikan keluarga baru nya.
“Abis ini istirahat jangan pikirin hal lain dulu. Badan sama pikiran kamu capek butuh di istirahatin. Tidur yang cukup buat besok kita terakhir nge mos in mereka.” Dito mengusap punggung tangannya Rachel yang ada di atas spion motornya.
Rachel ngangguk. “Kamu juga. sabtu atau minggu ini aku pengen ketemu mama. Pengen nginep disana. Muak aku disini liat nya Tiana sama Tante Naya terus,”
“Aku temenin deh nanti kamu ke rumah Tante Sella sekalian nepatin janji tuh buat main bareng Om Brian, papi kamu nagih terus tuh pengen nge basket bareng.” Dito menoleh ke belakang badannya Rachel di dalem rumah ada Tiana yang sedang melihat kearah mereka. “Nanti kalo si Tiana ngomong apa aja gausah di ladenin.”
“Sip, sana kamu pulang gih nanti di cariin, hampir maghrib ini.” Rachel menoleh ke arah langit yang mulai gelap.
“Abis liat kamu senyum dulu baru aku pulang. Malem minggu besok jalan mau ga?” ajak Dito.
“Mau kemana? Kaya orang pacaran aja keluar cuman pas malming doang.” Rachel melihat kearah sepatunya di bawah.
Dito menghembuskan nafasnya pelan. Dia turun dari boncengan motornya lalu menarik Rachel kedekapannya. “We’re more than a lover, aku tau kamu masih suka sama hubungan kita yang kaya gini tapi kalau kita udah sama-sama siap aku bakal tembak kok.” Dito menaruh dagunya tepat diatas kepala milik Rachel.
“Hm. Dah sana pulang nanti kamu di cariin mama kamu.” Rachel melepaskan diri dia dari dekapan milik Dito.
“Huum.” Dito menuntun motor cbr repsolnya dia ke rumah yang ada di sebelah rumahnya Rachel.
Rachel masuk ke dalem rumah melihat Tiana sedang nonton tv. Rachel berjalan cuek saja karena yah badan dia sudah capek sekali ingin segera istirahat.
“Anak mama udah pulang, mandi terus nanti makan di bawah ya ini mama udah masak makanan kesukaan kamu.” Naya muncul dari dapur dengan dia yang masih memakai celemek.
Rachel menghentikan langkah kakinya lalu menoleh kearah Naya. “Mama? Sejak kapan lo jadi nyokap gua? cewe perusak keluarga orang lain kaya lo ga pantes buat gua sebut mama.”
Naya kaget begitu juga Tiana dan Jaka yang baru pulang kerja. “Jaga ya omongan lo ke mama!” sentak Tiana ga terima.
“Kenapa? Ga terima? Ga suka? Gua ga perlu jaga omongan gua ke lo atau pun nyokap lo ini karena lo dan nyokap gatau diri lo ini udah ngerusak keluarga gua! hancurin harta paling berharga yang gua punya!” bales Rachel ga kalah nyaring.
“RACHELI! YANG SOPAN SAMA MAMA KAMU!” bentak marah Jaka terhadap Rachel.
“Dia bukan mama ku! ga akan pernah jadi mama ku! mama ku cuman Mama Sella!”
Plak
Jaka malayangkan pukulan tangannya ke pipi anak kandungnya ini karena menurut dia perkataan Rachel sudah keterlaluan dan sebenarnya gadis itu berbicara sesuai fakta.
Rachel memegang pipi nya yang memerah sempurna. Menatap balik Jaka dengan tatapan marah. “Papa emang bener udah ga sayang sama aku lagi. urusin aja tuh keluarga baru nya. I’m so fucking done with all of you.” Rachel berlari masuk ke kamar nya dan membanting kencang pintu kamar nya.
Jaka memandang tangan kanannya dan rasa bersalah mulai menyeruak dari tubuhnya. memandang sendu ke tangga menuju arah lantai dua dimana kamar Rachel berada.
Hari terakhir masa orientasi sekolah dimulai dari apel pagi sekaligus pelepasan kartu identitas bagi seluruh peserta mos. Pada hari pertama pemimpin upacara dipimpin oleh Dito dan di hari terakhir ini dipimpin oleh Resta. Dengan ada Ken, Cakra dan Aisha sebagai danton untuk masing-masing kelas.Seusai apel semua peserta digiring untuk masuk kembali ke dalam aula karena akan ada demo eksrakuliler dan beberapa acara lainnya sebagai penutupan. Demo ekskul pun dimulai. Tidak munafik juga peserta mos maupun anak osis menikmati sekali hiburan ini walaupun mereka capeknya luar biasa.Di tengah keriuhan acara di aula tidak ada yang sadar kalau Juna dan Rachel itu menghilang sebentar untuk ngomong di ruang osis. Mereka ini masih ada darah sepupu dan sebenarnya Juna dan Rachel sudah seperti kakak dan adik sungguhan. Juna cukup khawatir melihat keadaan Rachel dari awal masuk memakai masker berwarna hitam pula.“Kenapa tuh muka lo? Jerawatan?” tanya Juna sambil
Kira-kira di warung Mak Ecih ada 20 anak osis yang memang lagi nongkrong disitu. Memanfaatkan kecepatan wifi yang cepat kalau untuk bermain game membuat Haikal, Pasha, Alby, Felix, Hanif, Eric, Gavin, Bintang dan Cakra ini mabar di handphone mereka masing-masing.Di bagian tempat lain ada Rahdan, Harris, Dean, Reinan, Resta, Ken, Dito dan Gio sedang asik merokok. Jangan salah walaupun mereka di sekolah mempunyai jabatan yang lumayan tinggi mereka semua tetaplah anak sma biasa yang ingin kebebasan. Di sebelahnya ada Surya dan Sandya yang lagi menghabiskan makan siang mereka.Juna ingin minum sesuatu yang dingin untuk menjernihkan pikirannya ini pun membuka kasar kulkas lalu ngambil kaleng coca cola. Dia meneguk cola tersebut sampai habis. Kaleng yang dipegang sampe tidak berbentuk lalu dia lempar ke tempat sampah.“Bangsat,” desis nya pelan.Juna ngambil satu batang diatas meja dan dia ikut menghirup kepulan
Rachel, Serena, Juna dan Reinan masuk ke kelas mereka secara bersamaan karena memang mereka satu kelas. Serena bingung saat Reinan memindahkan tasnya dari kursi sebelah Juna ke bangku milik Felix dan otomatis Serena jadi duduk sebelahan sama Felix.Reinan lebih banyak diam dan tidak menggoda ke Serena membuat gadis itu merasa ada yang janggal. Agak menjauh terus menjaga jarak juga kesannya. Serena mencubit pundak Juna yang duduk di depan bangku dia sama Rachel.“Apasih anjing? Sakit tau!” Juna memutar badannya menghadap belakang.“Si Reinan kenapa sih kok aneh gitu. Ga biasanya dia diem gitu jir,” kata Serena sesekali melirik kearah Reinan yang menyumbat telinganya menggunkana headset.Felix dan Juna berpandang-pandangan. “Di ceritain ga?” tanya Felix ke Juna.“Kenapa emang?” tanya Serena penasaran.“Sebelum gua cerita, lo ada hubungan apa sama Harris?” tanya balik Juna.
Pulang sekolah seperti biasa ada rapat osis untuk membahas proker yang akan dilaksanakan termasuk perayaan Sukma Cup sebagai bentuk dukungan perayaan hari ulang tahun sekolah mereka.Sebelum rapat ada jeda setengah jam buat jajan dan segala macem. Juna, Surya, Resta dan Haikal pergi ke kamar mandi. Tujuan anak cowo ke kamar mandi bareng selain buat pipis apalagi kalo bukan merokok. Tapi Surya, Resta dan Haikal masih sadar diri untuk tidak merokok dan memilih vape aja.Juna mengeluarkan rokok yang sudah dia bawa sebelumnya. Menyenderkan badannya ke tembok dan menghembuskan perlahan asap tidak sehat ini. Biasanya kalau ada razia rokok si Juna akan maju paling depan tapi sekarang malah dia yang ada disini dan sedang menikmati barang yang sebenernya pantang untuk dia sentuh lagi.“Lewat mah lewat aja! gausah julidin gua, mau gua sundut rokok congor lo?!” sentak Juna dengan tatapan mengintimidasi ke para siswa yang lewat sambil berbisik.&
Serena berangkat ke sekolah menggunakan kaca mata hitam yang jelas menarik perhatian satu sekolah. Banyak yang nyinyir, julidin dan yang heran juga banyak. Termasuk teman-teman sekelasnya kecuali Reinan lah.Padahal kaca mata nya ini untuk menutupi mata gadis itu yang bengkak karena menangis semalaman. Pak Joshua yang notabene guru yang acuh pun sampai menanyakan kenapa muridnya pakai kaca mata hitam selama pelajaran.“Serena, kenapa itu pake kacamata item dalem kelas?” tanya Pak Joshua.“Lagi sakit, Pak. Malu saya kalo di buka,” jawab asal Serena.“Haduh kenapa ga di rumah aja ampe sembuh? Nanti kalo malah nularin temen-temen kmu gimana?” omel Pak Joshua.“Ya ga bisa gitu dong, Pak. Kan saya semangat banget buat ikut jam nya Bapak jadi saya harus masuk. Ga bakal kena kalo saya ga copot kacamata nya Pak.” Pinter banget ngeles nya.“Yaudah, keluarkan kertas kita ulangan.”&ldq
Geezca mendatangi kelas Dito di 11 IPA 3 lalu mengajak pemuda itu ke taman karena ada yang ingin dibicarakan. Onda dan Hanif sudah heboh saja saat Geezca mendatangi Dito. Mereka duduk disalah satu kursi taman yang tidak banyak didatangi siswa lain.“Kalo ga ada yang mau di omongin gua cabut,” ucap Dito datar.“Tunggu. Gua bingung mau ngomong nya dari mana.” Geezca menggigit bibir bawahnya gugup.Dito liat jam di tangan kiri nya. “Cepet. 5 menit lo ga ngomong gua tinggal.”Geezca mengangguk dan menoleh ke Dito yang duduk di samping kanannya. “Gua sayang sama lo, Dit. Gua mau lo jadi cowo gua,” kata Geezca.Dito langsung berdiri dan melihat Geezca dengan tatapan tajamnya. “LO GILA?! OTAK LO DIMANA? GA ADA OTAK LO!” Bentak Dito kasar.Geezca pun juga ikutan berdiri. “Iya! Dan semua nya itu karena lo!”“Sampe kapan pun juga gua ga akan pernah nerima cewe sakit k
Juna sudah menghabiskan waktu nya hampir 4 jam di balkon rumah nya untuk meninju sarung yang biasa Juna pakai untuk latihan kick boxing. Peluh sudah membanjir di semua bagian kaus yang pemuda itu pakai.Juna yang masih dalam fase hancur ini terus melanjutkan kegiatan nya untuk meredakan emosi sekaligus menaikkan suasana hatinya. Pintu kamarnya diketuk pun tidak menghentikan Juna dari aktifitasnya.Tok tok”Masuk!”Bi Esih memasuki kamar milik Tuan Muda nya ini dan memberitahukan ada yang sedang mencari Juna“Koh, di bawah ada temen nya tuh nyariin Kokoh,” kata Bi Esih.“Cewe atau cowo?” tanya Juna yang melepas sarung tinjunya lalu mengambil handuk diatas meja. Mengelap keringat yang ada dimuka gantengnya.“Cewe, Koh. Meuni geulis pisan, Koh,” jawab Bi Esih.Juna mengerutkan alisnya heran. “Yaudah suruh nunggu dulu, Bi. Aku mau beresin
Rumah milik Brian—Papinya Rachel sedang ramai sekali karena mereka sedang open house seusai merayakan perayaan imlek kemarin. Saudaranya Sella, Brian dan Rachel semua tadinya ada walaupun setengah dari mereka sudah pulang. Rachel juga mengundang teman dekatnya untuk datang. Karena sebagian sahabatnya adalah anak OSIS makanya Rachel mengundang mereka semua.Selesai mengisi perut sampai kekenyangan para anak cowok mengatakan ingin bermain basket di lapangan dekat perumahan rumahnya Rachel. Niatnya ingin membakar lemak setelah menghabiskan banyak makanan.Rahdan mengambil alih bola basket yang awalnya dipegang oleh Ken lalu memainkannya sebentar. Rahdan memilih Reinan, Juna, Devon dan Dito untuk menjadi teman satu timnya sedangkan untuk tim lawan ada Resta, Eric, Gio, Cakra dan Gavin.Sebagian dari anak laki-laki yang tidak ikut bermain menyuarakan suara mereka untuk yang sedang bermain di lapangan. Becca yang sedang duduk melihat saja tahu kalau Rah
Rahdan, Juna, dan Rachel datang menyusul Serena dan Simon yang sudah lebih dulu datang ke rumah sakit. Rachel langsung mendekat ke arah Serena lalu memeluk erat tubuh gadit itu yang sedang ada di titik paling rendah hidupnya, apalagi Serena melihat sendiri bagaimana keadaan Reinan usai kecelakaan itu terjadi.Juna meliha ke dalam ruangan unit unit gawat darurat yang lampunya saja masih menunjukkan warna merah, tanda operasi Reinan belum selesai. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter segera mengambil tindakan untuk meminimalisir hal yang tidak mereka inginkan pada Reinan. Rahdan mendudukkan dirinya di sebelah Simon, pria paruh baya yang sudah menganggap ia, Juna, dan Dito sebagai anaknya sendiri, karena sudah berteman dengan Reinan sejak anak itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak.“Gimana bisa Reinan kecelakaan kayak gini?” tanya Juna lirih.“Tadi gua kan lagi jajan sama dia, beliin pesanan kalian, terus Reinan liat Harris jalan dan pos
Kejadian penangkapan dari Resta beberapa waktu yang lalu, cukup menghebohkan seluruh siswa dan para guru yang mengenal baik bagaimana seorang Naresta Shaquille Tjandranegara, tidak ada yang pernah menyangka dan terbersit di pikiran mereka kalau Resta akan bisa bersikap seperti seorang psikopat berhati dingin, tidak berperasaan dan mati rasa terhadap semua korbannya.Dengan adanya peristiwa tersebut pun membuat sekolah langsung mengeluarkan Resta, walaupun pemuda itu sudah banyak menyumbangkan banyak piala penghargaan untuk sekolah, melalui prestasi yang sudah pemuda itu capai dari berbagai kejuaraan sains. Keputusan tepat demi melindungi nama baik sekolah juga beberapa siswa yang diduga berada di bawah tekanan Resta.Rahdan yang mengetahui semua kejadian itu secara tidak langsung, ikut bertanggung jawab atas kesehatan mental teman-temannya. Pasti tidak mudah mengalami semua masa itu sendirian. Terlebih lagi untuk Lia. Korban nyata untuk semua kekerasan yang sudah
Lia tepat berdiri di depan rumah berwarna hijau daun setelah memarkirkan mobilnya di halaman. Suasana rumah yang terkesan sunyi dari luar, malah membuat degup jantungnya berdetak semakin kencang. Ia menghembuskan napas panjangnya sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah tersebut.Gadis itu menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan. Lia menoleh pada sekelilingnya untuk memastikan apakah Rahdan dan yang lainnya sudah datang atau belum. Reinan dan Juna melambaikan tangannya dari balik tong sampah besar yang ada di depan rumah tetangga pemuda itu. Sementara Rahdan dan Harris bersembunyi di balik semak belukar yang tumbuh liar di sekitar halaman rumah Resta.Sebelum mereka sepakat untuk memulai aksi terbuka ini, Lia akan memecahkan apapun yang ada di sekitarnya sebagai pertanda kalau gadis itu memerlukan bantuan segera. Rahdan juga sudah konfirmasi ke Lia, untuk urusan polisi, Rahdan meminta bantuan kepada ayahnya yang bergerak di bidang itu dan beliau su
Selang beberapa waktu saat kesehatannya memulih, Lia mampir sebentar ke rumah sakit tempat Dito dirawat selama pemuda itu masih mengalami masa koma, memberi semangat pada Rachel dan orang tua Dito yang tidak pernah absen untuk menunggu kapan pemuda itu akan bangun. Ia menguatkan mereka yang masih setia di samping ranjang pemuda yang terlelap dalam damai.Setelah menjenguk Dito di rumah sakit, Lia beralih untuk menjalankan kuda besi yang ia kendarai menuju tongkrongan di mana Rahdan dan teman-temannya biasa berkumpul. Semua yang terjadi belakangan ini sudah melebihi batasan yang ia, Geezca, Aisha dan Eric lakukan untuk menghentikan Resta.Lia benar-benar nggak bisa menerima kejahatan yang pemuda itu lakukan. Apalagi menyangkut nyawa seseorang yang dia kenal dengan baik. Walaupun banyak kejahatan lainnya yang ia nggak tau atau Resta berusaha menyembunyikan terkait dengan dendam dia dimasa lalu.Gadis itu keluar dari mobil diikuti langkah kakinya yang tergesa-gesa
Semilir angin berhembus dari barat ke timur, membuat daun-daun yang ada di sepanjang halaman menuju parkiran sekolah, hawa disekeliling pun menjadi sejuk karena matahari yang sudah mulai turun ke peraduan. Dari arah kanan, sebelah ruang osis muncul Dito yang membawa tas juga tangan nya yang aktif memainkan kunci motor.Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah, menjemput rodeo—kuda besi besar yang selama ini menjadi tumpangannya ke sekolah dan juga mengikuti kegiatan balapan liarnya yang masih ia ikuti.Dito menoleh ke kanan dan kiri saat mendengar sebuah suara di belakang sana sebelum ia memakai helm full face dikepalanya, pada jam seperti ini seharusnya semua siswa sudah pulang semua, menyisakan dirinya dan satpam yang berjaga di pos depan.Kegiatan di sekolah hari ini sungguh membuatnya ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat dengan segera. Tugas sekolah, ulangan mendadak belum lagi kewajiban nya sebagai ketua ekstakulikuler paskibra, benar-
Pekarangan rumah milik Rachel penuh dengan dua mobil yang berjejer rapi dengan bagasi bagian belakang pintunya terbuka lebar. Padahal hanya berlibur dua hari satu malam saja tapi barang-barang yang di bawa oleh para anak perempuan begitu banyak. Seperti ingin pergi lebih dari sebulan saja. Di halaman yang tidak begitu luas, mereka—para anak adam—terlihat sedang memasukkan barang-barang bawaan berupa koper, bahan makanan dan peralatan untuk makan yang nanti nya akan mereka bawa ke vila. Rahdan dan Cakra menyesuaikan bentuk barang agar semua kebutuhan bisa masuk semua ke dalam bagasi. Nggak lupa juga Reinan membeli tiga set kembang api berukuran lumayan besar yang akan di nyalakan saat menjelang malam tiba. Mereka yang semula nya akan berlibur dengan jumlah personil lima belas orang harus menyusut menjadi kurang lebih sebelas orang saja. Di mobil pertama dengan Dito yang duduk di belakang kemudi, lalu Rachel yang duduk di sebelah nya sebagai navigasi berjaga-ja
Di minggu pagi yang cerah, suasana di rumah milik Rahdan terlihat sangat ramai dan penuh. Suara teriakan, canda tawa, sampai umpatan kotor pun bercampur menjadi satu. Mereka memang sepakat untuk pergi ke puncak tepat pukul sepuluh pagi. Tapi, dari jam delapan rumah Rahdan sudah ramai dengan keberadaan teman-temannya.Becca, Lia, Tyas dan Adine membantu Ranti membuat minuman dan membawa beberapa camilan untuk teman-teman anaknya. Serena, Shasha, Nancy, Gio dan Gavin sedang membuat video yang sedang ramai dibicarakan oleh banyak orang di salah satu situs menari.Sementara bujang seperti Juna, Harris, Cakra dan Rahdan memainkan game online bersama-sama, maklum sedang push rank. Begitulah bahasa gaulnya yang sering dipakai oleh remaja kekinian jaman sekarang.“Dito lama bener sih jemput Rachel, jangan-jangan pake kencan dulu kali mereka ya?” tuduh protes Juna mentah-mentah.“Paling lagi di jalan, gausah bawel,” timpal Gavin.
Pada jam pulang sekolah, semua murid berhamburan keluar dari sekolah. Jalanan terlihat penuh dan ramai dengan banyaknya murid yang sedang menunggu jemputan, membeli jajanan di depan sekolah atau sekedar nongkrong. Sama halnya di Warung Mak Ecih. Di parkiran warung banyak berjejer motor berbagai warna dan bentuk.Suasana di dalam warung pun sangat gaduh. Suara para bujang yang saling meneriaki satu sama lainnya. Juga, kepulan asap rokok yang menguap dimana-mana membuat ramai keadaan. Tidak banyak yang datang tapi ramainya luar biasa. Rahdan, Haikal, Dito, Dean, Darrel, Cakra, Harris dan bahkan Reinan pun ada disana. Walaupun awalnya pemuda itu enggan karena Harris ikut juga. Tetapi bujukan Dito mampu meluluhkannya.Rahdan dan Dean terlihat asik bermain gitar, sembari sebelah tangan mereka mengapit satu batang rokok dengan bara api yang menumpuk pada ujungnya. Dean yang bernyanyi sedangkan Rahdan juga mengiringi menggunakan gitar yang ia pangku di pahanya. Semuanya melak
Rahdan berjalan masuk menuju sebuah kafe tempat ia memiliki janji dengan teman-temannya, Eric, Geezca dan Aisha. Ia dihubungi oleh Eric, pemuda itu mengajaknya makan siang bersama. Saat memasuki kafe, keadaan ramai dengan orang-orang yang menghabiskan jam makan siang mereka di tempat ini. Semua meja terisi penuh baik yang di dalam maupun di luar ruangan. Banyak pelayan yang berlalu lalang membawa buku menu dan baki berisi makanan ke meja setiap pengunjung yang duduk.Rahdan tertegun dengan banyaknya pengunjung di kafe itu. ia kesulitan mencari teman-temannya. Bahkan saat Eric melambaikan tangan padanya, ia masih kesulitan untuk menemukan mereka. dengan sedikit usaha akhirnya, ia sampai di meja. Baru saja Rahdan mendudukkan badannya di kursi, Geezca sudah mencecarnya dengan berbagai pertanyaan saat Eric ingin memberikan buku menu pada Rahdan“Kemarin lo ngomong apa aja sama Resta? Dia nggak macem-macem kan? Lo ada yang luka nggak?” cecar Geezca dalam satu ka