Kira-kira di warung Mak Ecih ada 20 anak osis yang memang lagi nongkrong disitu. Memanfaatkan kecepatan wifi yang cepat kalau untuk bermain game membuat Haikal, Pasha, Alby, Felix, Hanif, Eric, Gavin, Bintang dan Cakra ini mabar di handphone mereka masing-masing.
Di bagian tempat lain ada Rahdan, Harris, Dean, Reinan, Resta, Ken, Dito dan Gio sedang asik merokok. Jangan salah walaupun mereka di sekolah mempunyai jabatan yang lumayan tinggi mereka semua tetaplah anak sma biasa yang ingin kebebasan. Di sebelahnya ada Surya dan Sandya yang lagi menghabiskan makan siang mereka.
Juna ingin minum sesuatu yang dingin untuk menjernihkan pikirannya ini pun membuka kasar kulkas lalu ngambil kaleng coca cola. Dia meneguk cola tersebut sampai habis. Kaleng yang dipegang sampe tidak berbentuk lalu dia lempar ke tempat sampah.
“Bangsat,” desis nya pelan.
Juna ngambil satu batang diatas meja dan dia ikut menghirup kepulan asap tak sehat itu bersama yang lain.
“Lah sebat, bos? Bukannya si Geezca kaga bolehin lo sebat lagi kan?” tanya heran Gio.
“Persetan, gua butuh ini sekarang.” Juna mendudukkan badannya diantara Resta dan Ken. Berada diantara dua cowo jangkung itu juga tidak membuat Juna merasa terintimidasi.
“Anjrit, lo kenapa ama Geezca? Masalah apaan lagi?” tanya Alby sampai keluar dari game yang mereka mainkan dan membuat teman-temannya mengumpati Alby.
“Gausah gua jelasin juga lo semua punya mata kan tadi. Bisa liat sendiri ada masalah apa sama otak nya Geezca tuh!”
Gila, banyak yang speechless karena belum pernah Juna mengatai cewe sampe se kasar ini apalagi cewenya itu Geezca. Pacarnya sendiri.
“Kenapa lo masih pertahanin dia yang ga bisa deserve lo balik? Banyak kali cewe yang naksir ama lo. Kaga usah jauh-jauh tuh Shasha aja demen sama lo,” ceplos enteng Gavin.
“Gua juga ga ngerti kenapa gua masih betah jalanin ini sama dia. Sebenernya ada beberapa pertimbangan yang gua pikirin. Yang paling utama gua gamau liat Rachel balik terpuruk kaya dulu. Udah cukup keluarga dia aja yang ancur. Gua ga bakal bisa nerima kalo orang yang bikin adek gua seneng di usik ama orang lain.” Juna membuka kaleng cola yang diambilin sama Reinan dengan satu tangan nya lalu dia minum.
“Kalo dia bukan cewe lo juga udah gua maki tiap hari, bangsat. Bilang in lah ke dia gausah chat gua kalo bukan urusan osis, caper ke gua. gua ke ganggu. Bukan cuman gua tapi Geezca udah bikin Rachel ga nyaman,” ucap datar Dito.
“Kalo gua ga sayang sama dia juga bakal gua marahin tiap hari,” Dengus kesal Juna.
“Tapi keliatan nya lo baik-baik aja gitu sama Geezca.” Sandya mengelus perutnya yang kekenyangan habis makan mie tadi.
“Ga semua yang di permukaan baik-baik aja dalem nya bakal adem ayem, San,” sahut Bintang.
“Tuh contoh nya Resta-Aisha, Cakra-Lia atau Gavin-Tyas-Felix.” Main tunjuk aja si Dean ke oknum yang bersangkutan.
“Bajingan kok jadi nama gua yang di sebut??” seru kesal Felix.
Kalau kalian ingin tahu saja permasalahan mereka itu apa jadi Resta dan Lia itu sudah bersahabat dari lama sekali. Semuanya apa-apa Resta pasti ceritanya ke Lia dan seperti menjadikan Lia prioritas untuk Resta begitu juga sebaliknya Lia ke Resta.
Aisha sih sudah bodo amat bahkan tidak perduli soal hubungan dia sama Resta dan malah sedang dekat dengan Dhika. Sementara Cakra juga merasa kalau hubungan dia sama Lia itu kesalahan. Cowo itu sedang mencari waktu yang pas untuk mengakhiri semua nya. Kalau hubungan nya Gavin-Tyas-Felix lebih rumit dari punya Resta-Lia-Cakra-Aisha.
Tyas baru menyadari kalau dia memiliki suatu penyakit yang tidak bisa kalau hanya punya 1 pasangan saja. karena dua cowo itu sudah sangat menyanyangi Tyas ya akhirnya mau lah Gavin dan Felix di jadikan pacar oleh gadis Orzora ini. Ya gitu kalo bucin jadi goblok.
Reinan yang habis kembali dari kamar mandi berjalan melewati kursi belakangnya Harris yang asik bermain handphone niat awal ingin mengageti oleh Reinan. Tapi begitu melihat dengan siapa Harris chattingan membuat amarahnya naik dengan cepat.
Reinan berdiri tepat di depan badannya Harris lalu menarik kaus hitam yang dipakai oleh pemuda itu dan mendorong badan pemuda Aldebra ini ke tembok. Semuanya terkejut dengan perlakuan Reinan terlebih lagi Rahdan yang duduk persis disebelahnya Harris.
“KENAPA SIH LO!” bentak Harris yang masih kena efek kaget.
“LO YANG KENAPA!” Reinan balas membentak Harris dan makin menekan tangannya dia di dada milik Harris. “Punya hubungan apa lo sama Serena!?” sentak Reinan menatap Harris penuh emosi.
“Eh eh jangan gelud sat omongin baek baek, jing!” seru Hanif panik.
“Gua deket sama Serena, kenapa?” ucap santai Harris.
Reinan mengeraskan rahang nya. “Otak lo dimana hah? Lo, kalian semua, anak osis lain juga tau gua lagi deket sama Serena terus seenaknya lo mau ambil aja gebetan gua!”
Harris tersenyum remeh. “Udah lah lo mundur aja dari Serena kaya gua gatau aja lo sama sekali ga di terima sama nyokap atau keluarga nya Serena. Lo sama dia beda, Rei. Gua saranin lo mending cari yang satu agama sama lo.” Harris melepas kasar tangan Reinan pada kaus miliknya dan menepuk pelan pundak milik Reinan.
“Anjing lo! Lo siapa berhak ngatur percintaan gua!” Reinan kembali melayangkan tinjuannya pada muka Harris.
Harris jatuh terduduk sambil memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah segar. Bibirnya menyeringai. Pemuda itu berdiri dan mencengkram balik kerah seragam Reinan. Membenturkan badan pemuda didepannya ke tembok dibelakang dekat dengan kulkas. “Gua temen lo! Gua sahabat lo, Rei! Gua cuma nggak mau lo semakin hancur karena perlakuan Tante Hilda ke lo, anjing! Hubungan beda keyakinan itu berat! Gua sebagai sahabat lo nggak mau liat lo diperlakuin kaya gitu! Lagipula mending gua bilang sekarang kalo gua dijodohin sama Serena. Jadi gua minta lepasin Serena.”
“Serius lo dijodohin ama Serena? Kapan anjir?” seru Felix dengan suara beratnya.
“Serena juga udah tau tentang ini?” tanya Dito.
“Udah berjalan 1 bulan itu perjodohan.” Harris menyeka darah segar yang masih terus keluar dari hidungnya. Memandang Reinan yang mengalihkan pandangannya kearah lain. “Serena tau. acara pertunangannya pada saat itu ada di rumah gua.”
“Gua rasa yang dibilang Harris itu bener, Rei. Coba ikhlasin ya? coba pelan-pelan pasti bisa kok,” ucap Juna.
Reinan terdiam cukup lama dan sekilas melihat kearah kalung salib yang melingkar di leher Harris. Kenapa Reinan baru sadar sekarang kalau yang pakai kalung itu bukan hanya Harris tapi ada Dito, Ken, Felix, Sandya, Gavin, Alby dan Juna sekalipun.
Reinan mengepalkan tangannya memusatkan semua emosinya lalu dengan marah menendang asal galon kosong tidak jauh dari kaki nya. keadaan menjadi hening seketika. Reinan memilih keluar warungnya Mak Ecih untuk menenangkan diri daripada nanti temen-temen nya yang jadi sasaran amarah nya.
Rachel, Serena, Juna dan Reinan masuk ke kelas mereka secara bersamaan karena memang mereka satu kelas. Serena bingung saat Reinan memindahkan tasnya dari kursi sebelah Juna ke bangku milik Felix dan otomatis Serena jadi duduk sebelahan sama Felix.Reinan lebih banyak diam dan tidak menggoda ke Serena membuat gadis itu merasa ada yang janggal. Agak menjauh terus menjaga jarak juga kesannya. Serena mencubit pundak Juna yang duduk di depan bangku dia sama Rachel.“Apasih anjing? Sakit tau!” Juna memutar badannya menghadap belakang.“Si Reinan kenapa sih kok aneh gitu. Ga biasanya dia diem gitu jir,” kata Serena sesekali melirik kearah Reinan yang menyumbat telinganya menggunkana headset.Felix dan Juna berpandang-pandangan. “Di ceritain ga?” tanya Felix ke Juna.“Kenapa emang?” tanya Serena penasaran.“Sebelum gua cerita, lo ada hubungan apa sama Harris?” tanya balik Juna.
Pulang sekolah seperti biasa ada rapat osis untuk membahas proker yang akan dilaksanakan termasuk perayaan Sukma Cup sebagai bentuk dukungan perayaan hari ulang tahun sekolah mereka.Sebelum rapat ada jeda setengah jam buat jajan dan segala macem. Juna, Surya, Resta dan Haikal pergi ke kamar mandi. Tujuan anak cowo ke kamar mandi bareng selain buat pipis apalagi kalo bukan merokok. Tapi Surya, Resta dan Haikal masih sadar diri untuk tidak merokok dan memilih vape aja.Juna mengeluarkan rokok yang sudah dia bawa sebelumnya. Menyenderkan badannya ke tembok dan menghembuskan perlahan asap tidak sehat ini. Biasanya kalau ada razia rokok si Juna akan maju paling depan tapi sekarang malah dia yang ada disini dan sedang menikmati barang yang sebenernya pantang untuk dia sentuh lagi.“Lewat mah lewat aja! gausah julidin gua, mau gua sundut rokok congor lo?!” sentak Juna dengan tatapan mengintimidasi ke para siswa yang lewat sambil berbisik.&
Serena berangkat ke sekolah menggunakan kaca mata hitam yang jelas menarik perhatian satu sekolah. Banyak yang nyinyir, julidin dan yang heran juga banyak. Termasuk teman-teman sekelasnya kecuali Reinan lah.Padahal kaca mata nya ini untuk menutupi mata gadis itu yang bengkak karena menangis semalaman. Pak Joshua yang notabene guru yang acuh pun sampai menanyakan kenapa muridnya pakai kaca mata hitam selama pelajaran.“Serena, kenapa itu pake kacamata item dalem kelas?” tanya Pak Joshua.“Lagi sakit, Pak. Malu saya kalo di buka,” jawab asal Serena.“Haduh kenapa ga di rumah aja ampe sembuh? Nanti kalo malah nularin temen-temen kmu gimana?” omel Pak Joshua.“Ya ga bisa gitu dong, Pak. Kan saya semangat banget buat ikut jam nya Bapak jadi saya harus masuk. Ga bakal kena kalo saya ga copot kacamata nya Pak.” Pinter banget ngeles nya.“Yaudah, keluarkan kertas kita ulangan.”&ldq
Geezca mendatangi kelas Dito di 11 IPA 3 lalu mengajak pemuda itu ke taman karena ada yang ingin dibicarakan. Onda dan Hanif sudah heboh saja saat Geezca mendatangi Dito. Mereka duduk disalah satu kursi taman yang tidak banyak didatangi siswa lain.“Kalo ga ada yang mau di omongin gua cabut,” ucap Dito datar.“Tunggu. Gua bingung mau ngomong nya dari mana.” Geezca menggigit bibir bawahnya gugup.Dito liat jam di tangan kiri nya. “Cepet. 5 menit lo ga ngomong gua tinggal.”Geezca mengangguk dan menoleh ke Dito yang duduk di samping kanannya. “Gua sayang sama lo, Dit. Gua mau lo jadi cowo gua,” kata Geezca.Dito langsung berdiri dan melihat Geezca dengan tatapan tajamnya. “LO GILA?! OTAK LO DIMANA? GA ADA OTAK LO!” Bentak Dito kasar.Geezca pun juga ikutan berdiri. “Iya! Dan semua nya itu karena lo!”“Sampe kapan pun juga gua ga akan pernah nerima cewe sakit k
Juna sudah menghabiskan waktu nya hampir 4 jam di balkon rumah nya untuk meninju sarung yang biasa Juna pakai untuk latihan kick boxing. Peluh sudah membanjir di semua bagian kaus yang pemuda itu pakai.Juna yang masih dalam fase hancur ini terus melanjutkan kegiatan nya untuk meredakan emosi sekaligus menaikkan suasana hatinya. Pintu kamarnya diketuk pun tidak menghentikan Juna dari aktifitasnya.Tok tok”Masuk!”Bi Esih memasuki kamar milik Tuan Muda nya ini dan memberitahukan ada yang sedang mencari Juna“Koh, di bawah ada temen nya tuh nyariin Kokoh,” kata Bi Esih.“Cewe atau cowo?” tanya Juna yang melepas sarung tinjunya lalu mengambil handuk diatas meja. Mengelap keringat yang ada dimuka gantengnya.“Cewe, Koh. Meuni geulis pisan, Koh,” jawab Bi Esih.Juna mengerutkan alisnya heran. “Yaudah suruh nunggu dulu, Bi. Aku mau beresin
Rumah milik Brian—Papinya Rachel sedang ramai sekali karena mereka sedang open house seusai merayakan perayaan imlek kemarin. Saudaranya Sella, Brian dan Rachel semua tadinya ada walaupun setengah dari mereka sudah pulang. Rachel juga mengundang teman dekatnya untuk datang. Karena sebagian sahabatnya adalah anak OSIS makanya Rachel mengundang mereka semua.Selesai mengisi perut sampai kekenyangan para anak cowok mengatakan ingin bermain basket di lapangan dekat perumahan rumahnya Rachel. Niatnya ingin membakar lemak setelah menghabiskan banyak makanan.Rahdan mengambil alih bola basket yang awalnya dipegang oleh Ken lalu memainkannya sebentar. Rahdan memilih Reinan, Juna, Devon dan Dito untuk menjadi teman satu timnya sedangkan untuk tim lawan ada Resta, Eric, Gio, Cakra dan Gavin.Sebagian dari anak laki-laki yang tidak ikut bermain menyuarakan suara mereka untuk yang sedang bermain di lapangan. Becca yang sedang duduk melihat saja tahu kalau Rah
Juna menutup rapat hari ini yang membahas tentang persiapan Sukma Cup yang kurang beberapa hari lagi. belum lagi Juna harus mengobrak-abrik lemari karena setiap hari Rabu para murid di Suka Maju diwajibkan menggunakan pakaian daerah masing-masing. Karena sekolah ingin semua siswanya saling menghargai pentingnya toleransi antar agama dan kepercayaan.Masih ada yang belum ingin beranjak dari bangku mereka karena wifi sekolah kalau menjelang sore kecepatannya sangat cepat. Serena saja sekarang sedang melakukan live di instagram. Gadis itu berjalan mendekati teman-temannya satu persatu. Gadis itu sedang bermain permainan Kiss or Slap.“Tyas~ nanti pilih salah satu ya terus lo lakuin itu ke gua. kiss or slap,” kata Serena.“Utututu sayang nya Tyas, kiss dong.” Tyas lalu mencium pipi kanan milik Serena.Serena tertawa setelah itu beralih pada target yang lain. Karena sudah sangat dekat seperti
Rahdan yang sudah rapi dengan kemeja denim lengan panjang, kaus putih polos sebagai dalamannya, jeans hitam juga sepatu vans kesayangannya. rencananya hari ini Rahdan ingin menjenguk Eric yang sudah pulang dari rumah sakit setelah kejadian waktu itu.Tidak lupa membeli buah terlebih dahulu agar tidak malu kalau tidak membawa buah tangan jika menjenguk. Ada yang menjadi pikiran untuk Rahdan beberapa hari ini. Rahdan melepas helm full facenya dan menenteng kantong kresek berisi buah untuk Eric.Tok tok tokRahdan mengetuk terlebih dahulu pintu didepan mukanya karena sopan santun berkunjung ke rumah orang lain adalah yang utama. Yang membuat Rahdan kaget adalah yang membuka pintu bukan Eric melainkan Geezca.“Rahdan,” kata Geezca pelan.“Siapa, yang?” Eric menyusul Geezca kedepan pintu dan melihat Rahdan disana. “Rahdan.”Rahdan menunjuk kearah Geezca dan Eric bergantian dengan sorot
Rahdan, Juna, dan Rachel datang menyusul Serena dan Simon yang sudah lebih dulu datang ke rumah sakit. Rachel langsung mendekat ke arah Serena lalu memeluk erat tubuh gadit itu yang sedang ada di titik paling rendah hidupnya, apalagi Serena melihat sendiri bagaimana keadaan Reinan usai kecelakaan itu terjadi.Juna meliha ke dalam ruangan unit unit gawat darurat yang lampunya saja masih menunjukkan warna merah, tanda operasi Reinan belum selesai. Setelah dilarikan ke rumah sakit, dokter segera mengambil tindakan untuk meminimalisir hal yang tidak mereka inginkan pada Reinan. Rahdan mendudukkan dirinya di sebelah Simon, pria paruh baya yang sudah menganggap ia, Juna, dan Dito sebagai anaknya sendiri, karena sudah berteman dengan Reinan sejak anak itu masih duduk di bangku taman kanak-kanak.“Gimana bisa Reinan kecelakaan kayak gini?” tanya Juna lirih.“Tadi gua kan lagi jajan sama dia, beliin pesanan kalian, terus Reinan liat Harris jalan dan pos
Kejadian penangkapan dari Resta beberapa waktu yang lalu, cukup menghebohkan seluruh siswa dan para guru yang mengenal baik bagaimana seorang Naresta Shaquille Tjandranegara, tidak ada yang pernah menyangka dan terbersit di pikiran mereka kalau Resta akan bisa bersikap seperti seorang psikopat berhati dingin, tidak berperasaan dan mati rasa terhadap semua korbannya.Dengan adanya peristiwa tersebut pun membuat sekolah langsung mengeluarkan Resta, walaupun pemuda itu sudah banyak menyumbangkan banyak piala penghargaan untuk sekolah, melalui prestasi yang sudah pemuda itu capai dari berbagai kejuaraan sains. Keputusan tepat demi melindungi nama baik sekolah juga beberapa siswa yang diduga berada di bawah tekanan Resta.Rahdan yang mengetahui semua kejadian itu secara tidak langsung, ikut bertanggung jawab atas kesehatan mental teman-temannya. Pasti tidak mudah mengalami semua masa itu sendirian. Terlebih lagi untuk Lia. Korban nyata untuk semua kekerasan yang sudah
Lia tepat berdiri di depan rumah berwarna hijau daun setelah memarkirkan mobilnya di halaman. Suasana rumah yang terkesan sunyi dari luar, malah membuat degup jantungnya berdetak semakin kencang. Ia menghembuskan napas panjangnya sesaat sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah tersebut.Gadis itu menetralkan degup jantungnya yang berdetak tak karuan. Lia menoleh pada sekelilingnya untuk memastikan apakah Rahdan dan yang lainnya sudah datang atau belum. Reinan dan Juna melambaikan tangannya dari balik tong sampah besar yang ada di depan rumah tetangga pemuda itu. Sementara Rahdan dan Harris bersembunyi di balik semak belukar yang tumbuh liar di sekitar halaman rumah Resta.Sebelum mereka sepakat untuk memulai aksi terbuka ini, Lia akan memecahkan apapun yang ada di sekitarnya sebagai pertanda kalau gadis itu memerlukan bantuan segera. Rahdan juga sudah konfirmasi ke Lia, untuk urusan polisi, Rahdan meminta bantuan kepada ayahnya yang bergerak di bidang itu dan beliau su
Selang beberapa waktu saat kesehatannya memulih, Lia mampir sebentar ke rumah sakit tempat Dito dirawat selama pemuda itu masih mengalami masa koma, memberi semangat pada Rachel dan orang tua Dito yang tidak pernah absen untuk menunggu kapan pemuda itu akan bangun. Ia menguatkan mereka yang masih setia di samping ranjang pemuda yang terlelap dalam damai.Setelah menjenguk Dito di rumah sakit, Lia beralih untuk menjalankan kuda besi yang ia kendarai menuju tongkrongan di mana Rahdan dan teman-temannya biasa berkumpul. Semua yang terjadi belakangan ini sudah melebihi batasan yang ia, Geezca, Aisha dan Eric lakukan untuk menghentikan Resta.Lia benar-benar nggak bisa menerima kejahatan yang pemuda itu lakukan. Apalagi menyangkut nyawa seseorang yang dia kenal dengan baik. Walaupun banyak kejahatan lainnya yang ia nggak tau atau Resta berusaha menyembunyikan terkait dengan dendam dia dimasa lalu.Gadis itu keluar dari mobil diikuti langkah kakinya yang tergesa-gesa
Semilir angin berhembus dari barat ke timur, membuat daun-daun yang ada di sepanjang halaman menuju parkiran sekolah, hawa disekeliling pun menjadi sejuk karena matahari yang sudah mulai turun ke peraduan. Dari arah kanan, sebelah ruang osis muncul Dito yang membawa tas juga tangan nya yang aktif memainkan kunci motor.Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran sekolah, menjemput rodeo—kuda besi besar yang selama ini menjadi tumpangannya ke sekolah dan juga mengikuti kegiatan balapan liarnya yang masih ia ikuti.Dito menoleh ke kanan dan kiri saat mendengar sebuah suara di belakang sana sebelum ia memakai helm full face dikepalanya, pada jam seperti ini seharusnya semua siswa sudah pulang semua, menyisakan dirinya dan satpam yang berjaga di pos depan.Kegiatan di sekolah hari ini sungguh membuatnya ingin segera pulang ke rumah dan beristirahat dengan segera. Tugas sekolah, ulangan mendadak belum lagi kewajiban nya sebagai ketua ekstakulikuler paskibra, benar-
Pekarangan rumah milik Rachel penuh dengan dua mobil yang berjejer rapi dengan bagasi bagian belakang pintunya terbuka lebar. Padahal hanya berlibur dua hari satu malam saja tapi barang-barang yang di bawa oleh para anak perempuan begitu banyak. Seperti ingin pergi lebih dari sebulan saja. Di halaman yang tidak begitu luas, mereka—para anak adam—terlihat sedang memasukkan barang-barang bawaan berupa koper, bahan makanan dan peralatan untuk makan yang nanti nya akan mereka bawa ke vila. Rahdan dan Cakra menyesuaikan bentuk barang agar semua kebutuhan bisa masuk semua ke dalam bagasi. Nggak lupa juga Reinan membeli tiga set kembang api berukuran lumayan besar yang akan di nyalakan saat menjelang malam tiba. Mereka yang semula nya akan berlibur dengan jumlah personil lima belas orang harus menyusut menjadi kurang lebih sebelas orang saja. Di mobil pertama dengan Dito yang duduk di belakang kemudi, lalu Rachel yang duduk di sebelah nya sebagai navigasi berjaga-ja
Di minggu pagi yang cerah, suasana di rumah milik Rahdan terlihat sangat ramai dan penuh. Suara teriakan, canda tawa, sampai umpatan kotor pun bercampur menjadi satu. Mereka memang sepakat untuk pergi ke puncak tepat pukul sepuluh pagi. Tapi, dari jam delapan rumah Rahdan sudah ramai dengan keberadaan teman-temannya.Becca, Lia, Tyas dan Adine membantu Ranti membuat minuman dan membawa beberapa camilan untuk teman-teman anaknya. Serena, Shasha, Nancy, Gio dan Gavin sedang membuat video yang sedang ramai dibicarakan oleh banyak orang di salah satu situs menari.Sementara bujang seperti Juna, Harris, Cakra dan Rahdan memainkan game online bersama-sama, maklum sedang push rank. Begitulah bahasa gaulnya yang sering dipakai oleh remaja kekinian jaman sekarang.“Dito lama bener sih jemput Rachel, jangan-jangan pake kencan dulu kali mereka ya?” tuduh protes Juna mentah-mentah.“Paling lagi di jalan, gausah bawel,” timpal Gavin.
Pada jam pulang sekolah, semua murid berhamburan keluar dari sekolah. Jalanan terlihat penuh dan ramai dengan banyaknya murid yang sedang menunggu jemputan, membeli jajanan di depan sekolah atau sekedar nongkrong. Sama halnya di Warung Mak Ecih. Di parkiran warung banyak berjejer motor berbagai warna dan bentuk.Suasana di dalam warung pun sangat gaduh. Suara para bujang yang saling meneriaki satu sama lainnya. Juga, kepulan asap rokok yang menguap dimana-mana membuat ramai keadaan. Tidak banyak yang datang tapi ramainya luar biasa. Rahdan, Haikal, Dito, Dean, Darrel, Cakra, Harris dan bahkan Reinan pun ada disana. Walaupun awalnya pemuda itu enggan karena Harris ikut juga. Tetapi bujukan Dito mampu meluluhkannya.Rahdan dan Dean terlihat asik bermain gitar, sembari sebelah tangan mereka mengapit satu batang rokok dengan bara api yang menumpuk pada ujungnya. Dean yang bernyanyi sedangkan Rahdan juga mengiringi menggunakan gitar yang ia pangku di pahanya. Semuanya melak
Rahdan berjalan masuk menuju sebuah kafe tempat ia memiliki janji dengan teman-temannya, Eric, Geezca dan Aisha. Ia dihubungi oleh Eric, pemuda itu mengajaknya makan siang bersama. Saat memasuki kafe, keadaan ramai dengan orang-orang yang menghabiskan jam makan siang mereka di tempat ini. Semua meja terisi penuh baik yang di dalam maupun di luar ruangan. Banyak pelayan yang berlalu lalang membawa buku menu dan baki berisi makanan ke meja setiap pengunjung yang duduk.Rahdan tertegun dengan banyaknya pengunjung di kafe itu. ia kesulitan mencari teman-temannya. Bahkan saat Eric melambaikan tangan padanya, ia masih kesulitan untuk menemukan mereka. dengan sedikit usaha akhirnya, ia sampai di meja. Baru saja Rahdan mendudukkan badannya di kursi, Geezca sudah mencecarnya dengan berbagai pertanyaan saat Eric ingin memberikan buku menu pada Rahdan“Kemarin lo ngomong apa aja sama Resta? Dia nggak macem-macem kan? Lo ada yang luka nggak?” cecar Geezca dalam satu ka