"Pelacur!!! Terus berteriak!" Teriak Yestin Yale yang tadinya memiliki ekspresi bahagia di wajahnya digantikan dengan ekspresi kemarahan yang diarahkan kepada Maisa Chaves yang telanjang didepannya.
Maisa Chaves kelelahan, dan tubuhnya dipenuhi memar teruma kaki bagian atas, dia sangat ketakutan oleh teriakan itu.
Sebelum dia bisa merespon Yestin Yale tiba-tiba menampar wajahnya. Meski tamparan itu tidak begitu berat, tapi cukup menyakitkan.
"Sayang, mengapa kau memukulku?" Tanya Maisa Chaves, meski kesakitan dan sedih, dia harus tetap menyesuaikan ekspresi di wajahnya, menampilkan ekspresi penuh kasih sayang dan pemujaan yang sangat bertentangan kuat dengan tangisan batinnya.
Benar saja, setelah melihat ekspresi yang penuh kekaguman di wajah yang sangat mirip istrinya, Yestin Yale sangat senang.
Dia memeluk Maisa Chaves, seolah-olah dia menghadapi istri tercintanya, dia menyentuh wajah itu dengan lembut, menciumnya dan tersenyum penuh kasih sayang.
"Aku memukulmu karena aku sangat mencintaimu, bayi kecilku" Katanya menjelaskan dengan penuh maaf "Aku sangat mencintaimu, Sayang. Aku sangat menginginkanmu, sangat menginginkanmu sehingga kau harus mati di bawahku, berteriak untukku dan memberikan dirimu padaku seutuhnya"
Maisa Chaves bergidik, air mata memenuhi matanya tapi tidak berani menjatuhkannya. Dia sangat ingin menangis, tapi terus memaksa senyum dan membalas "Yestin, Sayangku, aku juga sangat mencintaimu. Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan. Aku rela melakukan apapun untukmu. Tubuhku, hatiku bahkan jiwaku hanya bisa menjadi milikmu. Bahkan aku rela menyerahkan nyawaku padamu. Hidup dan matiku hanya milik seorang Yestin Yale. Aku mencintaimu, Yestin. Aku juga menginginkan"
Maisa Chaves mengambil inisiatif untuk membungkuk dan mengulurkan tangannya untuk menarik resleting celana Yestin Yale.
Tanpa diduga, Yestin Yale bereaksi sangat besar dan melempar Maida Chaves.
Sebelum Maisa Chaves bisa menstabilkan diri, tendangan kuat menghantam perut dan tubuhnya berulang kali.
"Jalang! Beraninya kau mendaratkan tangan kotormu!" Teriak Yestin Yale penuh kemarahan, tatapan matanya sangat tajam penuh aura pembunuhan ketika dia melototi Maisa Chaves yang bergulung di lantai kesakitan di lantai, tapi tidak berani mengeluarkan tangisan.
Melihat pemandangan itu, bukannya bersimpati, kemarahan Yestin makin memuncak "KELUAR! SIALAN! PELACUR! Kepada siapa kau perlihatkan ekspresimu itu sialan! BRENGSEK!"
Tidak peduli betapa sakit ditubuhnya, Maisa Chaves buru-buru berdiri, ketika sampai diluar pintu dia akhirnya tidak bisa menahan isak tangisnya.
Seluruh tubuhnya sangat kesakitan, terutama kemaluannya yang telah digunakan Yestin Yale dengan berbagai permintaan gila, tidak hanya menanggung rasa sakit, tapi juga rasa malu.
Meski hatinya tidak bisa menerima semua perlakuan itu, tapi dia tetap harus bertahan, meski terkadang dia putus asa, sayang dia tidak memiliki jalan keluar.
____________________________
PERINGATAN
CERITA INI MENGANDUNG DESKRIPSI DEWASA SEPERTI KEKERASAN, PAKAIAN MINIM, KONSUMSI MINUMAN KERAS, ROKOK, OBAT-OBATAN DLL.
BAGI PEMBACA YANG BELUM CUKUP UMUR ATAU TIDAK NYAMAN DENGAN KONTEN TERSEBUT, DIANJURKAN UNTUK TIDAK MEMBACANYA!!!
_____________________________
Hanya memeluknya dia merasa nyata.
Hanya dengan menciumnya, dia melihat riak dimatanya.
Hanya dengan bercinta dia bisa mendengar suara yang memangilnya penuh kasih sayang.
Dia tidak serakah.
______________________________
Yestin Yale melangkah menuju Isabella Tantran yang baru saja keluar dari wall in closet, dan berpakaian sangat sopan dan sangat elegan.
Ketika dia berada di depan isabela dia langsung mengubur tangannya di rambut pirang bergelombang Isabella dan mencium bibir Isabella.
Dia menahan wajahnya, sehingga dia bisa menggerakkan mulutnya untuk menikmati mulut wanita yang mengisi seluruh hatinya, bertahun-tahun, tapi dia selalu merasa perasaannya tak pernah terbalas.
Isabella Tantran mengerang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yestin Yale dan menggenggam rambut cokelat sedikit kemarahan Yestin yang luar biasa.
Menerima respon naluriah Isabella Tantran, dan merasakan ketergantungan Isabella Tantran kepadanya bagai undangan bagi Yestin Yale untuk memperdalam ciuman diantara mereka.
Ciuman yang tadinya ringan dan sarat akan kasih sayang, yang tadinya menginginkan telah berubah menjadi memerlukan.
Lidahnya masuk ke mulut Isabella, berputar dan berdansa dengan lidah wanita impiannya itu.
"Ya, Tuhan. Aku tidak pernah merasa bosan menciummu" Yestin Yale berbisik diantara ciuman mereka dan terus mencium bibir Isabella Tantran, lalu mulutnya bergerak ke rahangnya, perlahan bergerak ke daun telinganya dan turun ke leher Isabella "Aku benar-benar tidak ingin pergi ke rumah kakek sekarang" gumamnya di leher Isabella.
"Jangan main-main, atau kita akan terlambat. Cepatlah" kata Isabella dan mencoba mendorong tubuh kokoh dan besar Yestin Yale, suaranya terdengar kuat dan meminta.
"Tapi aku tidak mau" tolak Yestin Yale layaknya anak manja, sama sekali tidak cocok dengan usinya, tapi tindakannya benar-benar sesuai usianya, dia mendorong panggulnya pada bagian tengah tubuh Isabella dan Isabella tidak bisa menghentikan erangan yang keluar dari tenggorokannya.
"Yestin" panggil Isabella ketika dia tenang. Suaranya amat datar, tapi Yestin Yale tahu dia harus berhenti di sana dan tidak melangkah lebih jauh, karena dia sama sekali tidak menginginkan menghadapi kemarahan Isabella Tantran, meski Isabella Tantran tidak pernah marah, dari awal mereka bertemu hingga sekarang tak pernah sekalipun. Kepada siapapun dan di manapun, dia belum pernah mendengar Isabella marah bahkan jika hanya setengah.
Yestin Yale menjauhkan tubuhnya dari Isabella dan melepaskannya, sambil menatap langsung dan menyipitkan matanya ke mata Isabella yang telah berubah kembali menjadi tenang, tapi dirinya masih terengah-engah, juga diliputi keinginan yang tak tersalurkan dan tak terpuaskan.
Hanya selama ciuman mereka dia merasakan Isabella adalah miliknya, tapi setelahnya, yang dia rasakan adalah pembatas tipis diantara mereka, sangat tipis seperti yang dirasakannya sekarang, namun baginya bagai ribuan mil jauhnya.
"Bukankah kau tidak suka mengunjungi Kakekmu?" tanya Isabella Tantran "Jadi mengapa kau sangat ngotot hari ini? Jangan bilang kau berencana membalas dendam pada kakekmu, menganggu acara favorit bersama teman-teman pensiunannya. Sungguh kau mencari kematian"
Yestin Yale tersenyum lembut, berjalan kearah Isabella Tantran "Aku hanya ingin mengisi absensi, agar kakekku tidak menelpon setiap tiga jam sekali untuk mengeluhkan cucunya yang tidak berbakti, tidak punya waktu mengunjunginya karena terlalu asik menghabiskan waktu dengan istrinya yang sangat cantik" jawabnya sambil mengangkat tangan dan menyentuh wajah Isabella Tantran, menyentuh dahi istrinya dengan ujung telunjuknya dan membuat Isabella Tantran melihat ke matanya.
Tapi yang dihadapi Yestin Yale adalah mata cokelat tua Isabella Tantran yang sangat tenang, tidak ada kilatan kebahagiaan atau kilau emosi lain di mata itu, dan ketenangan di mata itulah yang membuat Yestin Yale frustasi selama bertahun-tahun, dan sudah lebih satu dekade lamanya, mata itu masih seperti itu.
Tenang dan tidak ada cinta untuknya.
"Itu hanya omong kosongmu" komentar Isabella Tantran acuh tak acuh.
"Sungguh kau sangat cantik sekarang dengan gaun ini, juga rambut pirang bergelombangmu, kau nampak makin sempurna dan sangat manis. Tidakkah menurutmu orang-orang akan melaporkan aku ketika melihat kita berdua berjalan di luar, dilaporkan karena kecurigaan membawa pergi anak di bawah umur? Sungguh kau terlihat beberapa tahun lebih muda" kata Yestin Yale. Dia sangat tidak pelit pujian hanya untuk Isabella seorang, sambil melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Isabella, mengurung istrinya diantara lengannya dan mendekatkan wajah mereka hingga hidung mereka hanya berjarak beberapa senti
"Dia tidak berperasaan?" Tanya Patriark Yale, lelaki tua yang tubuhnya masih kuat dan keagungan tidak memudar di usia tuanya. Dia masih tampak tangguh dan ketajaman di ujung matanya tidak melemah sama sekali. Meski usianya sudah mendekati delapan puluh tahun dengan semua rambut hampir memutih, dia sama sekali tidak terlihat tua. Matanya masih melihat dengan jelas, sama sekali tidak membutuhkan kacamata.Yestin Yale mengalihkan pandangannya dari wanita itu, Isabella Tantran, yang berdiri tenang di tepi danau buatan vila kakeknya, memandang lingkungan di sekitarnya dengan ketidakpedulian, tak jauh dari tempat mereka berdua duduk.Jika Yestin Yele tidak benar-benar frustasi sampai ketingkat mati lemas, dia tidak akan pernah mencari Patriark Yale yang membosankan dan selalu mengganggunya dari masa kanak-kanak hingga sekarang. Tidak pernah lupa mengejek dan meremehkannya di setiap kesempatan. Meski dia tahu sebenarnya lelaki tua itu sering membanggakannya dan menyombo
"Kunci Jiwa? Maksudnya jiwanya di kunci dan dia menjadi tidak berperasaan? sampai-sampai tidak ada sentuhan manusia padanya. Dia mengabaikanku, sama sekali tidak memperhatikanku. Bahkan tak setengah pun rasa suka dia tampilkan pada anak-anak kami. Dia tidak berperasaan hingga bahkan anak kami menangis memeluk kakinya, tapi dia sama sekali tidak menghiraukannya. Dan semua di sebabkan oleh kunci jiwa sialan itu?" Kata Yestin Yale mengerutkan kening, tidak paham dan bertanya makin banyak. Suaranya menjadi cepat dan tidak sabaran. Yang ingin dia dengar sebuah alasan yang cocok, bukan jawaban omong kosong yang sulit di percaya "Adakah yang begitu ajaib di dunia ini? Dan siapa orang terkutuk yang memikirkannya? Aku pasti akan membunuhnya ratusan bahkan ribuan kali. Mengapa dia harus menjadikan Isabella begitu tak manusiawi" lanjutnya marah."Jaga ucapanmu!" Tegur Patriark Yale dengan keras "Ada banyak hal di dunia ini yang mungkin tidak kau ketahui dan tidak sesuai de
Yestin Yale berjalan ke arah dimana istrinya, Isabella Tantran berada, di lihatnya wanita itu tengah berjemur di kursi santai.Dia merasa kompleks.Apakah dia melakukan kesalahan?Apakah dia melakukan terlalu banyak hal buruk sehingga di balas tuhan sedemikian rupa, padahal teman-temannya melakukan lebih banyak kesalahan darinya, tapi mengapa mereka tidak dibalas. Mereka masih hidup bahagia sepanjang hari.Ada satu kebenaran yang tidak pernah dia ungkapkan pada Patriark Yale, Dia mengunakan obat-obatan untuk membuat Isabela Tantran tidur dengannya dan Dia juga mengancam Isabella untuk mendapatkan keinginannya, menikahinya.Bahkan jika kakeknya meminta Isabella Tantran untuk di jodoh dengannya melalui Tantran Tua, kakek Isabella, sudah di pastikan dia akan menerima penolakan ke tiga kalinya, jadi hanya dengan mengancamnya satu-satu pilihan yang terpikir olehnya.Apakah Isabella membencinya? Itulah sebabnya dia tidak peduli padanya
"Kau tidak mengingatku? Kita bertemu di Tanpad setahun yang lalu" Jelas Yestin Yale dengan gugup dan malu."Oh" Dia, Isabella Tantran mengangguk "Halo" Katanya dengan tenang, dan tidak ada reaksi lain.Lalu itu saja.Tidak ada komentar tambahan dan tidak ada pertanyaan lanjutan, membuat mulut Yestin Yale terkatup rapat dan tubuhnya berdiri kaku. Perjuangannya yang sangat lama hanya untuk mendapat tanggapan yang begitu dingin.Melihat punggungnya yang menjauh sekali lagi tanpa nostalgia.Bagi Isabella Tantran, mungkin, dia hanya pejalan kaki dalam hidupnya. Seseorang yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Yang tidak ia pedulikan dan lupakan begitu saja.Dia tahu dia mengenalnya, hanya saja dia tidak antusias dengan kehadirannya.Yestin Yale sempat berfikir jikalau Isabella Tantran hanya bermain 'susah didapat' dengannya. Jika saja dia memang bermain susah di dapat, maka dia ingin meneriakkan 'kamu berhasil'Ketika mereka berte
Yestin Yale duduk di pinggir kasur menatap pintu masuk, dia gemetaran tak terkendali. Dia marah, tak berdaya dan gelisah tak tertahankan.Dia mencoba mengendalikan dirinya ketika wajahnya perlahan memudahkan semua darahnya. Tubuhnya yang gemetar terasa di jalari rasa dingin dari ujung kaki ke ujung rambut.Waktu terasa bergerak sangat lambat, dia harus menerima kenyataan bahwa pintu itu masih tertutup rapat, dan dia sama sekali tidak mengejarnya, perlahan jiwanya terasa kosong.Dia berharap pintu itu akan terbuka, dan sosok Isabella Tantran yang sangat dia harapkan melangkah masuk dan bertanya padanya. Membujuknya dengan kata-kata manis, memberikannya kepedulian dan perhatian. Menenangkannya suasana hatinya dengan kata-kata lembut.Sayang harapannya perlahan menimbulkan kekecewaan, dan kekecewaan yang sangat besar perlahan memunculkan api kemarahan.Dia juga manusia yang memiliki batas toleransi dan kesabaran.Tidak cukupkah baginya selama s
Yestin Yale terbiasa melayani Isabella, mengutamakan kenyamanannya, menghindari hal-hal yang akan membuatnya tidak bahagia, dan menyenangkannya langkah demi langkah.Mencium dan mengecupnya penuh kasih sayang adalah hal yang biasa dia lakukan, dan setiap sentuhannya penuh dengan semangat menghargai. Berharap Isabella bahagia, merasa nyaman dan aman menyerahkan diri kepadanya. Kenyamanan Isabella ditempatkan lebih tinggi dari kepuasaan dirinya sendiri.Namun untuk pertama kalinya Yestin Yale kehilangan rasionalitas, kehilangan kendali, kasar dan liar, hingga membuat Isabella benar-benar menangis kesakitan. Tapi anehnya, Yestin malah merasakan luapan kesenangan yang berbeda dalam dirinya, dan pada tingkat tertentu, membuatnya malu dengan pikirannya sesat dan bejat.Yestin Yale menatap Istrinya, dengan tampilan yang sangat serius. Matanya tajam, kening mengerutkan dan wajahnya penuh konsentrasi yang serius. Tetapi entah bagaimana pikiran sensual sangat
Seluruh tubuh Yestin Yale dibebani rasa pusing, seolah-olah sisi dirinya yang biasa, benar-benar tersapu oleh sisi lain dirinya. Seolah-olah sisi lain itu tengah membantunya mencoba menghilangkan ketegangan ditubuhnya.Setelah sepuluh tahun ternyata dia juga memiliki keinginan mengontrol Isabella, membuat telinganya terus mendengar Isabella memohon padanya. Membiarkan Isabella bergantung dan menyerah diri seutuhnya, yang pada saat yang sama mungkin akan memuaskan hati dan egonya yang sering terluka.Isabella merasa jijik karena dia memasukinya, maka dia akan membuat Isabella memohon pada hal yang membuatnya jijik itu!Pikiran gelap Yestin Yale terus menyerukan keinginan kuat untuk menyiksa wanita di bawahnya, membuatnya menangis dan memohon di bawahnya. Memohon hingga bahkan dia rela membayar dengan harga apapun, bahkan memberikan tubuh dan jiwanya.Yestin Yaledengan lembut meraba bagian ata
Yestin Yale berulang kali menggerakkan jarinya masuk dan keluar, tapi itu cukup kasar untuk menyakitinya dan menyenangkannya pada saat yang sama. Dia bergerak kasar dan kadang-kadang menggoda lembut.Ketika dia melepaskan mulutnya, Isabella tidak menahan untuk berteriak "Hmm - jangan diambil, ya! Jangan angkat jarimu ... Yestin" Dia memanggil, dan mengulurkan tangan untuk menyentuh jari yang hanya bertahan di luarnya.Yeatin menangkap telinga Isabella dalam satu gigitan, dan anggota tubuh Isabella jatuh lembut, alisnya mengerutkan kening, dan kabut air muncul lebih banyak di matanya."Ini sangat tidak nyaman!" lenguh Isabella lagi."Tidak nyaman? Haruskah di tambahkan satu lagi untuk menghalangi air yang mengalir keluar? apakah dengan begitu kau lebih nyaman? Lihat dirimu, aku belum melakukan cukup banyak tapi kau sudah sangat basah, apakah kau terbuat dari air? semua basah kuyup olehmu"Yestin Yale menggoda dengan kata kata jahat
"Cobalah menangis lagi" Kata Yestin membenamkan kepalanya ditekuk Isabella, mengisap dan menggigitnya. Dia senang melihat tanda yang dia tinggalkan di kulitnya.Dia sesat dan gila.Semakin Isabella menangis, semakin dia ingin mendengar Isabella memohon dan mendengar permohonan centilnya, dan semakin dia ingin menganiaya dan menyiksa agar Isabella menangis lebih keras.Meski dia merasakan kuku Isabella sesekali menggores dan tertanam di punggungnya, dia tidak berhenti sama sekali."Mmm ... jangan, jangan ... berhenti, biarkan aku pergi. .. ah ah..." di menggenggam kedua lengannya yang keras.Yestin memegangi wajahnya seperti bayi, mencium lembut alisnya berulang kali, tapi menolak untuk melepaskannya.Pelanggaran kuat dilepaskannya. Pelanggaran di bawahnya kuat dan kejam, hampir seolah-olah dia akan menabrak Isabella.Isabella membenamkan jari-jarinya dalam
Isabella merasa hasrat menumpuk di perut bagian bawahnya, rasanya sesak hanya ingin diisi, tidak peduli apapun yang akan digunakan, baginya tidak apa-apa."Ahhh-h...kumohon,Ah! Aku sangat menginginkannya-"Keinginan untuk mencapai puncak tidak diberikan, dan Isabella yang bingung tidak menyadari dia sudah menangis seperti anak kecil, berteriak dan gemetaran, hanya untuk mendapatkan keinginannya."Bellaku sangat menyedihkan" gumam Yestin Yale dengan bibir terangkat penuh kesenangan.Mata indah Isabella Tantran berkabut, dan melihat sosok besar menekan dan mengelilinginya.Setiap kali Yestin Yale menyeringai nakal, bibir sensualnya terangkat, giginya yang putih cerah terlihat, rahangnya yang kuat disorot, dan jakunnya yang menonjol terayun-ayun secara sensasional. Membuat dia ingin mengisap dan menggigitnya. Apalagi rambutnya yang basah terurai karena keringat, membuatnya semakin menawan, dia ingin menggenggamnya.Wajah
Yestin Yale berulang kali menggerakkan jarinya masuk dan keluar, tapi itu cukup kasar untuk menyakitinya dan menyenangkannya pada saat yang sama. Dia bergerak kasar dan kadang-kadang menggoda lembut.Ketika dia melepaskan mulutnya, Isabella tidak menahan untuk berteriak "Hmm - jangan diambil, ya! Jangan angkat jarimu ... Yestin" Dia memanggil, dan mengulurkan tangan untuk menyentuh jari yang hanya bertahan di luarnya.Yeatin menangkap telinga Isabella dalam satu gigitan, dan anggota tubuh Isabella jatuh lembut, alisnya mengerutkan kening, dan kabut air muncul lebih banyak di matanya."Ini sangat tidak nyaman!" lenguh Isabella lagi."Tidak nyaman? Haruskah di tambahkan satu lagi untuk menghalangi air yang mengalir keluar? apakah dengan begitu kau lebih nyaman? Lihat dirimu, aku belum melakukan cukup banyak tapi kau sudah sangat basah, apakah kau terbuat dari air? semua basah kuyup olehmu"Yestin Yale menggoda dengan kata kata jahat
Seluruh tubuh Yestin Yale dibebani rasa pusing, seolah-olah sisi dirinya yang biasa, benar-benar tersapu oleh sisi lain dirinya. Seolah-olah sisi lain itu tengah membantunya mencoba menghilangkan ketegangan ditubuhnya.Setelah sepuluh tahun ternyata dia juga memiliki keinginan mengontrol Isabella, membuat telinganya terus mendengar Isabella memohon padanya. Membiarkan Isabella bergantung dan menyerah diri seutuhnya, yang pada saat yang sama mungkin akan memuaskan hati dan egonya yang sering terluka.Isabella merasa jijik karena dia memasukinya, maka dia akan membuat Isabella memohon pada hal yang membuatnya jijik itu!Pikiran gelap Yestin Yale terus menyerukan keinginan kuat untuk menyiksa wanita di bawahnya, membuatnya menangis dan memohon di bawahnya. Memohon hingga bahkan dia rela membayar dengan harga apapun, bahkan memberikan tubuh dan jiwanya.Yestin Yaledengan lembut meraba bagian ata
Yestin Yale terbiasa melayani Isabella, mengutamakan kenyamanannya, menghindari hal-hal yang akan membuatnya tidak bahagia, dan menyenangkannya langkah demi langkah.Mencium dan mengecupnya penuh kasih sayang adalah hal yang biasa dia lakukan, dan setiap sentuhannya penuh dengan semangat menghargai. Berharap Isabella bahagia, merasa nyaman dan aman menyerahkan diri kepadanya. Kenyamanan Isabella ditempatkan lebih tinggi dari kepuasaan dirinya sendiri.Namun untuk pertama kalinya Yestin Yale kehilangan rasionalitas, kehilangan kendali, kasar dan liar, hingga membuat Isabella benar-benar menangis kesakitan. Tapi anehnya, Yestin malah merasakan luapan kesenangan yang berbeda dalam dirinya, dan pada tingkat tertentu, membuatnya malu dengan pikirannya sesat dan bejat.Yestin Yale menatap Istrinya, dengan tampilan yang sangat serius. Matanya tajam, kening mengerutkan dan wajahnya penuh konsentrasi yang serius. Tetapi entah bagaimana pikiran sensual sangat
Yestin Yale duduk di pinggir kasur menatap pintu masuk, dia gemetaran tak terkendali. Dia marah, tak berdaya dan gelisah tak tertahankan.Dia mencoba mengendalikan dirinya ketika wajahnya perlahan memudahkan semua darahnya. Tubuhnya yang gemetar terasa di jalari rasa dingin dari ujung kaki ke ujung rambut.Waktu terasa bergerak sangat lambat, dia harus menerima kenyataan bahwa pintu itu masih tertutup rapat, dan dia sama sekali tidak mengejarnya, perlahan jiwanya terasa kosong.Dia berharap pintu itu akan terbuka, dan sosok Isabella Tantran yang sangat dia harapkan melangkah masuk dan bertanya padanya. Membujuknya dengan kata-kata manis, memberikannya kepedulian dan perhatian. Menenangkannya suasana hatinya dengan kata-kata lembut.Sayang harapannya perlahan menimbulkan kekecewaan, dan kekecewaan yang sangat besar perlahan memunculkan api kemarahan.Dia juga manusia yang memiliki batas toleransi dan kesabaran.Tidak cukupkah baginya selama s
"Kau tidak mengingatku? Kita bertemu di Tanpad setahun yang lalu" Jelas Yestin Yale dengan gugup dan malu."Oh" Dia, Isabella Tantran mengangguk "Halo" Katanya dengan tenang, dan tidak ada reaksi lain.Lalu itu saja.Tidak ada komentar tambahan dan tidak ada pertanyaan lanjutan, membuat mulut Yestin Yale terkatup rapat dan tubuhnya berdiri kaku. Perjuangannya yang sangat lama hanya untuk mendapat tanggapan yang begitu dingin.Melihat punggungnya yang menjauh sekali lagi tanpa nostalgia.Bagi Isabella Tantran, mungkin, dia hanya pejalan kaki dalam hidupnya. Seseorang yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Yang tidak ia pedulikan dan lupakan begitu saja.Dia tahu dia mengenalnya, hanya saja dia tidak antusias dengan kehadirannya.Yestin Yale sempat berfikir jikalau Isabella Tantran hanya bermain 'susah didapat' dengannya. Jika saja dia memang bermain susah di dapat, maka dia ingin meneriakkan 'kamu berhasil'Ketika mereka berte
Yestin Yale berjalan ke arah dimana istrinya, Isabella Tantran berada, di lihatnya wanita itu tengah berjemur di kursi santai.Dia merasa kompleks.Apakah dia melakukan kesalahan?Apakah dia melakukan terlalu banyak hal buruk sehingga di balas tuhan sedemikian rupa, padahal teman-temannya melakukan lebih banyak kesalahan darinya, tapi mengapa mereka tidak dibalas. Mereka masih hidup bahagia sepanjang hari.Ada satu kebenaran yang tidak pernah dia ungkapkan pada Patriark Yale, Dia mengunakan obat-obatan untuk membuat Isabela Tantran tidur dengannya dan Dia juga mengancam Isabella untuk mendapatkan keinginannya, menikahinya.Bahkan jika kakeknya meminta Isabella Tantran untuk di jodoh dengannya melalui Tantran Tua, kakek Isabella, sudah di pastikan dia akan menerima penolakan ke tiga kalinya, jadi hanya dengan mengancamnya satu-satu pilihan yang terpikir olehnya.Apakah Isabella membencinya? Itulah sebabnya dia tidak peduli padanya
"Kunci Jiwa? Maksudnya jiwanya di kunci dan dia menjadi tidak berperasaan? sampai-sampai tidak ada sentuhan manusia padanya. Dia mengabaikanku, sama sekali tidak memperhatikanku. Bahkan tak setengah pun rasa suka dia tampilkan pada anak-anak kami. Dia tidak berperasaan hingga bahkan anak kami menangis memeluk kakinya, tapi dia sama sekali tidak menghiraukannya. Dan semua di sebabkan oleh kunci jiwa sialan itu?" Kata Yestin Yale mengerutkan kening, tidak paham dan bertanya makin banyak. Suaranya menjadi cepat dan tidak sabaran. Yang ingin dia dengar sebuah alasan yang cocok, bukan jawaban omong kosong yang sulit di percaya "Adakah yang begitu ajaib di dunia ini? Dan siapa orang terkutuk yang memikirkannya? Aku pasti akan membunuhnya ratusan bahkan ribuan kali. Mengapa dia harus menjadikan Isabella begitu tak manusiawi" lanjutnya marah."Jaga ucapanmu!" Tegur Patriark Yale dengan keras "Ada banyak hal di dunia ini yang mungkin tidak kau ketahui dan tidak sesuai de