Home / Rumah Tangga / POLIGAMI AKU, MAS! / SIAPA WANITA ITU?

Share

SIAPA WANITA ITU?

Author: Sabil775
last update Huling Na-update: 2022-06-17 17:21:15

Aku memarkirkan motor honda di depan Coffe Qito. Kemudian masuk ke dalamnya. Namun sebelum itu, aku mengabari khadijah kalau sudah sampai di tempat lokasi. 

Terlihat khadijah melambaikan tangan padaku ketika pintu di buka. Aku tersenyum kepadanya, sembari berjalan menuju meja yang di pesan. 

"Kamu sudah lama menunggu di sini," tanyaku saat di depannya. 

"Lumayan juga sih, makanya itu tadi aku suruh kamu kemari," ujarnya. 

"Aku pesan minuman dulu ya, kamu mau pesan apa?" tanyaku sekali lagi. 

"Tidak usah pesan lagi, aku sudah memesannya duluan." 

"Owh ... ya sudah, ngomong-ngomong ada apa ini? Tumben ngajak ketemu, biasanya kamu sibuk." 

"Lagi libur kerja, minggu besok aku harus pergi ke surabaya, biasalah ... urusan masalah kerja. Makanya itu, takut nanti gak bisa ketemu sama kamu. Jadinya aku ajak ketemuan sekarang aja deh," ucapnya. 

"Owalah, aku kira ada apa tadi." 

"Gak ada apa-apa kok, cuman kangen sama kamu aja. Oh ya, Zain mana? Masih sekolah ya," tanya Khadijah. 

"Ia masih lah, Khad. Baru jam berapa ini? Baru aja pergi tadi dia. Kan ini hari senin." 

"Oh ia, lupa aku. Anak kamu itu udahlah tampan, baik, bijak lagi. Terlebih dia itu sangat dewasa, beda jauh pemikirannya sama umur dia yang sekarang. Kalau sudah bicara … seperti anak usia dua puluhan ke atas," puji Khadijah. 

Bisa di bilang, Khadijah begitu akrab dengan putraku satu itu. Selain Zain yang juga sudah menganggap Khadijah bagaikan Bundanya sendiri. Ia juga sangat ramah padanya. Aku bangga mempunyai putra seperti Zain. 

"Ya, begitu lah Khad. Kamu sendiri kan tahu ... putraku satu itu sedikit berbeda dengan anak yang lain. Di kala semua anak seusianya lebih suka bermain pada teman-temannya, tapi hal itu tidak untuk Zain. Ia malah lebih senang menghabiskan waktunya bersamaku atau terkadang menghabiskan waktu liburnya untuk mempelajari sesuatu yang ia tak pernah tahu." 

"Dia sangat berbeda, entah mirip siapa sifatnya, mirip Ayahnya tidak. O iya, aku hampir lupa ... suamimu itu bagaimana? Apa masih sama saja seperti dulu? Atau sudah berubah," tanya Khadijah seketika. 

Aku hanya bisa terdiam. Bagaimana mungkin aku mengatakan padanya bahwa Mas Andre tidak ada berubah sama sekali. Malah lebih parah, terlebih penyakitnya semakin menjadi-jadi. 

"Kok diam? Apa dia masih sama seperti dulu? Ran ... aku ini sahabat kamu. Jika kamu mencoba bohong padaku. Sama saja kamu meragukan kepercayaanku. Aku tahu ... kamu menjaga aib suamimu, tapi sampai kapan kamu akan bertahan pada penderitaan ini? Zain juga sudah besar, apa kamu masih mau terus-menerus di perlakukan seperti ini. Lihat tubuh kamu ... seperti apa kamu menutupinya dariku. Aku bisa melihatnya, memar-memar itu selalu kamu rasakan saat berhubungan dengannya kan? Kamu itu manusia Ran, bukan binatang yang seenaknya diperlakukan semaunya. Menyuruh dengan segala cara agar dia puas. Itu sudah keterlaluan. Pelacur sekalipun tak ingin di perlakukan setiap hari seperti itu." Kali ini Khadijah benar-benar marah. Ia seakan sudah tidak tahan dengan perlakuan Mas Andre padaku. 

"Lalu aku harus bagaimana lagi, Khad. Aku tak ingin mengecewakan Ibu dan Ayah. Lagi pula, dengan aku bercerai pada Mas Andre itu akan membuat sebuah kebencian yang mendalam pada anakku Zain. Bagaimana jika dia nantinya trauma? Apakah itu tidak merugikan banyak orang?" 

"Dia tidak akan trauma, karena aku yakin ... dia paham alasan kamu bercerai. Bukankah dia sendiri juga menginginkan kamu berpisah dengan suamimu. Anakmu memang masih dikatakan dibawah umur. Tapi cara dia berpikir layaknya orang dewasa seperti usiaku. Percaya lah padaku, Ran." 

Sejenak aku terdiam, masih belum bisa mengambil keputusan sedalam ini. Bukan karena aku masih mencintainya, tapi aku takut Ibu dan Ayah akan kecewa. Di sisi lain, aku juga tak ingin membuat Zain membenci Papinya. Lantas ... jalan apa yang harus diambil. Apakah dengan berpisah, akan membuat Mas Andre berubah? Bagaimana jika nantinya dia akan melampiaskan semua itu pada wanita lain? 

"Apalagi yang kamu pikirkan? Ibu dan Ayahmu? Urusan mereka, biar aku yang tangani. Aku yakin ... mereka pasti akan sepemikiran denganku. Menyuruhmu untuk bercerai pada suamimu yang berpenyakitan lain itu," ujar Khadijah. 

"Khadijah... maaf, untuk saat ini aku belum bisa mengambil keputusan. Bercerai tak semudah yang kamu bayangkan, semua itu harus dipikirkan matang-matang. Aku yakin, suatu saat nanti ... Mas Andre akan berubah. Penyakitnya juga akan hilang berjalan waktu. Intinya aku harus sabar. Benar-benar sabar menghadapinya. Inilah ujianku menjadi seorang istri, jika melihat suami ada kekurangan maka kita harus menutupi dengan kelebihan yang dimiliki. Bukan dengan meninggalkannya." 

"Ia, aku tahu itu. Tapi sudah lima belas tahun kamu menderita seperti ini. Terlebih caciannya padamu. Apa kamu masih mau bertahan?" 

Aku mengangguk, meyakinkan Khadijah bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 

"Terserah Kamu lah, Ran. Aku hanya bisa memberikan solusi. Yang pasti ... jika kamu ada apa-apa, jangan sungkan-sungkan untuk bercerita. Aku siap mendengarkan keluh kesahmu dan jika kamu nantinya mau bercerai maka kabari aku. Temanmu ini ... akan menjadi saksi di pengadilan nanti." Khadijah menepuk pelan pundakku. Dialah penguat hidup saat ini. Tempat dimana semua kesah terceritakan. 

Aku meneguk segelas jus mangga. Lalu melahap beberapa cake, sembari memikirkan usulan Khadijah tadi. 

"Khad, sepertinya aku gak bisa lama-lama. Soalnya aku juga mau belanja. Belum lagi masak, bersihkan rumah, cuci pakaian. Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan," ujarku membentangkan semua tugas harian itu. 

"Banyak sekali pekerjaanmu, apa kamu tidak mencari asisten saja? Biar lebih cepat semua pekerjaan rumah," usul Khadijah. 

Sebenarnya aku juga sudah lama memikirkan hal itu, tapi Mas Andre yang selalu melarangnya. 

"Bukan aku tidak mau, Khad. Tapi tidak sanggup membayar gajinya," ujarku memberi alasan. 

"Berapakah gaji satu asisten rumah tangga itu? Sepertinya tak sampai gaji satu bulan suamimu, Ran. Apa perlu aku yang membayarkan nya? Agar kamu bisa lebih ringan dengan pekerjaan Rumah." 

"Tak usah, Khad. Aku tak ingin merepotkanmu. Insya allah nanti aku akan cari asisten kok. Tenang saja," ucapku. 

****

Aku berjalan menuju area parkir, setelah pertemuanku dan Khadijah selesai. 

Baru saja motor ingin meluncur pergi dari coffe tersebut. Tak sengaja mataku melihat seorang pria berjalan mesra dengan wanita di sebelahnya, perlahan aku mengamati. Tampak pria itu seperti Mas Andre, lalu ... siapakah wanita yang bersamanya?

Aku mengurungkan niatku untuk ke pasar, dengan cepat ku parkirkan lagi motor honda di tempatnya. 

Kemudian berlari kecil mengikuti laki-laki yang aku sempat lihat masuk ke dalam coffe tersebut. 

Namun, betapa terkejutnya aku, ketika melihat dari kedekatan bahwa ternyata ... laki-laki itu benar-benar Mas Andre. 

Lantas siapa wanita yang bersamanya? Apa mungkin klien atau sekretarisnya? Tapi ... setahuku, sekretarisnya bukan wanita itu. Atau mungkin Mas Andre punya sekretaris baru? 

 Kalau ternyata itu kliennya. Mengapa mereka terlihat akrab sekali. Seperti sudah lama kenal, aku masih terus memantau mereka. Mencoba menutupi wajah dengan masker supaya tak terlihat. Ingin sekali aku mendengar apa yang mereka bicarakan. 

Tampak Mas Andre begitu mesra dengan wanita tersebut. Apa jangan-jangan … ah, tidak-tidak. Aku harus berpikiran positife terhadap suamiku sendiri. 

Kaugnay na kabanata

  • POLIGAMI AKU, MAS!   KE RUMAH IBU

    Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan masuk dari Ibu. Aku keluar dari Coffe untuk mengangkatnya. "Ia, Bu. Ada apa?" tanyaku pada Ibu. "Kamu jadi datang ke rumah Ibu hari ini?" "Oh, i--ia Bu. Ini mau otw sekarang ke sana." "Ya sudah, Ibu tunggu ya." "Ia, Bu." Panggilan pun berakhir, aku lupa ... jika ternyata hari ini ada janji sama Ibu mau ke rumahnya karena ingin belajar masak soto. Aku bergegas pergi menuju rumah Ibu. Membiarkan Mas Andre dengan wanita itu, nanti juga bakal tahu siapa dia.Sebelum ke rumah Ibu, aku singgah ke pasar. Membeli semua yang diperlukan untuk membuat soto. Baru kali ini, aku mau belajar masak membuat soto. Biasanya selalu menolak, terlebih karena aku yang tak menyukainya. "Ayamnya sekilo saja, Bu," tanyaku ketika sudah berada di rumah Ibu. "Ndak usah sekilo, Nduk. Kebanyakan itu. Setengahnya saja," ujar Ibu mengupas beberapa kunyit. "Ini kita mau buat soto apa, Bu." "Soto ayam, Nduk.""Bahannya apa-apa saja, Bu. Biar Rani catat," ucapku seraya

    Huling Na-update : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   MAAFKAN AKU, BU

    "Ran, itu badan sama pipi kamu kenapa? Kok memar-memar gitu? Kamu di pukul sama Andre? Apa kalian bertengkar" tanya Ibu antusias ketika melihat tubuhku yang memar-memar. "Eh, eum ... eum ... e--nggak kok, Bu. Rani gak di pukul sama Mas Andre, kami juga gak bertengkar," jawabku gugup. Bingung harus mencari alasan apa. "Terus ini kok memar-memar seperti orang dipukuli. Kamu jangan bohong sama Ibu, jawab yang jujur ini kenapa!" Kali ini suara Ibu meninggi. Di tambah ia terus menerus membuka baju di bagian pergelangan tangan. "Bu, jangan di buka. Rani gak kenapa-kenapa. Ini cuman memar karena ketumpahan air panas," ucapku sembari menghentikan tangan Ibu yang masih terus berusa membuka bajuku.Krek!!! Bajuku koyak di buat Ibu. Terlihat dengan jelas badan yang penuh luka lebam akibat pukulan Mas Andre semalam. Memar-memar biru itu tampak jelas saat Ibu membuka tirai jendela. "Apa ini? Mengapa tubuh kamu seperti ini? Rani! Tatap Ibu sekarang. Katakan yang sebenarnya, ini kenapa? Mengapa

    Huling Na-update : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   KAMU TEGA, MAS!

    Motor berhenti di sebuah rumah kecil berpagar ungu muda. Aku memarkirkan motorku di depan rumah. Kemudian berjalan ke arah pintu seraya mengetuk pintu sembari mengucapkan salam dengan suara parau. Baru saja ingin melakukan ketukan untuk kedua kalinya. Tiba-tiba terdengar suara motor memasuki kawasan rumah. Yang tak lain adalah Khadijah. Ternyata dia baru pulang, aku kira sedang berada di rumah. Cepat-cepat aku menyeka air mata yang masih mengucur deras. "Eh, kamu di sini rupanya. Aku baru saja dari tempat Ibumu. Ada apa kemari," tanya Khadijah ketika turun dari motornya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, Khad." Khadijah menatapku dengan lekat, seolah tahu masalah apa yang sedang aku hadapi. Hingga akhirnya ia menyuruhku masuk. Teh hangat disuguhkan di depan mata, ia menyuruhku untuk meminumnya terlebih dahulu agar hati bisa lebih tenang. Setelah sudah cukup tenang, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang hari ini aku saksikan depan mata kepalaku sendiri. Terlih

    Huling Na-update : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   NASEHAT AYAH

    "Rania, ingatlah! Sesulit apapun kehidupanmu saat berumah tangga, sepahit apapun itu. Jangan pernah meminta bercerai. Bicarakanlah setiap masalah dengan baik-baik. Bicaralah dari hati ke hati, bicara dengan kepala yang dingin dan jangan pernah lari dari masalah. Ingat! Masalah tidak akan selesai apabila kamu lari darinya. Akan tetapi ... hadapilah dengan hati yang tenang. Rania! Jadilah seorang istri yang patuh dan taat pada suami. Sekalipun ia berbuat buruk padamu. Karena ... surga seorang istri terletak pada keridhaan suami. Apapun yang ia lakukan dan perintahkan, maka taatilah. Selagi tidak keluar dari unsur agama. Kamu putri Ayah yang sangat kuat, bisa menghadapi semua masalah yang datang. Jika kamu lelah maka istirahatlah sejenak, jika kamu ragu dan takut untuk melangkah ... maka tanyakanlah hatimu. Mengadulah pada Tuhanmu dalam setiap sujud sepertiga malam. Nak! Jangan pernah mengeluhkan masalahmu kepada orang lain, terlebih pada teman lelakimu. Karena itu ... justru dap

    Huling Na-update : 2022-07-26
  • POLIGAMI AKU, MAS!   SURGA YANG TAK DI RINDUKAN

    part 1"Kamu habis telponan sama siapa?" tanya Khadijah yang tiba-tiba berada di depanku sehingga membuat diri ini hampir terkejut. "Sama Kakak nya Mas Andre," jawabku singkat. "Oh, kamu cerita ke dia ya." "Gak kok, cuman tanya kabar saja." "Cuma itu saja?" "Ia, Sekalian juga Kak Intan ajak aku pergi belanja. Karena katanya sudah lama kami tak ketemu." "Kapan?" "Besok," ujarku. Khadijah mengangguk, seolah paham dengan maksud tujuanku. "Ran, cobalah kamu cerita sama kakaknya. tentang sifat adiknya yang sekarang." Usulan Khadijah sangat bagus, ternyata ia satu pemikiran denganku. Karena memang benar, hal itulah yang ingin sekali aku tanyakan ke Kak Intan. "Insya allah,nanti aku tanyakan," jawabku sembari pergi meninggalkannya. Namun saat kaki ingin melangkah pergi, tiba-tiba ... khadijah memanggilku sambil berkata. "Ran! Cepat kemari ... lihat ini," seru Khadijah sembari memberikan sebuah foto sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Awalnya aku masih biasa saja melihat f

    Huling Na-update : 2022-08-11
  • POLIGAMI AKU, MAS!   BUKAN HANYA AKU YANG TERSAKITI

    Part 2 Cepat-cepat Kak Intan menutupi pergelangan tangannya yang memar, entah memar karena apa aku tak pasti. "Tidak ada apa-apa," jawabnya seolah ada yang disembunyikan. "Kakak yakin itu tidak kenapa-kenapa? Tapi itu luka memar loh." Aku kembali bertanya, mencoba mencari tahu kebenarannya. "Hanya memar biasa," jawabnya singkat. Mendengar jawaban itu aku pun tak kembali bertanya. Takut nanti dikira terlalu ingin tahu. Masih fokus dengan novel di depan. Karangan dari Asma Nadia ... buku terpopuler di zamannya, hingga saat ini masih tetap di prioritaskan. Sampai-sampai sangking bagusnya ia dijadikan film di layar bioskop dan Televisi. Sebuah pertemuan tanpa kesengajaan, membuat semua hidup hancur tak berdaya. Kepercayaan itu seakan sudah tidak ada lagi, ia memudar seiring berjalannya waktu. Sebuah adegan kecelakaan tersebut membuat hati tak dapat bertahan dalam kesetiaan. Sehingga ia lebih memilih untuk berbagi dalam kebisuan. Apakah semua laki-laki seperti itu? Tak dapat memili

    Huling Na-update : 2022-08-25
  • POLIGAMI AKU, MAS!   AKU LETIH, MAS!

    "Ayok, sekali lagi saja," ujar Mas Andre memaksaku untuk melanjutkan permainannya. "Tapi aku sudah lelah, Mas. Tolong! pahamin aku. Lagi pula ... sudah enam kali kita melakukannya, apa itu juga tidak cukup dengan membuatmu puas?" jawabku meminta Mas Andre untuk mengerti. "Tapi aku masih ingin melakukannya sekali lagi." "Maaf, Mas. Bukan aku ingin menjadi istri yang durhaka kepada suami dengan tidak menuruti kemauannya. Tapi aku benar-benar letih. Terlebih sekarang sudah jam empat subuh. Biarkan aku istirahat sejenak, karena besok pagi banyak tugas yang harus aku kerjakan. Maafkan aku, Mas," lirihku sembari berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. Selesainya dari kamar mandi, aku kembali untuk istirahat. Namun Mas Andre masih duduk di atas kasur dan sama sekali tidak berpindah. Ia terus menerus memperhatikanku. Ada rasa tidak enak di dalam hati karena tidak menuruti keinginannya. Saat mata hendak terpejam karena lelah yang amat dalam, tiba-tiba Mas Andre berkata dengan perkata

    Huling Na-update : 2022-06-17

Pinakabagong kabanata

  • POLIGAMI AKU, MAS!   BUKAN HANYA AKU YANG TERSAKITI

    Part 2 Cepat-cepat Kak Intan menutupi pergelangan tangannya yang memar, entah memar karena apa aku tak pasti. "Tidak ada apa-apa," jawabnya seolah ada yang disembunyikan. "Kakak yakin itu tidak kenapa-kenapa? Tapi itu luka memar loh." Aku kembali bertanya, mencoba mencari tahu kebenarannya. "Hanya memar biasa," jawabnya singkat. Mendengar jawaban itu aku pun tak kembali bertanya. Takut nanti dikira terlalu ingin tahu. Masih fokus dengan novel di depan. Karangan dari Asma Nadia ... buku terpopuler di zamannya, hingga saat ini masih tetap di prioritaskan. Sampai-sampai sangking bagusnya ia dijadikan film di layar bioskop dan Televisi. Sebuah pertemuan tanpa kesengajaan, membuat semua hidup hancur tak berdaya. Kepercayaan itu seakan sudah tidak ada lagi, ia memudar seiring berjalannya waktu. Sebuah adegan kecelakaan tersebut membuat hati tak dapat bertahan dalam kesetiaan. Sehingga ia lebih memilih untuk berbagi dalam kebisuan. Apakah semua laki-laki seperti itu? Tak dapat memili

  • POLIGAMI AKU, MAS!   SURGA YANG TAK DI RINDUKAN

    part 1"Kamu habis telponan sama siapa?" tanya Khadijah yang tiba-tiba berada di depanku sehingga membuat diri ini hampir terkejut. "Sama Kakak nya Mas Andre," jawabku singkat. "Oh, kamu cerita ke dia ya." "Gak kok, cuman tanya kabar saja." "Cuma itu saja?" "Ia, Sekalian juga Kak Intan ajak aku pergi belanja. Karena katanya sudah lama kami tak ketemu." "Kapan?" "Besok," ujarku. Khadijah mengangguk, seolah paham dengan maksud tujuanku. "Ran, cobalah kamu cerita sama kakaknya. tentang sifat adiknya yang sekarang." Usulan Khadijah sangat bagus, ternyata ia satu pemikiran denganku. Karena memang benar, hal itulah yang ingin sekali aku tanyakan ke Kak Intan. "Insya allah,nanti aku tanyakan," jawabku sembari pergi meninggalkannya. Namun saat kaki ingin melangkah pergi, tiba-tiba ... khadijah memanggilku sambil berkata. "Ran! Cepat kemari ... lihat ini," seru Khadijah sembari memberikan sebuah foto sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Awalnya aku masih biasa saja melihat f

  • POLIGAMI AKU, MAS!   NASEHAT AYAH

    "Rania, ingatlah! Sesulit apapun kehidupanmu saat berumah tangga, sepahit apapun itu. Jangan pernah meminta bercerai. Bicarakanlah setiap masalah dengan baik-baik. Bicaralah dari hati ke hati, bicara dengan kepala yang dingin dan jangan pernah lari dari masalah. Ingat! Masalah tidak akan selesai apabila kamu lari darinya. Akan tetapi ... hadapilah dengan hati yang tenang. Rania! Jadilah seorang istri yang patuh dan taat pada suami. Sekalipun ia berbuat buruk padamu. Karena ... surga seorang istri terletak pada keridhaan suami. Apapun yang ia lakukan dan perintahkan, maka taatilah. Selagi tidak keluar dari unsur agama. Kamu putri Ayah yang sangat kuat, bisa menghadapi semua masalah yang datang. Jika kamu lelah maka istirahatlah sejenak, jika kamu ragu dan takut untuk melangkah ... maka tanyakanlah hatimu. Mengadulah pada Tuhanmu dalam setiap sujud sepertiga malam. Nak! Jangan pernah mengeluhkan masalahmu kepada orang lain, terlebih pada teman lelakimu. Karena itu ... justru dap

  • POLIGAMI AKU, MAS!   KAMU TEGA, MAS!

    Motor berhenti di sebuah rumah kecil berpagar ungu muda. Aku memarkirkan motorku di depan rumah. Kemudian berjalan ke arah pintu seraya mengetuk pintu sembari mengucapkan salam dengan suara parau. Baru saja ingin melakukan ketukan untuk kedua kalinya. Tiba-tiba terdengar suara motor memasuki kawasan rumah. Yang tak lain adalah Khadijah. Ternyata dia baru pulang, aku kira sedang berada di rumah. Cepat-cepat aku menyeka air mata yang masih mengucur deras. "Eh, kamu di sini rupanya. Aku baru saja dari tempat Ibumu. Ada apa kemari," tanya Khadijah ketika turun dari motornya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, Khad." Khadijah menatapku dengan lekat, seolah tahu masalah apa yang sedang aku hadapi. Hingga akhirnya ia menyuruhku masuk. Teh hangat disuguhkan di depan mata, ia menyuruhku untuk meminumnya terlebih dahulu agar hati bisa lebih tenang. Setelah sudah cukup tenang, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang hari ini aku saksikan depan mata kepalaku sendiri. Terlih

  • POLIGAMI AKU, MAS!   MAAFKAN AKU, BU

    "Ran, itu badan sama pipi kamu kenapa? Kok memar-memar gitu? Kamu di pukul sama Andre? Apa kalian bertengkar" tanya Ibu antusias ketika melihat tubuhku yang memar-memar. "Eh, eum ... eum ... e--nggak kok, Bu. Rani gak di pukul sama Mas Andre, kami juga gak bertengkar," jawabku gugup. Bingung harus mencari alasan apa. "Terus ini kok memar-memar seperti orang dipukuli. Kamu jangan bohong sama Ibu, jawab yang jujur ini kenapa!" Kali ini suara Ibu meninggi. Di tambah ia terus menerus membuka baju di bagian pergelangan tangan. "Bu, jangan di buka. Rani gak kenapa-kenapa. Ini cuman memar karena ketumpahan air panas," ucapku sembari menghentikan tangan Ibu yang masih terus berusa membuka bajuku.Krek!!! Bajuku koyak di buat Ibu. Terlihat dengan jelas badan yang penuh luka lebam akibat pukulan Mas Andre semalam. Memar-memar biru itu tampak jelas saat Ibu membuka tirai jendela. "Apa ini? Mengapa tubuh kamu seperti ini? Rani! Tatap Ibu sekarang. Katakan yang sebenarnya, ini kenapa? Mengapa

  • POLIGAMI AKU, MAS!   KE RUMAH IBU

    Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan masuk dari Ibu. Aku keluar dari Coffe untuk mengangkatnya. "Ia, Bu. Ada apa?" tanyaku pada Ibu. "Kamu jadi datang ke rumah Ibu hari ini?" "Oh, i--ia Bu. Ini mau otw sekarang ke sana." "Ya sudah, Ibu tunggu ya." "Ia, Bu." Panggilan pun berakhir, aku lupa ... jika ternyata hari ini ada janji sama Ibu mau ke rumahnya karena ingin belajar masak soto. Aku bergegas pergi menuju rumah Ibu. Membiarkan Mas Andre dengan wanita itu, nanti juga bakal tahu siapa dia.Sebelum ke rumah Ibu, aku singgah ke pasar. Membeli semua yang diperlukan untuk membuat soto. Baru kali ini, aku mau belajar masak membuat soto. Biasanya selalu menolak, terlebih karena aku yang tak menyukainya. "Ayamnya sekilo saja, Bu," tanyaku ketika sudah berada di rumah Ibu. "Ndak usah sekilo, Nduk. Kebanyakan itu. Setengahnya saja," ujar Ibu mengupas beberapa kunyit. "Ini kita mau buat soto apa, Bu." "Soto ayam, Nduk.""Bahannya apa-apa saja, Bu. Biar Rani catat," ucapku seraya

  • POLIGAMI AKU, MAS!   SIAPA WANITA ITU?

    Aku memarkirkan motor honda di depan Coffe Qito. Kemudian masuk ke dalamnya. Namun sebelum itu, aku mengabari khadijah kalau sudah sampai di tempat lokasi. Terlihat khadijah melambaikan tangan padaku ketika pintu di buka. Aku tersenyum kepadanya, sembari berjalan menuju meja yang di pesan. "Kamu sudah lama menunggu di sini," tanyaku saat di depannya. "Lumayan juga sih, makanya itu tadi aku suruh kamu kemari," ujarnya. "Aku pesan minuman dulu ya, kamu mau pesan apa?" tanyaku sekali lagi. "Tidak usah pesan lagi, aku sudah memesannya duluan." "Owh ... ya sudah, ngomong-ngomong ada apa ini? Tumben ngajak ketemu, biasanya kamu sibuk." "Lagi libur kerja, minggu besok aku harus pergi ke surabaya, biasalah ... urusan masalah kerja. Makanya itu, takut nanti gak bisa ketemu sama kamu. Jadinya aku ajak ketemuan sekarang aja deh," ucapnya. "Owalah, aku kira ada apa tadi." "Gak ada apa-apa kok, cuman kangen sama kamu aja. Oh ya, Zain mana? Masih sekolah ya," tanya Khadijah. "Ia masih lah

  • POLIGAMI AKU, MAS!   AKU LETIH, MAS!

    "Ayok, sekali lagi saja," ujar Mas Andre memaksaku untuk melanjutkan permainannya. "Tapi aku sudah lelah, Mas. Tolong! pahamin aku. Lagi pula ... sudah enam kali kita melakukannya, apa itu juga tidak cukup dengan membuatmu puas?" jawabku meminta Mas Andre untuk mengerti. "Tapi aku masih ingin melakukannya sekali lagi." "Maaf, Mas. Bukan aku ingin menjadi istri yang durhaka kepada suami dengan tidak menuruti kemauannya. Tapi aku benar-benar letih. Terlebih sekarang sudah jam empat subuh. Biarkan aku istirahat sejenak, karena besok pagi banyak tugas yang harus aku kerjakan. Maafkan aku, Mas," lirihku sembari berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. Selesainya dari kamar mandi, aku kembali untuk istirahat. Namun Mas Andre masih duduk di atas kasur dan sama sekali tidak berpindah. Ia terus menerus memperhatikanku. Ada rasa tidak enak di dalam hati karena tidak menuruti keinginannya. Saat mata hendak terpejam karena lelah yang amat dalam, tiba-tiba Mas Andre berkata dengan perkata

DMCA.com Protection Status