Share

POLIGAMI AKU, MAS!
POLIGAMI AKU, MAS!
Author: Sabil775

AKU LETIH, MAS!

Author: Sabil775
last update Last Updated: 2022-06-17 17:20:10

"Ayok, sekali lagi saja," ujar Mas Andre  memaksaku untuk melanjutkan permainannya. 

"Tapi aku sudah lelah, Mas. Tolong! pahamin aku. Lagi pula ... sudah enam kali kita melakukannya, apa itu juga tidak cukup dengan membuatmu puas?" jawabku meminta Mas Andre untuk mengerti. 

"Tapi aku masih ingin melakukannya sekali lagi." 

"Maaf, Mas. Bukan aku ingin menjadi istri yang durhaka kepada suami dengan tidak menuruti kemauannya. Tapi aku benar-benar letih. Terlebih sekarang sudah jam empat subuh. Biarkan aku istirahat sejenak, karena besok pagi banyak tugas yang harus aku kerjakan. 

Maafkan aku, Mas," lirihku sembari berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. 

Selesainya dari kamar mandi, aku kembali untuk istirahat. Namun Mas Andre masih duduk di atas kasur dan sama sekali tidak berpindah. Ia terus menerus memperhatikanku. Ada rasa tidak enak di dalam hati karena tidak menuruti keinginannya. 

Saat mata hendak terpejam karena lelah yang amat dalam, tiba-tiba Mas Andre berkata dengan perkataan yang cukup menghardik. "Dasar! Istri gak bisa memuaskan nafsu suami, kalau dulu aku tahu kamu begini tak akan aku menikahimu." 

Perkataan itu begitu menyakitkan, namun sudah terbiasa didengar oleh telinga. 

Terkadang ... aku lelah dengan sikapnya, seperti anak kecil yang tak bisa dipahami. Terlalu labil, semaunya dia berbuat apa. Jika tak dituruti, maka celaan demi celaan yang akan terlontarkan. 

Sudah lelah, terlalu lelah bahkan menghadapi hari-hari seperti ini. Entah mau bagaimana lagi rumah tangga ini harus dipertahankan. Hanya demi Zain, lagi-lagi Zain menjadi alasan untuk aku bertahan pada suami seperti dia. 

***

"Zain sarapan dulu ... biar gak lemas saat upacara nanti," seru ku ketika melihat Zain yang sudah sibuk bergegas pergi ke sekolah. 

"Ia, Mi. Zain pakai kaus kaki aja kok, belum juga mau pergi," ujarnya seraya menarik salah satu kursi setelah selesai dari memakai kaus kaki. 

"Kamu mau susu atau teh saja, Mas," tanyaku pada Mas Andre. 

"Aku makan di kantor saja, lagi gak selera makan di rumah," jawabnya ketus. 

Aku hanya bisa menghela nafas, menelan ludah sembari menggigir ujung bibir, mencoba menahan dari amarah yang bergejolak. 

Mas Andre pergi tanpa berpamitan, bahkan pada anakku sekali ia   melakukannya. 

"Mami berantem lagi sama Papi," tanya Zain seolah sudah tahu apa yang telah terjadi. 

"Tidak kok, Zain. Papi mungkin lagi terburu-buru. Jadi tidak sempat untuk sarapan di rumah, biasanya juga Papi kan sarapan bareng kita." 

"Mami selalu gitu, suka nutupi kesalahan Papi dari Zain. Seolah semuanya baik-baik saja. Padahal lebih buruk dari semuanya." 

Aku tak tahu harus menjawab apa. Karena bagiku ... menutupi kesalahan suami, adalah kewajiban istri. Terlebih pada anak-anak. Aku hanya tak ingin, Zain membenci Papinya karena masalah sepele yang sebenarnya bisa di atasi. 

Di umur Zain yang sudah 15 tahun, membuatnya mungkin memahami apa yang Maminya rasakan. Tapi ... apa salah jika aku tak memberitahu semua masalah itu. 

"Mami bukannya nutupi kesalahan Papi, tapi Zain sendiri kan tahu Papi bagaimana," ujarku membantah perkataannya tadi. 

"Ia lah, Mi. Zain paham ... mami hanya tak ingin kalau Zain membenci Papi. Makanya setiap Zain tanya, Mami selalu mencari alasan. Inilah, itulah. Huf ..." 

"Sudah-sudah ... cepat dimakan nasinya, entar kamu terlambat upacara pula. Kasihan juga tuh Pak Arbi nungguin kamu." 

"Ia, Mi." 

Zain melahap makanannya, setelah selesai makan, ia menggandeng ranselnya. Lalu berjalan ke arah kursiku, mengucup kedua pipi seraya berkata. "Mi, doakan Zain ya. Agar Zain bisa jadi anak yang sukses. Kelak ... Zain nantinya akan membawa Mami pergi dari rumah ini. Agar kita bisa hidup bahagia tanpa adanya Papi." 

"Makasih ya, Sayang." 

Aku kembali mengecup pipi putraku itu. Menahan tangis dari ucapannya yang selalu ia katakan setiap pagi. 

"Hati-hati di jalan. Jangan lupa bekalnya di habiskan," seruku saat mobil Pak Arbi melaju ke sekolahnya Zain. 

Zain melambaikan tangannya, kemudian mobil membawanya pergi dari hadapanku. 

Seperti biasa ... selepas Zain berangkat sekolah, aku kini mulai sibuk dengan pekerjaan rumah. Terlebih ... di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga. Jadi semuanya harus di lakukan dengan sendiri. Sebenarnya aku ingin, mencari asisten untuk bisa membantuku membersihkan rumah yang cukup luas ini. Tapi Mas Andre selalu melarangnya dengan alasan tak bisa menggaji. 

Jika di pikir-pikir sebenarnya bisa saja menggaji satu asisten di rumah ini. Uang gajinya Mas Andre juga berlebih kok. 

Tapi mau bagaimana lagi, aku hanya seorang istri yang harus patuh pada perintah suami. Jika membangkang, nantinya akan di katakan sebagai istri durhaka lagi. 

Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan masuk dari Khadijah, seorang sahabat yang senantiasa bersama di kala suka maupun duka. 

"Gimana kabar kamu sekarang," tanya Khadijah dari seberang sana. 

"Alhamdulillah aku baik, kamu sendiri gimana," ucapku kembali bertanya. 

"Ya, gitulah ... lagi kurang sehat." 

"Kamu sakit?" tanyaku sedikit khawatir. 

"Ya, aku sedang sakit. Sakit kantong tapi," jawabnya sembari tertawa terbahak-bahak. 

"Hahaha, ada-ada saja kamu. Masih tanggal berapa ini beb, masih juga pertengahan bulan. Sudah sakit kantong saja. Lagi pula biaya kebutuhan kamu bukannya sedikit? anak gak ada, suami gak ada. Lalu apa uang itu kamu gunakan untuk apa? Pasti belanja terus, heum ... gak guna heranlah sama khad. Dari dulu kan emang kamu begitu " 

"Ya, mau bagaimana lagi Ran, namanya juga jomblo." 

"Makanya ... nikah dong." 

"Ah, malas. Aku tak ingin menikah, laki-laki zaman sekarang tahunya hanya menyiksa. Jika tak selingkuh pastinya akan berpoligami." 

"Hahaha, tak semuanya begitu, Khad. Kamu saja yang belum menemukan laki-laki yang tepat." 

"Sudah lah, jan di bahas. Semuanya sama, oh ya, aku mau ajak kamu ketemuan nih. Di tempat biasa, soalnya ada hal yang perlu aku katakan. Kalau ngomong dari telpon rasanya gak enak. Jadi ketemuan aja, ya." 

"Eum ... boleh aja sih. Kapan?" 

"Gimana kalau sekarang, aku lagi di coffe tempat biasa nih." 

"Oh, ya udah tunggu aku ya. Biar aku siap-siap dulu." 

"don't take long."

Panggilan diakhiri, aku bergegas mengganti pakaian, lalu mengambil tas dan kemudian pergi menuju lokasi.

"Pak, nanti jangan lupa jemput, Zain, ya. Kalau nanti dia pulang … terus nanyain saya dimana. Bilang, kalau saya pergi sebentar mau ketemu sama teman," ujarku sebelum pergi.

"Oh, Baik Bu. Nanti Saya sampaikan."

"Eum, satu lagi, Pak. Ini ada uang … tolong nanti di jalan beli makan siang buat Zain ya Pak. Sekalian Bapak juga." Aku menyodorkan uang lima puluh ribu. Untuk jaga-jaga jika nanti aku terlalu lama pulang.

"Baik, Bu." Pak Arbi mengambil uang.

Aku menghidupkan mesin motor dan terus berjalan menyusuri jalanan.

Related chapters

  • POLIGAMI AKU, MAS!   SIAPA WANITA ITU?

    Aku memarkirkan motor honda di depan Coffe Qito. Kemudian masuk ke dalamnya. Namun sebelum itu, aku mengabari khadijah kalau sudah sampai di tempat lokasi. Terlihat khadijah melambaikan tangan padaku ketika pintu di buka. Aku tersenyum kepadanya, sembari berjalan menuju meja yang di pesan. "Kamu sudah lama menunggu di sini," tanyaku saat di depannya. "Lumayan juga sih, makanya itu tadi aku suruh kamu kemari," ujarnya. "Aku pesan minuman dulu ya, kamu mau pesan apa?" tanyaku sekali lagi. "Tidak usah pesan lagi, aku sudah memesannya duluan." "Owh ... ya sudah, ngomong-ngomong ada apa ini? Tumben ngajak ketemu, biasanya kamu sibuk." "Lagi libur kerja, minggu besok aku harus pergi ke surabaya, biasalah ... urusan masalah kerja. Makanya itu, takut nanti gak bisa ketemu sama kamu. Jadinya aku ajak ketemuan sekarang aja deh," ucapnya. "Owalah, aku kira ada apa tadi." "Gak ada apa-apa kok, cuman kangen sama kamu aja. Oh ya, Zain mana? Masih sekolah ya," tanya Khadijah. "Ia masih lah

    Last Updated : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   KE RUMAH IBU

    Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan masuk dari Ibu. Aku keluar dari Coffe untuk mengangkatnya. "Ia, Bu. Ada apa?" tanyaku pada Ibu. "Kamu jadi datang ke rumah Ibu hari ini?" "Oh, i--ia Bu. Ini mau otw sekarang ke sana." "Ya sudah, Ibu tunggu ya." "Ia, Bu." Panggilan pun berakhir, aku lupa ... jika ternyata hari ini ada janji sama Ibu mau ke rumahnya karena ingin belajar masak soto. Aku bergegas pergi menuju rumah Ibu. Membiarkan Mas Andre dengan wanita itu, nanti juga bakal tahu siapa dia.Sebelum ke rumah Ibu, aku singgah ke pasar. Membeli semua yang diperlukan untuk membuat soto. Baru kali ini, aku mau belajar masak membuat soto. Biasanya selalu menolak, terlebih karena aku yang tak menyukainya. "Ayamnya sekilo saja, Bu," tanyaku ketika sudah berada di rumah Ibu. "Ndak usah sekilo, Nduk. Kebanyakan itu. Setengahnya saja," ujar Ibu mengupas beberapa kunyit. "Ini kita mau buat soto apa, Bu." "Soto ayam, Nduk.""Bahannya apa-apa saja, Bu. Biar Rani catat," ucapku seraya

    Last Updated : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   MAAFKAN AKU, BU

    "Ran, itu badan sama pipi kamu kenapa? Kok memar-memar gitu? Kamu di pukul sama Andre? Apa kalian bertengkar" tanya Ibu antusias ketika melihat tubuhku yang memar-memar. "Eh, eum ... eum ... e--nggak kok, Bu. Rani gak di pukul sama Mas Andre, kami juga gak bertengkar," jawabku gugup. Bingung harus mencari alasan apa. "Terus ini kok memar-memar seperti orang dipukuli. Kamu jangan bohong sama Ibu, jawab yang jujur ini kenapa!" Kali ini suara Ibu meninggi. Di tambah ia terus menerus membuka baju di bagian pergelangan tangan. "Bu, jangan di buka. Rani gak kenapa-kenapa. Ini cuman memar karena ketumpahan air panas," ucapku sembari menghentikan tangan Ibu yang masih terus berusa membuka bajuku.Krek!!! Bajuku koyak di buat Ibu. Terlihat dengan jelas badan yang penuh luka lebam akibat pukulan Mas Andre semalam. Memar-memar biru itu tampak jelas saat Ibu membuka tirai jendela. "Apa ini? Mengapa tubuh kamu seperti ini? Rani! Tatap Ibu sekarang. Katakan yang sebenarnya, ini kenapa? Mengapa

    Last Updated : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   KAMU TEGA, MAS!

    Motor berhenti di sebuah rumah kecil berpagar ungu muda. Aku memarkirkan motorku di depan rumah. Kemudian berjalan ke arah pintu seraya mengetuk pintu sembari mengucapkan salam dengan suara parau. Baru saja ingin melakukan ketukan untuk kedua kalinya. Tiba-tiba terdengar suara motor memasuki kawasan rumah. Yang tak lain adalah Khadijah. Ternyata dia baru pulang, aku kira sedang berada di rumah. Cepat-cepat aku menyeka air mata yang masih mengucur deras. "Eh, kamu di sini rupanya. Aku baru saja dari tempat Ibumu. Ada apa kemari," tanya Khadijah ketika turun dari motornya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, Khad." Khadijah menatapku dengan lekat, seolah tahu masalah apa yang sedang aku hadapi. Hingga akhirnya ia menyuruhku masuk. Teh hangat disuguhkan di depan mata, ia menyuruhku untuk meminumnya terlebih dahulu agar hati bisa lebih tenang. Setelah sudah cukup tenang, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang hari ini aku saksikan depan mata kepalaku sendiri. Terlih

    Last Updated : 2022-06-17
  • POLIGAMI AKU, MAS!   NASEHAT AYAH

    "Rania, ingatlah! Sesulit apapun kehidupanmu saat berumah tangga, sepahit apapun itu. Jangan pernah meminta bercerai. Bicarakanlah setiap masalah dengan baik-baik. Bicaralah dari hati ke hati, bicara dengan kepala yang dingin dan jangan pernah lari dari masalah. Ingat! Masalah tidak akan selesai apabila kamu lari darinya. Akan tetapi ... hadapilah dengan hati yang tenang. Rania! Jadilah seorang istri yang patuh dan taat pada suami. Sekalipun ia berbuat buruk padamu. Karena ... surga seorang istri terletak pada keridhaan suami. Apapun yang ia lakukan dan perintahkan, maka taatilah. Selagi tidak keluar dari unsur agama. Kamu putri Ayah yang sangat kuat, bisa menghadapi semua masalah yang datang. Jika kamu lelah maka istirahatlah sejenak, jika kamu ragu dan takut untuk melangkah ... maka tanyakanlah hatimu. Mengadulah pada Tuhanmu dalam setiap sujud sepertiga malam. Nak! Jangan pernah mengeluhkan masalahmu kepada orang lain, terlebih pada teman lelakimu. Karena itu ... justru dap

    Last Updated : 2022-07-26
  • POLIGAMI AKU, MAS!   SURGA YANG TAK DI RINDUKAN

    part 1"Kamu habis telponan sama siapa?" tanya Khadijah yang tiba-tiba berada di depanku sehingga membuat diri ini hampir terkejut. "Sama Kakak nya Mas Andre," jawabku singkat. "Oh, kamu cerita ke dia ya." "Gak kok, cuman tanya kabar saja." "Cuma itu saja?" "Ia, Sekalian juga Kak Intan ajak aku pergi belanja. Karena katanya sudah lama kami tak ketemu." "Kapan?" "Besok," ujarku. Khadijah mengangguk, seolah paham dengan maksud tujuanku. "Ran, cobalah kamu cerita sama kakaknya. tentang sifat adiknya yang sekarang." Usulan Khadijah sangat bagus, ternyata ia satu pemikiran denganku. Karena memang benar, hal itulah yang ingin sekali aku tanyakan ke Kak Intan. "Insya allah,nanti aku tanyakan," jawabku sembari pergi meninggalkannya. Namun saat kaki ingin melangkah pergi, tiba-tiba ... khadijah memanggilku sambil berkata. "Ran! Cepat kemari ... lihat ini," seru Khadijah sembari memberikan sebuah foto sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Awalnya aku masih biasa saja melihat f

    Last Updated : 2022-08-11
  • POLIGAMI AKU, MAS!   BUKAN HANYA AKU YANG TERSAKITI

    Part 2 Cepat-cepat Kak Intan menutupi pergelangan tangannya yang memar, entah memar karena apa aku tak pasti. "Tidak ada apa-apa," jawabnya seolah ada yang disembunyikan. "Kakak yakin itu tidak kenapa-kenapa? Tapi itu luka memar loh." Aku kembali bertanya, mencoba mencari tahu kebenarannya. "Hanya memar biasa," jawabnya singkat. Mendengar jawaban itu aku pun tak kembali bertanya. Takut nanti dikira terlalu ingin tahu. Masih fokus dengan novel di depan. Karangan dari Asma Nadia ... buku terpopuler di zamannya, hingga saat ini masih tetap di prioritaskan. Sampai-sampai sangking bagusnya ia dijadikan film di layar bioskop dan Televisi. Sebuah pertemuan tanpa kesengajaan, membuat semua hidup hancur tak berdaya. Kepercayaan itu seakan sudah tidak ada lagi, ia memudar seiring berjalannya waktu. Sebuah adegan kecelakaan tersebut membuat hati tak dapat bertahan dalam kesetiaan. Sehingga ia lebih memilih untuk berbagi dalam kebisuan. Apakah semua laki-laki seperti itu? Tak dapat memili

    Last Updated : 2022-08-25

Latest chapter

  • POLIGAMI AKU, MAS!   BUKAN HANYA AKU YANG TERSAKITI

    Part 2 Cepat-cepat Kak Intan menutupi pergelangan tangannya yang memar, entah memar karena apa aku tak pasti. "Tidak ada apa-apa," jawabnya seolah ada yang disembunyikan. "Kakak yakin itu tidak kenapa-kenapa? Tapi itu luka memar loh." Aku kembali bertanya, mencoba mencari tahu kebenarannya. "Hanya memar biasa," jawabnya singkat. Mendengar jawaban itu aku pun tak kembali bertanya. Takut nanti dikira terlalu ingin tahu. Masih fokus dengan novel di depan. Karangan dari Asma Nadia ... buku terpopuler di zamannya, hingga saat ini masih tetap di prioritaskan. Sampai-sampai sangking bagusnya ia dijadikan film di layar bioskop dan Televisi. Sebuah pertemuan tanpa kesengajaan, membuat semua hidup hancur tak berdaya. Kepercayaan itu seakan sudah tidak ada lagi, ia memudar seiring berjalannya waktu. Sebuah adegan kecelakaan tersebut membuat hati tak dapat bertahan dalam kesetiaan. Sehingga ia lebih memilih untuk berbagi dalam kebisuan. Apakah semua laki-laki seperti itu? Tak dapat memili

  • POLIGAMI AKU, MAS!   SURGA YANG TAK DI RINDUKAN

    part 1"Kamu habis telponan sama siapa?" tanya Khadijah yang tiba-tiba berada di depanku sehingga membuat diri ini hampir terkejut. "Sama Kakak nya Mas Andre," jawabku singkat. "Oh, kamu cerita ke dia ya." "Gak kok, cuman tanya kabar saja." "Cuma itu saja?" "Ia, Sekalian juga Kak Intan ajak aku pergi belanja. Karena katanya sudah lama kami tak ketemu." "Kapan?" "Besok," ujarku. Khadijah mengangguk, seolah paham dengan maksud tujuanku. "Ran, cobalah kamu cerita sama kakaknya. tentang sifat adiknya yang sekarang." Usulan Khadijah sangat bagus, ternyata ia satu pemikiran denganku. Karena memang benar, hal itulah yang ingin sekali aku tanyakan ke Kak Intan. "Insya allah,nanti aku tanyakan," jawabku sembari pergi meninggalkannya. Namun saat kaki ingin melangkah pergi, tiba-tiba ... khadijah memanggilku sambil berkata. "Ran! Cepat kemari ... lihat ini," seru Khadijah sembari memberikan sebuah foto sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Awalnya aku masih biasa saja melihat f

  • POLIGAMI AKU, MAS!   NASEHAT AYAH

    "Rania, ingatlah! Sesulit apapun kehidupanmu saat berumah tangga, sepahit apapun itu. Jangan pernah meminta bercerai. Bicarakanlah setiap masalah dengan baik-baik. Bicaralah dari hati ke hati, bicara dengan kepala yang dingin dan jangan pernah lari dari masalah. Ingat! Masalah tidak akan selesai apabila kamu lari darinya. Akan tetapi ... hadapilah dengan hati yang tenang. Rania! Jadilah seorang istri yang patuh dan taat pada suami. Sekalipun ia berbuat buruk padamu. Karena ... surga seorang istri terletak pada keridhaan suami. Apapun yang ia lakukan dan perintahkan, maka taatilah. Selagi tidak keluar dari unsur agama. Kamu putri Ayah yang sangat kuat, bisa menghadapi semua masalah yang datang. Jika kamu lelah maka istirahatlah sejenak, jika kamu ragu dan takut untuk melangkah ... maka tanyakanlah hatimu. Mengadulah pada Tuhanmu dalam setiap sujud sepertiga malam. Nak! Jangan pernah mengeluhkan masalahmu kepada orang lain, terlebih pada teman lelakimu. Karena itu ... justru dap

  • POLIGAMI AKU, MAS!   KAMU TEGA, MAS!

    Motor berhenti di sebuah rumah kecil berpagar ungu muda. Aku memarkirkan motorku di depan rumah. Kemudian berjalan ke arah pintu seraya mengetuk pintu sembari mengucapkan salam dengan suara parau. Baru saja ingin melakukan ketukan untuk kedua kalinya. Tiba-tiba terdengar suara motor memasuki kawasan rumah. Yang tak lain adalah Khadijah. Ternyata dia baru pulang, aku kira sedang berada di rumah. Cepat-cepat aku menyeka air mata yang masih mengucur deras. "Eh, kamu di sini rupanya. Aku baru saja dari tempat Ibumu. Ada apa kemari," tanya Khadijah ketika turun dari motornya. "Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu, Khad." Khadijah menatapku dengan lekat, seolah tahu masalah apa yang sedang aku hadapi. Hingga akhirnya ia menyuruhku masuk. Teh hangat disuguhkan di depan mata, ia menyuruhku untuk meminumnya terlebih dahulu agar hati bisa lebih tenang. Setelah sudah cukup tenang, aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang hari ini aku saksikan depan mata kepalaku sendiri. Terlih

  • POLIGAMI AKU, MAS!   MAAFKAN AKU, BU

    "Ran, itu badan sama pipi kamu kenapa? Kok memar-memar gitu? Kamu di pukul sama Andre? Apa kalian bertengkar" tanya Ibu antusias ketika melihat tubuhku yang memar-memar. "Eh, eum ... eum ... e--nggak kok, Bu. Rani gak di pukul sama Mas Andre, kami juga gak bertengkar," jawabku gugup. Bingung harus mencari alasan apa. "Terus ini kok memar-memar seperti orang dipukuli. Kamu jangan bohong sama Ibu, jawab yang jujur ini kenapa!" Kali ini suara Ibu meninggi. Di tambah ia terus menerus membuka baju di bagian pergelangan tangan. "Bu, jangan di buka. Rani gak kenapa-kenapa. Ini cuman memar karena ketumpahan air panas," ucapku sembari menghentikan tangan Ibu yang masih terus berusa membuka bajuku.Krek!!! Bajuku koyak di buat Ibu. Terlihat dengan jelas badan yang penuh luka lebam akibat pukulan Mas Andre semalam. Memar-memar biru itu tampak jelas saat Ibu membuka tirai jendela. "Apa ini? Mengapa tubuh kamu seperti ini? Rani! Tatap Ibu sekarang. Katakan yang sebenarnya, ini kenapa? Mengapa

  • POLIGAMI AKU, MAS!   KE RUMAH IBU

    Tiba-tiba ponselku berdering, panggilan masuk dari Ibu. Aku keluar dari Coffe untuk mengangkatnya. "Ia, Bu. Ada apa?" tanyaku pada Ibu. "Kamu jadi datang ke rumah Ibu hari ini?" "Oh, i--ia Bu. Ini mau otw sekarang ke sana." "Ya sudah, Ibu tunggu ya." "Ia, Bu." Panggilan pun berakhir, aku lupa ... jika ternyata hari ini ada janji sama Ibu mau ke rumahnya karena ingin belajar masak soto. Aku bergegas pergi menuju rumah Ibu. Membiarkan Mas Andre dengan wanita itu, nanti juga bakal tahu siapa dia.Sebelum ke rumah Ibu, aku singgah ke pasar. Membeli semua yang diperlukan untuk membuat soto. Baru kali ini, aku mau belajar masak membuat soto. Biasanya selalu menolak, terlebih karena aku yang tak menyukainya. "Ayamnya sekilo saja, Bu," tanyaku ketika sudah berada di rumah Ibu. "Ndak usah sekilo, Nduk. Kebanyakan itu. Setengahnya saja," ujar Ibu mengupas beberapa kunyit. "Ini kita mau buat soto apa, Bu." "Soto ayam, Nduk.""Bahannya apa-apa saja, Bu. Biar Rani catat," ucapku seraya

  • POLIGAMI AKU, MAS!   SIAPA WANITA ITU?

    Aku memarkirkan motor honda di depan Coffe Qito. Kemudian masuk ke dalamnya. Namun sebelum itu, aku mengabari khadijah kalau sudah sampai di tempat lokasi. Terlihat khadijah melambaikan tangan padaku ketika pintu di buka. Aku tersenyum kepadanya, sembari berjalan menuju meja yang di pesan. "Kamu sudah lama menunggu di sini," tanyaku saat di depannya. "Lumayan juga sih, makanya itu tadi aku suruh kamu kemari," ujarnya. "Aku pesan minuman dulu ya, kamu mau pesan apa?" tanyaku sekali lagi. "Tidak usah pesan lagi, aku sudah memesannya duluan." "Owh ... ya sudah, ngomong-ngomong ada apa ini? Tumben ngajak ketemu, biasanya kamu sibuk." "Lagi libur kerja, minggu besok aku harus pergi ke surabaya, biasalah ... urusan masalah kerja. Makanya itu, takut nanti gak bisa ketemu sama kamu. Jadinya aku ajak ketemuan sekarang aja deh," ucapnya. "Owalah, aku kira ada apa tadi." "Gak ada apa-apa kok, cuman kangen sama kamu aja. Oh ya, Zain mana? Masih sekolah ya," tanya Khadijah. "Ia masih lah

  • POLIGAMI AKU, MAS!   AKU LETIH, MAS!

    "Ayok, sekali lagi saja," ujar Mas Andre memaksaku untuk melanjutkan permainannya. "Tapi aku sudah lelah, Mas. Tolong! pahamin aku. Lagi pula ... sudah enam kali kita melakukannya, apa itu juga tidak cukup dengan membuatmu puas?" jawabku meminta Mas Andre untuk mengerti. "Tapi aku masih ingin melakukannya sekali lagi." "Maaf, Mas. Bukan aku ingin menjadi istri yang durhaka kepada suami dengan tidak menuruti kemauannya. Tapi aku benar-benar letih. Terlebih sekarang sudah jam empat subuh. Biarkan aku istirahat sejenak, karena besok pagi banyak tugas yang harus aku kerjakan. Maafkan aku, Mas," lirihku sembari berjalan ke kamar mandi membersihkan diri. Selesainya dari kamar mandi, aku kembali untuk istirahat. Namun Mas Andre masih duduk di atas kasur dan sama sekali tidak berpindah. Ia terus menerus memperhatikanku. Ada rasa tidak enak di dalam hati karena tidak menuruti keinginannya. Saat mata hendak terpejam karena lelah yang amat dalam, tiba-tiba Mas Andre berkata dengan perkata

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status