422. Cerita Mengenai Karta (Bagian C)"Iya, mereka menuduh kalau Abi itu adalah anak angkat, anak pungut. Karena setahu mereka, tahun sebelumnya kami memang sempat pulang ke desa untuk berlebaran di rumah Kakek dan juga Nenek, dan mereka hanya melihat Aji di sana. Jadi mereka menyimpulkan kalau Abi itu adalah anak angkat," kata Ibu lagi."Wah mereka benar-benar keterlaluan ya, Bu!" ujarku dengan cepat."Ya, iya. Mereka tidak tahu saja kalau Abi saat itu sedang demam, dan memang tidak kami bawa kemanapun, hanya berdiam diri di rumah Kakek dan juga Nenek," kata Ibu lagi. "Hanya Aji lah yang keluar rumah dan bermain bersama teman-temannya di sini," lanjut Ibu.Padahal aku sama sekali tahu kalau yang Ibu katakan itu semuanya adalah suatu kebohongan, pasti ketika mereka pulang ke desa untuk berlebaran di rumah Kakek dan Nenek, Mas Abi belum diserahkan kepada Ibu dan juga Bapak oleh Ibu kandungnya."Mulut mereka itu begitu berbisa, membuat Ibu kesal saja. Ibu sampai-sampai menantang mereka
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)423. Siasat Licik Karta (Bagian A)"Assalamualaikum!"Aku dan juga Ibu mengucap salam dengan kompak, dan beberapa orang yang ada di ruang tamu juragan Karta langsung mendongak ke arah kami, dan membalas salam dengan kompak pula."Waalaikumsalam!"Aku bisa melihat keberadaan Mas Aji, dan juga Mas Abi di sana, begitu juga dengan juragan Karta. Tapi, ada seorang wanita paruh baya yang juga duduk di samping Juragan Karta, dan aku bisa menebak kalau itu adalah istrinya.Wanita itu berpenampilan cukup nyentrik, dia memakai kebaya dan juga kain jarik sebagai outfitnya. Tak lupa dengan sanggul yang menghiasi kepalanya, secara keseluruhan aku bisa menilai kalau istri Juragan Karta ini … seperti seorang wanita Jawa pada umumnya.Namun, wajahnya terlihat berbeda. Alih-alih seperti wajah suku jawa yang terlihat lembut dan juga ayu, wajah istri Juragan Karta terlihat tegas dan juga lebih keras."Masuk, masuk Sri, masuk! Jangan berdiri di situ
424. Siasat Licik Karta (Bagian B)"Aku nggak ada curiga sama orang lain, kok," sahut Ibu sambil menyunggingkan senyum kecil. "Aku cuma bilang kalau mereka itu mau sukses, mereka bisa belajar dari suamiku, tidak perlu belajar dari orang lain. Belum tentu juga kalau mereka itu belajar dari Karta, mereka bakalan sukses. Toh, kalau guru kita itu tidak baik, maka hasil yang akan kita dapat juga tidak akan baik," kata Ibu dengan sangat cuek.Dan saat ini aku bisa melihat wajah Bu Retno yang langsung berubah menjadi merah padam, rldia sepertinya merasa tersinggung dengan kata-kata Ibu barusan yang bisa diartikan, kalau kesuksesan Mas Aji dan juga Mas Abi tidak akan bisa terjadi jika mencontoh juragan Karta."Jadi Juragan, bisa kami terima sertifikatnya sekarang? Dan kami akan melunasi uang yang sudah saya pinjam kepada Juragan," ujar Mas Aji tiba-tiba.Sepertinya Mas Aji paham betul bagaimana sifat Ibu yang tidak menyukai Bu Retno, makanya Mas Aji segera mengakhiri tatapan tajam yang masing
425. Siasat Licik Karta (Bagian C)Saat ini aku benar-benar kebingungan, apalagi melihat wajah Ibu dan juga Mas Aji yang terlihat sudah berada di ambang batas kesabaran. Bagaimana tidak, ternyata sertifikat itu tidak ada di rumah ini."Padahal, ketika Juragan ke rumah Ibu beberapa hari yang lalu, kami sudah bilang kalau kami akan menebus sertifikat itu dalam beberapa hari. Tetapi, Juragan malah tidak mengambil sertifikat itu di rumah Rama," kata Mas Abi dengan cepat."Iya, kalian memang udah ngomong, Bi, tapi aku lupa. Maklumlah, aku kan sudah tua. Jadi aku tidak ingat-ingat apa yang kalian bicarakan," kata Juragan Karta sambil terkekeh kecil.Ibu terlihat amat geram dengan kata-kata Juragan Karta barusan, dia melihat Juragan Karta dengan pandangan membunuh, seolah-olah ingin menguliti laki-laki itu hidup-hidup."Itu nggak patut dijadikan alasan, Karta. Karena kami sudah ngomong sama kamu tapi kamunya yang lupa," kata Ibu dengan nada kesal. "Sekarang bagaimana pun juga kami mau, serti
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)426. Amarah Ibu dan Bapak (Bagian A)Mas Aji kembali terduduk ke tempatnya semula, wajahnya berubah menjadi pucat dan menatap ke arah Juragan Karta dengan pandangan gamang.Sedangkan Juragan Karta hanya tersenyum, seolah apa yang dikatakannya barusan bukanlah hal yang mengejutkan untuk orang lain. Baik dia maupun Bu Retno, menunjukkan wajah yang terlihat biasa-biasa saja.Aku jadi berpikir kalau sebenarnya pasangan suami istri ini sering melakukan hal ini kepada orang lain, melakukan tindak kecurangan agar mereka mendapatkan keuntungan yang berkali-kali lipat.Dari sini aku benar-benar belajar, kalau orang yang terlihat bijaksana dan juga baik, sebenarnya bisa saja menyimpan sifat predator di dalam hatinya, dan siap menyerang siapapun untuk kepentingan dirinya sendiri.Juragan Karta terlihat sangat baik di hadapan masyarakat luas, dia sering nongkrong di warung-warung kopi, berbicara dengan masyarakat yang kesehariannya adalah se
427. Amarah Ibu dan Bapak (Bagian B)"Ya, kan sudah kubilang dari awal tadi, Ji. Aku itu sudah tua, aku ingin menurunkan bisnisku ini kepada Rama, dan dari sekarang dia harus belajar bagaimana cara menjalankannya. Jadi, aku memang meletakkan seluruh BPKB dan juga surat-surat penting ke tempat Rama," kata Juragan Karta dengan nada bangga. “Ya sudahlah, tidak perlu diungkit-ungkit! Silahkan tunggu sepuluh hari lagi! Tetapi ingat, uangnya jadi tiga ratus enam puluh juta," ujar Juragan Karta sambil menunjukkan jempolnya ke hadapan Mas Aji."Saya tidak terima, Juragan! Jika memang surat itu tidak ada malam ini, oke saya akan menunggu sepuluh hari lagi. Tetapi tetap dengan uang tiga ratus tiga puluh juta tidak ada lebih daripada itu!" ujar Mas Aji dengan nada tegas."Oh, ya nggak bisa begitu, dong, Ji, ini memang sudah ketentuannya! Karena sepuluh hari lagi sudah masuk hitungan bulan depan, jadi kamu harus membayar dua bulan bunga untuk melunasinya!" kata juragan Karta sambil menunjukkan j
428. Amarah Ibu dan Bapak (Bagian C)"Gak sudi aku lama-lama di rumah Karta, asal Bapak tahu saja, mereka benar-benar licik. Aku benar-benar merasa sangat berdosa sudah tinggal satu desa dengan mereka!" ujar Ibu dengan nada sinis. "Astaghfirullahaladzim, Bu! Istighfar! Ibu ini kenapa, sih?" tanya Bapak dengan nada heran. "Aji, Abi, Ibu kalian ini kenapa kok marah-marah begini?" tanya Bapak lagi."Ya, gimana nggak marah, Pak? Memang juragan Karta itu keterlaluan, darahku benar-benar mendidih saat ini. Jika tidak memikirkan kalau juragan Karta itu adalah orang tua, maka aku yakin aku sudah memaki dia dari tadi," ujar Mas Aji dengan nada ketus.Mas Aji langsung menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, dan menutup wajahnya demi menghindari tatapan bapak yang masih bertanya-tanya."Ya, memangnya ada apa? Bukannya kalian kesana itu mau ngambil sertifikat, lagian uang juga sudah dibawa, kan? Lah kok, pulang-pulang malah maki-maki seperti ini? Ada apa, sih?" tanya Bapak dengan nada frustasi.
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)429. Rasa Frustasi Aji (Bagian A)Kami semua langsung tersentak kaget saat Bapak menggebrak meja dengan sangat keras, raut wajahnya menunjukkan amarah yang sangat besar.Wajah tua Bapak yang masih terlihat gagah dan juga tampan, walau umurnya sudah tidak lagi muda merengut kesal. Kami semua yang ada di sana, menatap Bapak dengan pandangan takut-takut.Hanya Ibu yang menatap Bapak dengan pandangan menantang, seolah ingin melihat apa yang akan Bapak lakukan, setelah mengetahui kebenaran mengenai Juragan Karta yang ingin memeras Mas Aji."Lihat! Bapak saja sampai kesal, kan? Bagaimana Ibu yang ada di sana dan mendengar semua kata-katanya secara langsung? Mereka itu memang tidak punya akal, Ibu rasa mereka sudah merencanakan ini semua!" ujar Ibu dengan ketus. "Padahal kita sudah memberitahu Karta sewaktu dia datang ke sini, tapi tetap saja dia tidak mengambil surat tanah itu dari rumah Rama, malah membiarkan anaknya itu pergi berlibu