PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)393. Pembagian Uang Tabungan (Bagian A)POV AUTHORPagi-pagi sekali Lisa sudah berbenah, dia membersihkan tempat tidurnya dan juga membangunkan kedua anaknya. Lisa sangat bersyukur karena kedua anak yang dilahirkannya, benar-benar penurut dan tidak pernah mengecewakannya.Lisa juga amat bersyukur karena Ema mencarikan kontrakan yang lengkap dengan fasilitas di dalamnya, Lisa hanya membawa badan dan juga baju yang dia miliki, selebihnya sudah semua tersedia di dalam kontrakan ini.Kini Lisa tahu kenapa kontrakan Ramon selalu ramai, itu karena memang fasilitas yang ditawarkan tidak main-main. Walaupun harganya relatif lebih mahal, tetapi orang yang menyewa tidak akan pernah kecewa."Nanti kamu sama Adik di rumah dulu, ya. Mama soalnya mau menyelesaikan sesuatu," kata Lisa sambil mengusap rambut Naufal dengan penuh kasih sayang."Mau ke mana, Ma?" tanya Naufal dengan penasaran.Bocah itu memang masih kecil, tetapi dia sudah sangat t
394. Pembagian Uang Tabungan (Bagian B)"Assalamualaikum, Ustadzah!"Lisa memberi salam, dia berdiri di depan pintu rumah yang masih tertutup rapat. Lisa memang datang satu jam lebih cepat, karena dia merasa dia pasti akan merasa malu ketika dia datang tetapi sudah banyak wali murid yang berada di sana."Waalaikumsalam, eh, Mbak Lisa. Ayo masuk-masuk!" Zulaikha langsung menggeser tubuhnya, dan menyuruh Lisa untuk masuk. "Mbak Lisa sudah sarapan? Saya baru saja selesai masak untuk sarapan, karena perjanjian kita kan masih ada waktu satu jam lagi," kata Zulaikha dengan canggung.Wanita yang mempunyai gelar seorang Ustadzah itu merasa takut, kalau dia salah lihat pesan yang Lisa kirim. Dia takut kalau sebenarnya pesan itu berisikan mereka akan berkumpul jam tujuh pagi, dan bukannya jam delapan."Saya sudah makan Ustadzah, silakan Ustadzah lanjutkan saja! Karena saya akan menunggu di sini," kata Lisa dengan sopan."Maaf, Mbak Lisa. Saya tidak salah baca kan yang di grup WhatsApp kemarin?
395. Pembagian Uang Tabungan (Bagian C)Zulaikha yang melihat Lisa terdiam langsung merasa bersalah, karena Zulaikha merasa kata-katanya barusan pasti menyinggung hati Lisa."Jika Mbak Lisa merasa tersinggung, saya mohon maaf. Saya tidak bermaksud seperti itu," kata Zulaikha dengan tulus."Tidak apa-apa Ustadzah. Saya tidak merasa tersinggung, malah karena kata-kata Ustadzah barusan saya jadi sadar kalau saya memang merasa lebih tenang dan juga jauh lebih nyaman sekarang ini," kata Lisa lagi."Alhamdulillah kalau begitu, saya ikut senang karena Mbak Lisa merasa tenang dan juga nyaman," kata Zulaikha menyahuti. "Jangan lupa selalu dekatkan diri dengan Allah subhanahu wa ta'ala, Mbak. Karena bagaimanapun juga gusti Allah lah yang akan menjadi penolong kita kelak. Baik itu di dunia ini maupun di akhirat nanti!" kata Zulaikha sambil menatap Lisa dengan pandangan lekat."Insya Allah, Ustadzah. Saya akan berusaha untuk menjadi jauh lebih baik lagi. Saya akan berusaha mendekatkan diri kepad
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)396. Tangisan Penuh Haru (Bagian A)"Assalamualaikum!""Assalamualaikum, Bu!"Lisa mengucap salam di depan rumah Sri, namun tak ada jawaban sama sekali dari dalam rumah. Lisa sadar sepertinya mantan mertuanya ini sedang tidak ada di sini.Tetapi ini masih pagi, dan itu artinya mantan Ibu mertuanya itu pasti tidak jauh dari rumah. Mungkin saja sedang membeli sayuran, makanya Lisa memutuskan untuk menunggu di teras.Sembari menunggu, dia kembali mengecek ponselnya. Kalau-kalau saja ada pesan ataupun panggilan dari teman-temannya, ataupun keluarganya.Karena jujur saja, Lisa masih mengharapkan kalau Ibu dan juga keluarganya meminta maaf atas perlakuan yang sudah mereka buat kepada Lisa. Tetapi sayangnya, sampai sekarang tidak ada satupun dari anggota keluarganya yang menghubunginya.Lisa jelas saja merasa kecewa, dia menghembuskan nafas dengan lelah dan menyandarkan tubuhnya di kursi teras dengan perasaan yang amat lelah.Dia menata
397. Tangisan Penuh Haru (Bagian B)"Apa itu?" tanya Sri ingin tahu.Wanita itu memicingkan matanya saat melihat benda yang Lisa keluarkan dari dalam tasnya, Lisa lalu meletakkan benda itu di atas meja dan menatap Sri dengan pandangan yang sulit untuk diartikan."Ini aku kembalikan kepada Ibu, tapi maaf jumlahnya tidak seperti ketika ibu berikan kepadaku. Karena jujur saja empat puluh gram diantaranya sudah aku jual untuk melunasi uang tabungan anak-anak yang terpakai," kata Lisa sambil menunduk dalam.Ternyata yang dia letakkan di atas meja adalah satu plastik klip kecil yang berisi beberapa perhiasan di dalamnya, Lisa kemudian mendorong plastik itu semakin mendekat kepada Sri."Aku akan berusaha membayar yang empat puluh gram itu, Bu. Tetapi mungkin tidak sekaligus, maaf kalau aku akan mencicilnya," kata Lisa sambil menunduk dalam.Sri dan juga Anna kemudian saling berpandangan, lagi-lagi mereka merasa kalau hal ini benar-benar di luar dugaan. Setelah kejutan yang pertama diberikan
398. Tangisan Penuh Haru (Bagian C)"Semuanya sudah terjadi, tidak ada yang perlu di disesalkan. Ibu sudah memaafkan kamu dan Ibu yakin Aji juga sudah memaafkan kamu, Sa," kata Sri sambil mengeratkan pelukannya kepada tubuh Lisa. "Kamu kenapa semakin kurus? Kenapa dalam beberapa hari saja tulang-tulangmu sudah terlihat seperti ini? Ibu sedih melihat kamu," ujar Sri sambil meraba bahu dan juga lengan Lisa.Anna yang melihat pemandangan haru itu juga ikut menangis, dia merasa emosional karena sudah melihat bagaimana besarnya kasih sayang Sri kepada Lisa dan bagaimana Lisa menyesali perbuatannya."Ya Allah, Nduk! Nduk! Kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu kurus? Kenapa matamu cekung seperti ini? Kamu tidak tidur dengan baik?" ujar Sri sambil mengusap air mata Lisa yang mengalir deras. "Bagaimana keadaan Naufal dan juga Salsa? Apa kalian baik-baik saja? Apa kalian tidak kesusahan di sana?" tanya Sri lagi.Lisa semakin mengeraskan tangisannya, dia memeluk tubuh Sri dengan erat, merasa luar
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant) 399. Kehilangan (Bagian A) “Mas, nanti malam kita ke rumah juragan Karta, ya! Biar kita ambil surat tanahmu,” ujar Abi setelah sesaat setelah dia selesai meneguk air minum dari botol. Mereka saat ini sedang beristirahat makan siang, di dalam rumah kecil milik mereka yang ada di sawah ini. Masing-masing dari tiga orang yang ada di sana, sudah menyelesaikan makannya. Baik Amran, Aji, maupun Abi, kini sudah bersandar di dinding dan menikmati angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Setelah setengah harian bekerja di sawah, memang hal yang paling menyenangkan adalah saat merasakan hembusan angin yang menerpa wajah dan juga tubuh mereka. Sepanjang mata memandang, hanya terlihat sawah yang sebagian baru mulai menguning dan sebagian lagi sudah selesai di arit. Menurut perkiraan mereka, hari ini sawah yang sudah bisa dipanen akan selesai dan dalam waktu dua minggu ini maka sawah sisanya juga bisa dipanen. Aji yang mendengar kata-kata ad
400. Kehilangan (Bagian B)"Yang penting kita sudah mendapatkan jalan keluarnya," ujar Abi dengan lembut."Aku berterima kasih sekali sama kamu dan juga Anna, karena kalian mau membantuku untuk melunasi hutang-hutang ku pada juragan Karta. Kalau tidak ada kalian, maka aku pasti akan kebingungan dan berakhir dengan mati setelah dihisap habis oleh lintah darat itu," kata Aji sambil memalingkan wajahnya ke arah kolam."Wah, tumben seorang Mas Aji bisa mengucapkan kata terima kasih," Abi menggoda kakaknya itu.Aji langsung menoleh cepat, dia mendelik dan menatap Abi dengan pandangan tajam. Dia merasa geram luar biasa, karena kata-kata adiknya barusan yang terdengar mengejek di telinganya."Maksud kamu apa?!" tanya Aji dengan ketus."Ya, maksud aku selama ini kan, Mas nggak pernah ngucapin terima kasih. Mas, itu kan angkuh, sombong, culas, dan … apalagi, ya?" Abi memegang keningnya dengan raut berpikir yang terlihat serius."Dan juga bego!" Amran menyahut cepat."Bapak kok ikut-ikutan, sih