PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)378. Kedatangan Edi (Bagian A)Lisa menatap Rona dengan pandangan heran, kenapa anak kecil ini ada di sini? Lisa menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja menjadi gatal, apalagi saat melihat tatapan Rona yang seolah tengah mengulitinya.“Mbak, ngapain di sini?” Ulang gadis itu lagi. “Mana Naufal sama Salsa? Aku kangen banget, mereka nggak kelihatan beberapa hari ini,” uja Rona lagi.Lisa menelan ludah, Rona adalah cucu Cokro, Kakak dari mantan Bapak mertuanya. Seharusnya dia memanggil Lisa dengan sebutan ‘Bulek’ atau ‘Bibi’, tetapi Lisa menyuruhnya Rona memanggilnya dengan sebutan’Mbak’. Wanita itu merasa belum terlalu tua, dan dia merasa masih pantas untuk dipanggil dengan sebutan ‘Mbak’ atau ‘Kakak’. Padahal, Rona sendiri memanggil Aji dengan sebutan ‘Paklek’.“Oh, Mbak ada perlu di sini. Naufal sama Salsa ada di mobil, mereka lagi tidur,” sahut Lisa sambil menunjuk mobil Ema yang terparkir apik di parkiran. “Kamu ngapain di si
379. Kedatangan Edi (Bagian B)Aku tidak menyahuti lagi, karena aku sudah sampai di halaman dan sudah menemukan keberadaan Mas Aji. Dia sedang bermain catur bersama Mas Abi, dan aja Joko juga di sana.“Mas, Ibu nih, mau ngomong.” Aku lantas berbicara, sambil kakiku tetap melangkah mendekat.Ketiga orang di sana langsung menoleh serempak, dan dengans erempak pula mereka mengernyit heran.“Ibu? Mau ngomong apa? Tumben banget!” Mas Abi menyahut, dia mengulurkan tangannya dan itu membuat aku balik mengernyit.“Ini buat Mas Aji, Mas,” sahutku dengan datar.“Ya ngomong dari tadi, Dek. Mas siapa yang kamu maksud, apakah Mas Aji, Mas Joko, atau Mas kesayangan kamu ini!” Mas Abi mendengus kesal.Aku mengabaikan kata-katanya, dan memilih untuk memberikan ponselku pada Mas Aji yang sudah menadahkan tangannya. Kakak iparku itu terlihat tenang, dia mengaktifkan fitur loudspeaker dan meletakkan ponsel itu di meja.“Ya, Bu? Ada apa?” tanya Mas Aji dengan lembut, dia menggerakkan kudanya untuk merunt
380. Kedatangan Edi (Bagian C)“Atau Mas Abi ikut saja untuk menemani Mas Aji? Mana tahu kalau Mas Abi ikut, Mas Aji jadi mau untuk pulang ke rumah.” Aku menatap suamiku itu dengan cengiran lebar di bibirku.“Apaan sih, Dek. Jangan ajak-ajak Mas lah, Mas juga nggak mau ke sana buat ketemu sama Marwan yang songong itu!” Mas Abi menolak dengan cepat.“Padahal itu ide yang bagus loh, Bi. Ayolah, ikut saja. Biar aku tidak sendirian menghadapi omong kosong mereka itu,” kata Mas Aji berusaha merayu adiknya itu.“Mas takut sendirian ke sana?” tanya Mas Abi dengan tatapan tidak percaya, yang terlihat amat dibuat-buat. “Kalau takut, bilang Mas … biar aku temenin ke sana,” kata Mas Abi lagi.Aku hampir saja tertawa terbahak-bahak saat mendengar balasan yang diberikan oleh Mas Abi, aku tahu betul harga diri Mas Aji yang setinggi langit pasti akan terluka ketika dikatain sebagai seorang penakut oleh Adiknya sendiri.Dan biasanya, Mas Aji akan langsung bergerak menjauh tanpa mau menyahut sedikitpu
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)381. Permintaan Gila Edi (Bagian A)Aji menaikkan alisnya, dan menunggu apa yang ingin dikatakan oleh Edi. Namun, Om dari mantan istrinya itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun setelahnya.Laki-laki Itu kelihatan bingung, mau mulai berbicara dari mana. Dia menatap Marwan sesekaLI, namun lelaki yang lebih muda malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.Terlihat jelas, kalau Marwan juga bingung dan dia tidak mau memulai pembicaraan mengenai uang yang Aji titipkan kepadanya. Padahal Aji sudah menunggu apa yang ingin mereka bicarakan.Aji akan sangat senang, jika uang miliknya dikembalikan malam ini juga. Jadi dia tidak harus menunggu hingga seminggu lagi, jika hal itu terjadi … maka dia akan benar-benar merasa amat bahagia dan juga bersyukur.“Maaf, Om sebenarnya mau ngomong apa? Soalnya aku nggak punya waktu banyak, aku mau istirahat karena besok pun kami harus kembali ke sawah,” ujar Aji sambil menatap Edi dengan pa
382. Permintaan Gila Edi (Bagian B)“Loh, jadi itu artinya kamu menuduh Marwan melakukan penggelapan dana, begitu? Jika tuduhan kamu ini tidak berdasar, dan tuduhan kamu ini adalah sebuah kesalahan, maka kamu bisa dituntut ke polisi loh, Ji. Jangan sampai kamu merugi, niatnya kamu ingin mendapatkan uang, eh … malah dituntut ke polisi hanya gara-gara tuduhan kamu yang tidak berdasar ini!” ujar Edi sambil menyunggingkan senyum sinis.Namun Aji sama sekali tidak gentar, dia kemudian menatap Edi dengan lekat.“Yah, kita buktikan saja jika memang dia mempunyai teman orang Kalimantan, yang merupakan seorang pengusaha batubara itu, maka aku bisa mempercayai kalau dia benar-benar tidak menipuku. Tetapi, sampai sekarang aku belum pernah menemui temannya itu, dan perusahaan apa yang dia kelola pun aku tidak tahu.” Aji menyahut dengan santai. “Aku tidak menuduh tanpa dasar, yang jelas aku menuduh setelah mengamati semuanya selama enam bulan ini, Om!” lanjut Aji lagi.Marwan menelan ludah dengan
383. Permintaan Gila Edi (Bagian C)Edi sendiri langsung mengajukan diri untuk bernegosiasi dengan Aji, saat Maryam mengatakan kalau Marwan mendapat masalah, dan harus mengembalikan uang sebanyak tiga ratus tujuh puluh lima juta kepada Aji hanya dalam waktu satu minggu.Edi merasa kalau hubungannya cukup dekat dengan Amran dan juga Aji, jadi dia merasa percaya diri kalau Aji akan mendengarkan kata-katanya, dan mau membatalkan permintaannya itu. Atau paling tidak, mau mengundurkan waktu hingga Marwan bisa mengumpulkan uang miliknya.Tapi sayangnya, apa yang dipikirkan Edi sama sekali bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di sini. Aji tetap kekeh untuk mengambil uangnya itu satu minggu lagi.Edi jadi kebingungan sendiri, dia sudah tidak punya akal lagi untuk membujuk mantan keponakannya itu, karena bagaimanapun juga … uang yang Aji titipkan kepada Marwan memang berjumlah sangat besar.Edi kemudian mencoba menenangkan dirinya, dia kemudian menoleh ke arah Amran dan akan berusah
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)384. Serangan Kombo dari keluarga Amran (Bagian A)Aji kembali ke tempatnya semula, dan menatap Edi dengan pandangan tak percaya. Sama seperti Aji, wajah Amran dan juga Abi ikut berubah menjadi tidak enak. Mereka bertiga, kemudian saling berpandangan satu sama lain. Yang mereka pikirkan itu sama, dan itu terlihat amat jelas. Sangat amat jelas, cengo, lucu, heran, dan juga tak percaya.“Maksud kamu ini apa toh, Di? Jujur saja aku belum mengerti!” Amran menyahut setelah sekian lama terdiam. “Maklum, aku ini sudah tua, aku kurang tanggap dalam hal-hal begini,” lanjut Amran sambil tertawa sumbang.“Mas, maksudku adalah … Mas meminjamkan sejumlah uang kepada kami, agar kami bisa membayar uang Aji. Dan dalam beberapa bulan, kami berjanji akan mengembalikannya!” Edi berujar dengan amat mantap.Amran mengangguk-angguk mengerti, wajahnya menunjukkan rasa geli yang amat sangat. Tetapi, laki-laki yang masih terlihat tampan dan juga gagah d
385. Serangan Kombo dari keluarga Amran (Bagian B)Edi langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, demi menghindari tatapan tajam Sri yang sudah terhunus ke arahnya. Sialan! Edi mengutuk Abi di dalam hatinya."Uang? Uang apa, Di?" tanya Sri cepat. "U—uang, uang, uang, a—anu ….""Gini loh, Bu!" Abi memotong cepat. "Jadi, untuk membayar uang Mas Aji, Marwan itu tidak punya uang. Dan, Om Edi punya ide, buat meminjam uang 'nganggur', milik Ibu sama Bapak," kata Abi sambil tersenyum manis."Uang nganggur itu apa?" Sri berlagak bodoh.Dia menatap Abi dan anaknya itu dengan cepat mengangkat bahu. Namun, lelaki itu mamajukan tubuhnya dan menatap Sri dengan lekat."Tadi aku juga nggak tahu maksud Om Edi, Bu. Tapi, ternyata maksudnya adalah uang simpanan." Abi menjelaskan dengan detail. "Lucu ya, Bu. Masak uang simpanan di bilang uang nganggur. Aku baru denger ini soalnya," kata Abi lagi."Lah, Ibu juga baru dengar ini," sahut Sri sambil terkekeh kecil, dia lalu menatap ke arah Edi lagi. "