PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)381. Permintaan Gila Edi (Bagian A)Aji menaikkan alisnya, dan menunggu apa yang ingin dikatakan oleh Edi. Namun, Om dari mantan istrinya itu sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun setelahnya.Laki-laki Itu kelihatan bingung, mau mulai berbicara dari mana. Dia menatap Marwan sesekaLI, namun lelaki yang lebih muda malah mengalihkan pandangannya ke arah lain.Terlihat jelas, kalau Marwan juga bingung dan dia tidak mau memulai pembicaraan mengenai uang yang Aji titipkan kepadanya. Padahal Aji sudah menunggu apa yang ingin mereka bicarakan.Aji akan sangat senang, jika uang miliknya dikembalikan malam ini juga. Jadi dia tidak harus menunggu hingga seminggu lagi, jika hal itu terjadi … maka dia akan benar-benar merasa amat bahagia dan juga bersyukur.“Maaf, Om sebenarnya mau ngomong apa? Soalnya aku nggak punya waktu banyak, aku mau istirahat karena besok pun kami harus kembali ke sawah,” ujar Aji sambil menatap Edi dengan pa
382. Permintaan Gila Edi (Bagian B)“Loh, jadi itu artinya kamu menuduh Marwan melakukan penggelapan dana, begitu? Jika tuduhan kamu ini tidak berdasar, dan tuduhan kamu ini adalah sebuah kesalahan, maka kamu bisa dituntut ke polisi loh, Ji. Jangan sampai kamu merugi, niatnya kamu ingin mendapatkan uang, eh … malah dituntut ke polisi hanya gara-gara tuduhan kamu yang tidak berdasar ini!” ujar Edi sambil menyunggingkan senyum sinis.Namun Aji sama sekali tidak gentar, dia kemudian menatap Edi dengan lekat.“Yah, kita buktikan saja jika memang dia mempunyai teman orang Kalimantan, yang merupakan seorang pengusaha batubara itu, maka aku bisa mempercayai kalau dia benar-benar tidak menipuku. Tetapi, sampai sekarang aku belum pernah menemui temannya itu, dan perusahaan apa yang dia kelola pun aku tidak tahu.” Aji menyahut dengan santai. “Aku tidak menuduh tanpa dasar, yang jelas aku menuduh setelah mengamati semuanya selama enam bulan ini, Om!” lanjut Aji lagi.Marwan menelan ludah dengan
383. Permintaan Gila Edi (Bagian C)Edi sendiri langsung mengajukan diri untuk bernegosiasi dengan Aji, saat Maryam mengatakan kalau Marwan mendapat masalah, dan harus mengembalikan uang sebanyak tiga ratus tujuh puluh lima juta kepada Aji hanya dalam waktu satu minggu.Edi merasa kalau hubungannya cukup dekat dengan Amran dan juga Aji, jadi dia merasa percaya diri kalau Aji akan mendengarkan kata-katanya, dan mau membatalkan permintaannya itu. Atau paling tidak, mau mengundurkan waktu hingga Marwan bisa mengumpulkan uang miliknya.Tapi sayangnya, apa yang dipikirkan Edi sama sekali bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi di sini. Aji tetap kekeh untuk mengambil uangnya itu satu minggu lagi.Edi jadi kebingungan sendiri, dia sudah tidak punya akal lagi untuk membujuk mantan keponakannya itu, karena bagaimanapun juga … uang yang Aji titipkan kepada Marwan memang berjumlah sangat besar.Edi kemudian mencoba menenangkan dirinya, dia kemudian menoleh ke arah Amran dan akan berusah
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)384. Serangan Kombo dari keluarga Amran (Bagian A)Aji kembali ke tempatnya semula, dan menatap Edi dengan pandangan tak percaya. Sama seperti Aji, wajah Amran dan juga Abi ikut berubah menjadi tidak enak. Mereka bertiga, kemudian saling berpandangan satu sama lain. Yang mereka pikirkan itu sama, dan itu terlihat amat jelas. Sangat amat jelas, cengo, lucu, heran, dan juga tak percaya.“Maksud kamu ini apa toh, Di? Jujur saja aku belum mengerti!” Amran menyahut setelah sekian lama terdiam. “Maklum, aku ini sudah tua, aku kurang tanggap dalam hal-hal begini,” lanjut Amran sambil tertawa sumbang.“Mas, maksudku adalah … Mas meminjamkan sejumlah uang kepada kami, agar kami bisa membayar uang Aji. Dan dalam beberapa bulan, kami berjanji akan mengembalikannya!” Edi berujar dengan amat mantap.Amran mengangguk-angguk mengerti, wajahnya menunjukkan rasa geli yang amat sangat. Tetapi, laki-laki yang masih terlihat tampan dan juga gagah d
385. Serangan Kombo dari keluarga Amran (Bagian B)Edi langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, demi menghindari tatapan tajam Sri yang sudah terhunus ke arahnya. Sialan! Edi mengutuk Abi di dalam hatinya."Uang? Uang apa, Di?" tanya Sri cepat. "U—uang, uang, uang, a—anu ….""Gini loh, Bu!" Abi memotong cepat. "Jadi, untuk membayar uang Mas Aji, Marwan itu tidak punya uang. Dan, Om Edi punya ide, buat meminjam uang 'nganggur', milik Ibu sama Bapak," kata Abi sambil tersenyum manis."Uang nganggur itu apa?" Sri berlagak bodoh.Dia menatap Abi dan anaknya itu dengan cepat mengangkat bahu. Namun, lelaki itu mamajukan tubuhnya dan menatap Sri dengan lekat."Tadi aku juga nggak tahu maksud Om Edi, Bu. Tapi, ternyata maksudnya adalah uang simpanan." Abi menjelaskan dengan detail. "Lucu ya, Bu. Masak uang simpanan di bilang uang nganggur. Aku baru denger ini soalnya," kata Abi lagi."Lah, Ibu juga baru dengar ini," sahut Sri sambil terkekeh kecil, dia lalu menatap ke arah Edi lagi. "
386. Serangan Kombo dari keluarga Amran (Bagian C)"Hahhhhh, kesal sekali Ibu, Pak!" Sri menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa. "Apa mereka kira uang empat ratus juta itu lelucon? Nggak ada akal memang!" kata Sri lagi."Hust! Sabar, Bu!" Amran tersenyum kecil. "Ra iso sabar aku iki, Pak. Ngeselin puooolll!" Sri kembali mengerang."Bu, tapi Ibu keren banget tadi!" Abi mengangkat kedua jempolnya."Benarkah?" Wajah Sri langsung berbinar, dipuji anak sendiri memang rasanya sangat menyenangkan."Iya, Ibu langsung memukul mereka dengan telak, setelah sebelumnya menerbangkan mereka ke angkasa!" Kali ini Aji yang menyahut, dia juga ikut menaikkan jempolnya ke atas.Wajah Sri kembali berbinar, jauh lebih terang kali ini. Kedua anaknya memang sangat pintar dalam menaikkan moodnya, dan Sri sangat bersyukur akan hal itu."Ah, Ibu nggak sehebat itu …." Sri berujar malu."Nggak hebat dari mana? Ibu nggak ada lawan, deh! Keren!" kata Abi lagi."Iya, aku juga setuju!" Aji ikut menimpali."Sudah
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)387. Ke Bank (Bagian A)POV ANNASetelah Mas Abi pergi ke sawah bersama Mas Aji pagi ini, Ibu tiba-tiba menelponku. Dia menyuruhku untuk datang ke rumah, dan berakhir dengan aku yang menitipkan toko kembali kepada Aina dan juga Emak.Beruntunglah Emak dan juga adikku itu mengerti, dengan kesibukanku yang akhir-akhir ini bertambah banyak. Mereka tidak masalah untuk menjaga toko selama aku pergi.Ibu bilang ada hal penting, tetapi aku sama sekali tidak mengetahui apa yang Ibu maksud. Makanya, saat ini aku bergegas datang kesana dengan mengendarai motor nemex milikku.Saat aku sudah membelokkan motorku ke halaman rumah milik Ibu, aku merasa heran karena motor butut yang tadi digunakan Mas Abi ke sawah malah sudah berada di sini.Bukankah tadi suamiku hendak pergi ke sawah? Lalu kenapa saat ini dia ada di rumah Ibu? Dan kenapa Ibu juga memanggilku ke sini?Daripada aku merasa penasaran, aku langsung saja masuk ke dalam rumah setelah
388. Ke Bank (Bagian B)"Berhutang budi kepalamu!" sahut Ibu sambil menepuk kening Mas Abi dengan lumayan kuat. "Sama orang tua sendiri mana ada istilah berhutang budi. Lagi pula, ini Ibu dan juga Bapak sudah memikirkannya. Agar adil, Mas mu akan kami berikan kebun yang lain, kalau ketahuan pun tidak akan jadi ribut pada akhirnya. Dan, biar ini menjadi pelajaran baginya, biar dia tahu apa arti kehilangan!" kata Ibu dengan lembut.Mas Abi nampak berpikir, dia menatapku dengan pandangan bertanya. Sedangkan aku sendiri hanya mengangkat bahu, dan menyerahkan sepenuhnya kepada Mas Abi.Sejujurnya aku sama sekali tidak masalah, jika kebun itu sama sekali bukan dibuat atas nama istilah kasarnya adalah kami. Kami hanya membeli kebun itu dari juragan Karta, namun pembeli sebenarnya adalah Ibu dan juga Bapak.Tetapi saat mendengar kata-kata Ibu barusan, yang mengatakan kalau kebun ini benar-benar akan diberikan kepada Mas Abi, dan Mas Aji akan mendapatkan gantinya dari kebun yang lain, aku juga
532. Keadaan Lisa!"Ada apa, Dek?""Ibu ... bapak, Mas.""Ibu sama bapak kenapa, Dek?""Kita harus segera ke rumah sakit, Mas.""Memangnya kenapa, Dek? ngomong dulu sama Mas. Jangan buat Mas gak karuan.""Buruan Mas kita pergi ke rumah sakit.""Hei, tunggu, kalian mau ke mana? ibu dan bapak, maksudnya Sri dan Arman? kenapa mereka?" tanya Nuraini. Ana menggeleng, dia tak mau menjelaskan apapun pada Nuraini. Ana langsung menarik Abi keluar dan segera menaiki mobil mereka. "Ada apa, Dek, ngomong sama Mas?" tanya Abi saat di dalam mobil. "Ibu ... bapak ... kecelakaan, Mas.""Astagfirullah.""Bentar, aku bilang Bulek Romlah dulu buat jaga toko." Anna berjalan menuju tokonya. "Bulek tolong jaga toko dulu yah. Ana dan Mas Abi harus ke rumah sakit.""Kenapa kalian mendadak ke rumah sakit, ada apa, Na?""Ibu dan bapak kecelakaan, Bulek. Kami harus segera ke rumah sakit.""Innalilahi. Ya sudah hati-hati, Na. Kamu gak usah mikirin toko, biar Bulek yang jaga, insyallah aman dan amanah. Kalian
531. Kabar yang mengejutkan! (Bagian B)Abi menghempaskan kepalan tangannya di atas meja yang terbuat dari kayu jati, meja yang Ana beli sepaket dengan sofa yang tengah mereka duduki ini. Dia tidak pernah melihat Abi yang semarah ini, suaminya itu terlihat seperti orang lain di matanya. Tidak ada sosok Abi yang biasanya Ana lihat.“ABI! DURHAKA KAMU, YA!” Nuraini memekik heboh.Jelas jantungnya hampir melompat saat Abi menggebrak meja dengan kekuatan seperti tadi, dia menatap anak yang dia lahirkan itu dengan tatapan tajam. Namun, Abi malah balik menatapnya dengan tatapan yang tak kalah tajam.“Silahkan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis!” kata Abi dengan suara yang bergetar.“Tidak! Kamu adalah anakku, dan wajar jika aku ada di rumahmu sekarang ini.” Nuraini berbicara dengan santai. “Apa uang -uang yang Bapak berikan belum cukup?” tanya Abi dengan kekehan kecil di ujung bibirnya. “Uang apa?” tanya Nuraini sok polos.“Bukannya Anda mengancam Bapak, akan mengungkapkan jati
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar Secara Elegan) 530. Kabar yang mengejutkan! (Bagian A) “A—apa?” Ana bahkan tidak bisa mencerna apa yang Abi katakan, Amran memberi uang kepada Nuraini? Kenapa? Apakah mereka kembali berhubungan? Apakah itu artinya Amran kembali berkhianat dengan orang yang sama, dan membuat Sri terluka? Demi Allah, Ana tidak akan rela jika hal itu benar terjadi. Dia tidak akan sanggup melihat awan mendung kembali menggelayuti wajah Sri, jika dulu dia Ana tidak ada di sana untuk menghentikan tragedi perselingkuhan itu, maka kali ini Ana tidak akan diam. Dia akan berusaha untuk membuat Amran dan juga Sri tetap bersama, tanpa ada orang ketiga, walaupun itu adalah Ibu kandung suaminya sendiri. “Kamu ngomong apa, Mas? Kamu tahu dari mana? Dan kenapa Bapak memberi uang pada Ibu Nuraini?” tanya Ana bertubi-tubi. “Aku tahu, sebab aku melihat sendiri Bapak yang memberikan uang itu. Kami ke sawah bersama, tetapi Bapak pergi tiba-tiba. Awalnya aku sama sekali tidak
529. Dusta atau Nyata? (Bagian C)Ana bisa melihat wajah Nuraini yang berubah pias, namun dia masih berpikir positif. Mungkin wanita paruh baya itu gugup karena ditanya Abi dengan nada tajam seperti itu, Ana mengamati Nuraini sama seperti Abi yang memaku pandangannya pada Ibu kandungnya itu."Aku dilarang oleh Amran dan juga Sri untuk menemuimu, mereka mengancamku dan juga menekanku agar aku tidak menunjukkan wajahku di depanmu!" kata Nuraini dengan lantang. "Mereka yang memisahkan kita, bukan aku yang tidak ingin menemuimu. Kau anakku, mana mungkin aku tega menelantarkan mu hingga berpuluh-puluh tahun lamanya!" kata Nuraini lagi.Ana langsung tertegun, dia tidak percaya jika kedua mertuanya melakukan hal tersebut. Mereka adalah orang yang baik, tidak mungkin mereka menghalangi seorang Ibu bertemu dengan anaknya.Lain Ana, lain pula dengan Abi. Lelaki itu hanya diam, dan juga tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menaikkan sebelah alisnya, dengan tangan yang bersedekap di depan da
528. Dusta atau Nyata? (Bagian B)Rambut yang dicat merah, baju kaos ketat, dan celana jeans yang tak kalah ketat. Gila! Ibu kandung suaminya ini seperti anak remaja saja, padahal Ana yakin kalau umurnya pasti tidak jauh berbeda dengan Sri.Ana saja yang baru berusia dua puluh lima tahun, malu jika harus berpakaian seperti itu. Ah ... tidak, tidak. Aina yang masih berumur sembilan belas tahun pun, tidak pernah berpakaian seperti itu.Padahal adik bungsunya itu masih remaja, tahu mengenai fashion yangs edang trend, tetapi alhamdulillahnya Aina sangat menjaga tubuhnya dari pakaian yang terbuka dan selalu memakai jilbab yang bisa menjaga auratnya.Yah, semakin tua bumi ini, semakin banyak tingkah penghuninya. Huft! Ana mendesah kasar, ingin julid tapi Nuraini adalah Ibu kandung suaminya, dan itu artinya dia termasuk mertua Ana juga.Tetapi tidak mau julid pun Ana tidak mampu, serba salah jadinya.“Itu kan kata-kata kamu doang, aslinya mah saya nggak tahu apa yang ada di hati kamu! Bisa a
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)527. Dusta atau Nyata? (Bagian A)"Mas …." Ana mendesah, menggeleng pelan sambil menatap Abi dengan pandangan dalam.Wanita itu berharap kalau suaminya tidak akan bertindak gegabah, bukankah tidak boleh jika mengambil keputusan saat sedang emosi? Ana tidak mau, Abi menyesal pada akhirnya.Sedangkan Abi sendiri belum mengendurkan sedikitpun wajahnya yang tegang, dia jelas-jelas menunjukkan raut ketidaksukaannya dan juga raut keberatan akan kehadiran Nuraini di sini."Bukankah saya sudah bilang berkali-kali? Jangan datang dan mencoba untuk merusak kebahagiaan kami!" Suara Abi terdengar lantang. "Sampai kapanpun, ibu saya hanya ada satu dan itu tidak akan berubah!" lanjutnya lagi "Iya, ibumu hanya ada satu orang, dan itu adalah aku! Bukan wanita jahannam itu!" Nuraini menyahut tak kalah lantang. "Yang membawamu ke dunia ini adalah aku, bukan dia!" katanya lagi, sambil memelototi Abi.Abi mendengus, dan mengalihkan pandangannya ke a
526. Ibu Kandung Abi (Bagian C)"Saya yakin Ana tidak akan berbuat seperti itu. Lagi pula Ana sudah tahu yang sebenarnya, saya sudah jujur kepadanya sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tidak ada lagi yang harus saya takutkan!" kata Abi dengan nada mantap.Wanita itu menaikkan sebelah alisnya, kemudian dia terkekeh sinis. Dia mengangguk-angguk mengerti, dan menatap Ana dengan pandangan dalam."Kalau begitu, aku tidak akan sungkan lagi," katanya dengan nada pelan. "Saya adalah Nuraini—Ibu kandung Abi!" kata wanita itu sambil menyeringai kecil.Ana tidak menyahut, dan hanya menatapnya dengan diam. Namun, tak lama kemudian wanita itu mengangguk dan berusaha menyunggingkan senyum kecil sebagai balasannya."Saya Ana—istri dari Mas Abi!" ujar Ana dengan mantap. "Maaf jika saya tidak mengenali Ibu sebelumnya," lanjutnya lagi.Abi dan juga Nuraini tentu saja merasa heran, bagaimana bisa Ana bersikap setenang ini? Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun, tidak ada keterkejutan a
525. Ibu Kandung Abi (Bagian B)"Oh, ketemu sama Mas Abi? Ibu kenal juga sama suami saya?" tanya Ana dengan alis yang terangkat tinggi. "Jarang-jarang ada teman SMA, yang sudah lama tidak bertemu, tapi mengenal anak dari temannya tersebut," kata Ana lagi.Wanita itu menatap Ana dengan pandangan tajam, dia memindai penampilan istri Abi ini dengan alis yang terangkat tinggi. Penampilan Ana terlihat sederhana, hanya memakai tunik, dan juga kulot, serta jilbab instan di kepalanya.Tidak ada perhiasan emas di tangannya, baik itu di jari, maupun di pergelangan tangan Ana tidak ada apapun. Wanita itu kemudian menyunggingkan senyum sinis, dan mengambil kesimpulan kalau sepertinya anak kesayangannya ini salah memilih istri.Secara keseluruhan, Ana dinilai tidak layak untuk bersanding dengan Abi!"Itu bukan urusan kamu, itu urusan saya dengan Abi. Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusan kami!" ujar wanita itu dengan nada kesal."Lah, nggak berhak bagaimana, Bu? Saya ini adalah istri Mas Abi
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)524. Ibu Kandung Abi (Bagian A)POV AUTHORAbi langsung mendengus sinis saat mendengar kata-kata wanita itu, dia kemudian terkekeh kecil dan menolehkan pandangannya ke arah tembok. Selama beberapa saat, dia terpaku menatap tembok itu dengan pikiran yang gamang.Di dalam hati lelaki itu, jelas dan juga mutlak, dia merasa keberatan dengan kehadiran wanita ini di rumahnya. Walaupun wanita itu mengaku sebagai Ibu kandungnya, tetapi tetap saja Abi merasa tak suka.Ibu yang dia kenal semenjak dia kecil hingga sekarang ini adalah Sri. Wanita itulah yang Abi anggap sebagai Ibu, dan juga penolongnya. Jelas saja Abi merasa berat, untuk menerima orang lain masuk ke dalam kehidupannya. "Jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu tata krama, Abi! Kamu ternyata sudah dibesarkan dengan cara yang sangat buruk oleh Sri!" kata wanita itu dengan sangat ketus, dan juga mengejek.Abi langsung mendecih sinis, dia menolehkan pandangannya dan menata