367. POV LISA (Dikhianati oleh Ibu) (Bagian B)“A—apa? Ka—kamu tahu hal ini dari mana? Kamu mendengar hal ini dari mana, Sa? itu bukanlah suatu kebenaran, itu adalah fitnah yang dilemparkan oleh orang lain kepada Ibu!” kata Ibu berusaha membela dirinya.“Fitnah? Dari orang lain? Nggak, Bu. Aku mendengar hal ini bukan dari orang lain, Bu. Aku mendengar ini dari orang yang memang bersangkutan langsung!” kataku dengan tegas. “Lalu Ibu bilang, dia memfitnah Ibu? Wah! Aku tidak percaya kalau Mbak Rosa memfitnah Ibu sebegitunya, tujuannya apa coba?” tanyaku sambil menyunggingkan senyum sinis.“APA? ROSA?”Mata Ibu langsung membelalak dengan lebar, dia seperti orang yang tengah dipaksa untuk bunuh diri sekarang ini. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat, dan aku yakin bola matanya akan menggelinding keluar, jika saja itu bukan ciptaan dari yang maha kuasa.Begitu juga dengan Marwan, dia yang tadi mengukuhkan dirinya untuk tidak melihatku, dan memalingkan wajahnya ke arah jendela, saat ini
368. POV LISA (Dikhianati oleh Ibu) (Bagian C)Hingga di titik ini, aku merasa kalau aku itu benar-benar bodoh, karena sudah mengira kalau Mbak Rosa tadi sedang memberikan nasihat yang baik untukku. Karena nyatanya, dia menyuruhku makan hanya agar aku terlihat menawan, demi bisa mencari lelaki lain untuk menggantikan Mas Aji secepatnya.“Halah, kamu itu nggak usah munafik deh, Sa. Lagipula, kamu itu kan udah bercerai sama Aji, ya kamu udah bebas lah untuk mencari laki-laki lain. Jangan bodoh kamu jadi perempuan, Aji saja tega membuang kamu seperti itu. Ya, kamu itu harus membuktikan sama dia, dengan mengencani lelaki lain yang lebih baik daripada dia. Tunjukkan kalau kamu itu juga bisa mencari laki-laki yang jauh di atasnya!” kata Mbak Rosa lagi.Aku menghela nafas dengan panjang, merasa luar biasa kesal kepada kakak kandungku itu. Jika saja dia bukanlah kakakku, maka aku sudah pasti akan memaki dan juga mengeluarkan sumpah serapah kepadanya.“Aku nggak munafik, Mbak. Tapi aku itu mem
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)369. Semuanya Terbongkar (Bagian A)Aku hanya diam, dan tidak memberikan reaksi apapun. Berusaha tetap tenang, walau jauh di dalam lubuk hatiku sana rasanya amarahku sudah bergemuruh dengan amat kuat.Aku masih belum menyangka, bagaimana Ibu bisa setega itu kepadaku? Beliau benar-benar membohongiku selama ini, dan memperlakukanku seperti orang bodoh hanya demi kedua anaknya yang lain.Aku ingin melihat sejauh mana kebohongan yang akan Ibu berikan lagi kepadaku, karena aku yakin dia pasti akan membela dirinya lagi dan berusaha mengelak.Amat terlihat jelas dari wajahnya yang seperti berpikir keras, tentang apa yang harus dia lakukan dan juga jawaban yang harus dia berikan tentang pertanyaanku barusan.Sedangkan Marwan sendiri hanya terdiam, sambil menelan ludah gugup dia menatap ke arah jendela, berusaha menjauhi tatapan tajamku yang berusaha mengintimidasinya.Sungguh busuk permainan mereka, sehingga aku merasa amat sangat mual s
370. Semuanya Terbongkar (Bagian B)Baik ketika dia masih bujangan, maupun ketika dia sudah berumah tangga. Lalu bagaimana bisa dia mengatakan aku lebay?“Lebay?” tanyaku sambil terkekeh kecil. “Siapa yang kamu bilang lebay? Mbak?” tanyaku lagi.“Ya, iyalah. Siapa lagi, Mbak? Mbak itu terlalu lebay, kalau menurutku. Ibu itu menggunakan uang yang Mbak berikan untuk berinvestasi, kok. Memang tidak berinvestasi batubara pada temanku, tetapi Ibu kan berinvestasi dengan membelikan sawah dan juga tanah!” ujar Marwan dengan nada pongah.“Wan!” Ibu terlihat ingin marah, dia menatap anak bungsunya itu dengan pandangan tajam.Namun, Marwan Hanya mendengus. Dia kemudian kembali menatapku dengan pandangan mengejek, syarat akan rasa yang sulit aku artikan. Dia menatapku seolah aku adalah bahan lelucon, yang patut untuk ditertawakan.“Kamu jangan mengada-ngada, investasi dengan membelikan sawah dan juga tanah dengan menggunakan uangku, investasi apa itu?” tanyaku sambil menyeringai kecil. “Jika Ibu
371. Semuanya Terbongkar (Bagian C)“Udah deh, Bu. Aku udah nggak mau dengar apapun lagi, aku udah terlanjur kecewa sama Ibu. Bagaimana bisa Ibu membohongi aku seperti saat ini? Aku benar-benar kecewa!” kataku dengan penuh penekanan.“Adikmu benar, Ibu melakukan ini semua untuk investasi kita, Nduk. Untuk investasi kita, bukan untuk orang lain!” Akhirnya Ibu berkata jujur.Namun kejujuran itu sama sekali tidak terasa menyenangkan di telingaku, aku malah menganggapnya sebagai kata-kata dusta belaka yang sanggup membuat aku menjadi amat terluka.“Investasi apa” tanyaku dengan cepat. “Bukan investasi namanya, Bu. Ibu membeli tanah dan juga sawah itu dengan cara menipuku dan juga Mas Aji, lalu investasi apa yang Ibu maksudkan?” tanyaku dengan nada putus asa.“Ibu nggak menipu kamu—”“Nggak menipu bagaimana? Ibu jelas-jelas menipu aku, loh. Kami sampai berhutang ke rentenir, dan juga mengandaikan SK-ku ke bank untuk mendapatkan uang itu, dan ternyata uangnya malah Ibu gunakan untuk Marwan
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)372. Lisa diusir (Bagian A)“Tapi, kamu itu udah cerai sekarang. Jadi, udah nggak ada yang diharapkan!” ujar Ibu lagi dengan nada ketus.Beliau mendengus dan berjalan ke arah kasur lagi, dia menghempaskan dirinya di samping Marwan dan memeluk bahu Adik bungsuku itu dengan penuh kasih sayang.“Seharusnya, kalau kamu masih menjadi istri Aji kamu itu bisa mencari cara, agar dia tidak meminta uangnya secepat ini,” kata Ibu sambil menatapku dengan pandangan tajam.“Bu!” Aku berseru dengan nada tidak percaya.“Apa? Jamu jangan bersikap seperti itu, Lisa. Aku ini adalah ibumu, berani-beraninya kamu membentak aku!” ujar Ibu dengan nada tidak suka.Aku langsung tertawa tanpa suara, menggeleng-gelengkan kepalaku dengan raut tidak percaya. Ibu benar-benar sudah sangat keterlaluan.Jadi, selagi aku dan Mas Aji Masih bersama dia masih ingin memperalat aku agar bisa mendapatkan uang lebih banyak dari keluarga Mas Aji.“Untuk beberapa hal, aku
373. Lisa diusir (Bagian B)“Gila! Dari mana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan untuk mengembalikan uang Aji saja, Ibu masih bingung. Dan sekarang kamu sudah meminta uangmu juga? Enam ratus juta itu tidak sedikit, Sa! Jangan main-main kamu!” sahut Ibu dengan nada ketus.Sedangkan Marwan sendiri berkali-kali mengusap peluh yang ada di dahinya, dia juga sepertinya sangat ketakutan saat ini karena ancaman yang sedang mengintainya adalah jeruji besi.“Aku nggak mau tahu, Bu. Yang pasti, aku ingin uang itu kembali. Kalau Ibu memang tidak punya uang, kenapa tidak Ibu jual saja tanah dan juga sawah yang sudah Ibu belikan untuk Marwan dan juga Mbak Rosa?” sahutku dengan nada santai“Enak saja!” Marwan kemudian berteriak panik. “Sawah itu adalah milikku, dan aku tidak akan pernah menjualnya kepada siapapun!” ujar Marwan lagi.“Hei, sawahmu itu dibeli dengan menggunakan uangku, dan saat ini Ibu berkewajiban untuk mengembalikan uang itu ketika dia tidak punya uang. Lalu kamu pikir,
374. Lisa diusir (Bagian C)“Baiklah kalau begitu, aku akan pergi dari sini. Aku akan pindah dan membawa anak-anakku, Ibu tenang saja. Tapi untuk yang pertama, kembalikan dulu perhiasan itu!” kataku semakin menadahkan tanganku ke arahnya.Ibu kelihatannya sangat kesal, karena dia langsung melepas segala perhiasan yang dipakainya dengan amat kasar. Seolah-olah ingin memutuskan semuanya.Empat buah cincin, sepuluh buah gelang, satu gelang keroncong, dan satu buah kalung panjang, sudah berpindah ke tanganku. Kemudian Ibu menatapku dengan pandangan yang amat sangat nyalang.“Kamu benar-benar membuat Ibu kecewa, Sa!” ujar Ibu sambil menunjukku.“Aku lebih kecewa dengan Ibu!” sahutku dengan nada keras. “Sekarang, silakan kalian keluar dari kamarku karena aku akan membereskan pakaianku, dan juga anak-anakku. Kami akan pergi dari sini sekarang juga!” kataku sambil menunjuk pintu kamar.Ibu dan Marwan kemudian langsung keluar dengan kaki yang menghentak, mereka sepertinya tidak terima dengan p