362. Menyerah dengan mudah (Bagian C)"Eh, An, kamu nggak mau ini uangnya beneran? Kalau kamu mau isikan saja minyakmu lima puluh ribu, jadi kita bagi dua uangnya," kata Bi Ramlah lagi."Nggak, Bi, untuk Bibi saja. Belikan aja jajanan untuk anak-anak Bibi," kataku sambil tersenyum, dan melihatnya dari kaca spion.Setelah menurunkan Bi Ramlah di rumahnya, aku langsung bergegas ke rumahku yang memang sudah tidak terlalu jauh. Dan saat aku membelokkan motorku di halaman, aku bisa melihat motor Mas Aji berada di sana.Saat aku memasuki rumah, aku bisa mencium bau masakan yang sangat harum dari ruang makan."Assalamualaikum!" kataku sambil masuk ke dalam rumah."Waalaikumsalam!" suara Emak terdengar dari dapur.Aku langsung bergegas ke sana, berbarengan dengan Aina yang keluar dari kamar belakang. Dia terlihat menyipitkan mata melihatku sambil bergumam."Baru pulang, Mbak?" tanyanya ingin tahu. "Baru aja," kataku menyahuti. "Itu di depan ada motor Mas Aji, orangnya ke mana?" tanyaku ingin
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)363. Kekecewaan Lisa (Bagian A)POV AUTHOR“Ibu malu banget tadi, Sa!” Maryam mengomel, dia menatap Lisa dengan pandangan tajam.Sedangkan anak tengahnya itu malah menunduk dengan dalam, dan tidak mau mendongak sedikitpun untuk melihat wanita yang sudah melahirkannya itu.“Kamu dengar nggak, sih? Bisa-bisanya ngasih Ibu emas kreditan! Padahal Ibu sudah sreg banget sama itu kalung!” kata Mayam lagi, dia menghempaskan tubuhnya ke sandaan sofa, dan mendongakkan kepalanya demi melihat langit langit ruangan. “Kamu benar-benar sudah mempermalukan Ibu!” cecarnya lagi.“Ya mau gimana lagi, Bu. Aku emang udah nggak punya uang lagi,” sahut Lisa dengan nada lesu. “Kamu kemanakan uang uang kamu, hah? Kok, bisa-bisanya tiba-tiba udah nggak ada aja!” Mayam mencebik sinis. “Jangan boros-boros, Sa! Ingat, kamu udah nggak punya suami dan mertua kaya!” kata Maryam dengan penuh penekanan.“Ya aku perlu beli makeup, dan juga baju, Bu!” Lisa mendeng
364. Kekecewaan Lisa (Bagian B)“Sa! Nggak bisa beginilah, kamu kok berubah, sih?” Maryam berujar dengan nada kecewa.“Udahlah, Ibu ikutin aja kata-kata aku. Ibu mau hidup susah?” tanya Lisa tiba-tiba.“Ya nggak, lah.” Maryam menjawab cepat. “Siapa juga yang mau hidup susah,” lanjutnya sambil mencibir.“Nah, kalau begitu … biarkan aku menjual perhiasan itu, aku mau namaku tetap bersih, Bu. Karena sudah berpisah dengan Mas Aji, maka dia harus melihat bagaimana aku bangkit dan berubah,” kata Lisa dengan nada misterius.“Maksud kamu apa, sih?” tanya Maryam tidak mengerti.“Udah deh, Ibu juga nggak bakalan ngerti. Yang pasti, Ibu harus membiarkan aku menjual perhiasan itu. Dibanding mengurusi perhiasan milikku, Ibu lebih baik mengurus masalah investasi yang dijalankan oleh Marwan. Waktu yang diberikan Mas Aji tinggal sedikit, dan mencari uang sebanyak itu jelas susah. Jangan sampai anak kesayangan Ibu itu masuk ke dalam penjara,” ujar Lisa dengan nada mengejek.“SA! Kamu kok, ngomong begi
365. Kekecewaan Lisa (Bagian C)"Enak banget dia mau memenjarakan aku, emangnya dia siapa?" Marwan berujar pongah.Lisa terdengar menghela nafas dengan panjang, dia lalu membalikkan tubuhnya dan menatap Marwan yang saat ini sedang duduk di atas ranjang, dengan pandangan yang sulit diartikan."Wan, kamu sadar nggak, sih? Kamu itu udah menipu kami, menipu Mas Aji, menipu aku, yang merupakan mbakmu sendiri. Kamu bilang uang itu untuk investasi, loh. Aku berusaha keras untuk membujuk Mas Aji, agar dia mau menggadaikan kebun kami untuk pada Juragan Karta, agar dia mau menggadaikan SK-ku, agar bisa memberikan uang itu kepada kamu, Wan. Supaya apa? Supaya kamu bisa berinvestasi di tempat temanmu itu, supaya kamu juga bisa mendapatkan keuntungan, supaya kamu bisa mempunyai kehidupan yang lebih mapan, tidak selalu bergantung kepada istrimu. Tetapiz nyatanya apa? Kamu malah membohongi kami, membohongi aku! Mbak nggak ngerti lagi mau ngomong apa, bahkan jika seandainya Mas Aji memang benar-benar
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)366. POV LISA (Dikhianati oleh Ibu) (Bagian A)POV LISA“Ma—maksud kamu, apa?” Ibu bertanya takut-takut.“Ibu nggak usah pura-pura seperti itu, toh di sini hanya ada kita bertiga. Hanya ada aku, Ibu, dan juga Marwan. Lalu kenapa Ibu masih berpura-pura tidak tahu seperti itu?” tanyaku dengan santai. “Ayolah, kalian bisa mengatakan semuanya kepadaku, kalian melakukan sesuatu seolah-olah aku ini adalah orang luar, orang asing, yang tidak punya andil apa-apa di keluarga ini,” lanjutku lagi sambil terkekeh dengan keras.Ibu terlihat menelan ludah dengan susah payah, beliau kemudian menatap Marwan dengan alis yang terangkat, namun hanya gelengan lah yang bisa diberikan oleh adikku itu.Wanita yang begitu aku sayangi itu terlihat amat gugup sekarang, bahkan langkahnya ketika masuk ke dalam kamarku terlihat bergetar dan juga ragu-ragu.“Kamu ini bicara apa sih, Nduk?” tanya Ibu dengan nada yang amat teramat lembut.Yah, Ibu baru saja men
367. POV LISA (Dikhianati oleh Ibu) (Bagian B)“A—apa? Ka—kamu tahu hal ini dari mana? Kamu mendengar hal ini dari mana, Sa? itu bukanlah suatu kebenaran, itu adalah fitnah yang dilemparkan oleh orang lain kepada Ibu!” kata Ibu berusaha membela dirinya.“Fitnah? Dari orang lain? Nggak, Bu. Aku mendengar hal ini bukan dari orang lain, Bu. Aku mendengar ini dari orang yang memang bersangkutan langsung!” kataku dengan tegas. “Lalu Ibu bilang, dia memfitnah Ibu? Wah! Aku tidak percaya kalau Mbak Rosa memfitnah Ibu sebegitunya, tujuannya apa coba?” tanyaku sambil menyunggingkan senyum sinis.“APA? ROSA?”Mata Ibu langsung membelalak dengan lebar, dia seperti orang yang tengah dipaksa untuk bunuh diri sekarang ini. Wajahnya langsung berubah menjadi pucat, dan aku yakin bola matanya akan menggelinding keluar, jika saja itu bukan ciptaan dari yang maha kuasa.Begitu juga dengan Marwan, dia yang tadi mengukuhkan dirinya untuk tidak melihatku, dan memalingkan wajahnya ke arah jendela, saat ini
368. POV LISA (Dikhianati oleh Ibu) (Bagian C)Hingga di titik ini, aku merasa kalau aku itu benar-benar bodoh, karena sudah mengira kalau Mbak Rosa tadi sedang memberikan nasihat yang baik untukku. Karena nyatanya, dia menyuruhku makan hanya agar aku terlihat menawan, demi bisa mencari lelaki lain untuk menggantikan Mas Aji secepatnya.“Halah, kamu itu nggak usah munafik deh, Sa. Lagipula, kamu itu kan udah bercerai sama Aji, ya kamu udah bebas lah untuk mencari laki-laki lain. Jangan bodoh kamu jadi perempuan, Aji saja tega membuang kamu seperti itu. Ya, kamu itu harus membuktikan sama dia, dengan mengencani lelaki lain yang lebih baik daripada dia. Tunjukkan kalau kamu itu juga bisa mencari laki-laki yang jauh di atasnya!” kata Mbak Rosa lagi.Aku menghela nafas dengan panjang, merasa luar biasa kesal kepada kakak kandungku itu. Jika saja dia bukanlah kakakku, maka aku sudah pasti akan memaki dan juga mengeluarkan sumpah serapah kepadanya.“Aku nggak munafik, Mbak. Tapi aku itu mem
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)369. Semuanya Terbongkar (Bagian A)Aku hanya diam, dan tidak memberikan reaksi apapun. Berusaha tetap tenang, walau jauh di dalam lubuk hatiku sana rasanya amarahku sudah bergemuruh dengan amat kuat.Aku masih belum menyangka, bagaimana Ibu bisa setega itu kepadaku? Beliau benar-benar membohongiku selama ini, dan memperlakukanku seperti orang bodoh hanya demi kedua anaknya yang lain.Aku ingin melihat sejauh mana kebohongan yang akan Ibu berikan lagi kepadaku, karena aku yakin dia pasti akan membela dirinya lagi dan berusaha mengelak.Amat terlihat jelas dari wajahnya yang seperti berpikir keras, tentang apa yang harus dia lakukan dan juga jawaban yang harus dia berikan tentang pertanyaanku barusan.Sedangkan Marwan sendiri hanya terdiam, sambil menelan ludah gugup dia menatap ke arah jendela, berusaha menjauhi tatapan tajamku yang berusaha mengintimidasinya.Sungguh busuk permainan mereka, sehingga aku merasa amat sangat mual s