247. Kedatangan Marwan! (Bagian B)"Oh, memang ada perlu apa ke rumah tiba-tiba banget?" sahut Mas Aji ingin tahu.Aku mengamati dan juga mendengarkan di dalam diam, sepertinya Mas Aji sudah jauh berubah. Dia tidak terlihat antusias, berbicara dengan Marwan sangat berbeda dari yang dulu. Kalau dulu jika ada Marwan dan juga Mas Abi di sana, maka Mas Aji akan lebih memilih bercerita dan juga bersenda gurau dengan Marwan dan mengabaikan adik kandungnya sendiri. Tapi sekarang Mas Aji kelihatan ogah-ogahan berbicara kepada Marwan, dia kelihatannya tidak semangat dan juga tidak terlalu senang untuk berbincang dengan lelaki itu."Mengenai masalah tadi malam—""Oh, apalagi yang mau dibahas? Aku tidak mau membicarakan masalah tadi malam, Wan!" sahut Mas Aji dengan cepat, dia bahkan memotong ucapan Marwan sehingga membuat laki itu menatap Mas Aji dengan pandangan tidak suka.Tetapi Kakak iparku itu hanya bersikap cuek, dan mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, menunjukkan kalau dia tidak m
248. Kedatangan Marwan! (Bagian C)Memangnya apa yang terjadi tadi malam? Dan ada apa dengan uang tiga ratus ribu?Saat suasana hening, aku bisa melihat Mas Abi yang masuk ke dalam pekarangan. Dia tidak memarkirkan motornya di halaman, melainkan di depan toko bersanding dengan motor milik Marwan yang terlihat mentereng."Loh, Wan, tumben ke sini? Apa kabar?" tanya Mas Abi dengan ramah, dia Lalu bersalaman dengan Marwan dan ikut mendudukkan dirinya di sana."Baik, Bi, Alhamdulillah. Kamu gimana kabarnya?" balas Marwan dengan cepat."Oh, aku baik-baik saja, Alhamdulillah juga," sahut Mas Abi sekenanya."Enak ya hidup kamu sekarang, Bi, nggak perlu susah-susah jadi kuli bangunan lagi," kata Marwan tiba-tiba, sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko.Aku dan Aina langsung mendongak secara bersamaan dan menatap ke arah Marwan dengan pandangan tajam, aku bisa melihat Mas Abi Yang menggaruk tengkuknya. Terlihat serba salah dengan pertanyaan yang baru saja Marwan lontarkan."Iya, Al
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)249. Savage-nya Anna! (Bagian A)"Bukan sama Mas aja, aku juga perlunya sama Mbak Lisa. Karena sebenarnya yang berurusan sama aku itu adalah Mbak Lisa, tapi dia tadi menyuruh aku untuk menemui Mas terlebih dahulu," sahut Marwan dengan santai.Dia menghisap rokoknya dalam-dalam, dan menghembuskannya ke udara dengan gaya pongah. Sanggup membuat aku benar-benar ingin menghantamkan kepalanya dengan asbak yang tersedia di atas meja, aku meyakini kalau keluarga Lisa memang menyebalkan semua.Dari mulai Bu Maryam, Marwan, sampai Lisa. Mereka benar-benar pintar menguji kesabaran orang lain, bahkan jika mereka tidak melakukan apapun orang lain sudah merasa kesal melihatnya.Hanya dengan melihat tingkah mereka yang pongah, orang sudah merasa muak dan juga merasa sebal. Mereka ini tipe-tipe orang yang merasa kalau dunia ini adalah milik mereka, dan yang lain itu hanya ngontrak."Memangnya harus ada aku juga? Nggak bisa kamu ngomong sama mba
250. Savage-nya Anna! (Bagian B)Sudah sejak lama, sejak terakhir kali aku makan bakso berdua bersama Mas Abi. Karena kesibukan kami menjaga toko, kami tidak mempunyai waktu untuk sekedar berjalan-jalan berdua.Sepertinya apa yang dikatakan Aina benar, aku dan Mas Abi membutuhkan waktu berdua untuk refreshing agar otak kami merasa lebih fresh dan juga lega."Ya, udah, deh. Kalau gitu … sehabis dari rumah Mas Aji kami langsung keluar ya makan bakso. Nanti, kamu Mbak bungkusin bawa pulang," kataku sambil menatap Aina dengan pandangan memohon."Aman!" balas Aina dengan santai."Ya, sudah Ayo!" ujar Mas Abi dengan cepat.Mas Aji dan juga Marwan sudah menaiki motor mereka masing-masing, sedangkan Mas Abi langsung mengambil kunci motor milik ibunya dan juga langsung menaikinya sambil menatapku dengan pandangan menggoda."Ayo, Dek! Mas anter ke manapun yang kamu mau! Mumpung ada Aina kita bisa bebas hari ini," kata Mas Abi sambil mengerling menggoda."Oke, Mas. Pokoknya setelah dari rumah Ma
251. Savage-nya Anna! (Bagian C)"Aku sebenarnya males banget ke sini," kataku sambil mendesah lelah. "Sudah sejak lama semenjak aku menginjakkan kaki terakhir kali di rumah ini," kataku lagi."Sudah, sudah. Selesai urusan kita nantiz kita pulang, terus makan bakso. Terus kita akan berjalan-jalan ke pantai," kata mas Abi menjanjikan.Membayangkan makan bakso dan juga berjalan-jalan ke pantai saja, sudah membuat aku senang bukan kepalang. Dan jika kalian berpikir pantai yang kami bicarakan adalah pantai di laut lepas, maka kalian salah pantai. Yang kami maksud hanyalah pantai di tepi sungai yang sangat besar yang ada di kecamatan kami, sungai itu sangat lebar dan di pinggir-pinggirnya terdapat batu-batu dan juga pasir yang cantik. Makanya warga di sini menyebutnya dengan sebutan pantai.Aku dan juga Mas Abi langsung memasuki rumah Lisa dan juga Mas Aji, setelah mengucapkan salam aku masuk ke rumahnya dengan perasaan canggung. Dulu rumah inilah yang aku impikan, rumah inilah yang menja
PILIH KASIH (Membungkam Mertua dan Ipar secara Elegant)252. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian A)Aku bisa melihat wajah Marwan yang langsung memerah menahan amarah, dia sepertinya sangat emosi saat aku mengatakan investasi yang ditawarkannya tadi adalah investasi bodong.Begitu juga dengan wajah Lisa yang menampakkan hal yang sama, dia sepertinya juga ikut tidak terima karena aku mengatakan kalau usaha yang ditawarkan oleh adiknya tadi adalah usaha penipuan untuk orang lain.Namun, aku tidak peduli. Sekali lagi, karena Lisa dan juga keluarganya memang patut untuk diberikan balasan seperti itu, agar mereka tidak semena-mena dan juga menganggap kalau seluruh orang yang ada di dunia ini harus mengikuti keinginan mereka.Bahkan, jika harus diupahi dan dibayar sekalipun, aku tidak akan pernah mau untuk berinvestasi dan juga mengadakan kerjasama bersama Marwan.Selain karena investasinya itu adalah investasi yang belum jelas, alias bodong. Melihat karakteristik Marwan yang juga
253. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian B)"Ya, tidak bisa dong, Wan. Bagaimanapun juga aku kan harus meyakinkan adik-adikku dan juga Emakku, kalau uang yang kami investasikan ke tempatmu akan menjadi berlipat ganda, seperti milik Mas Aji dan juga Mbak Lisa," kataku sambil menunjukkan raut menyesal. "Ya, Jadi intinya kalau mau aku berinvestasi di tempatmu, uang Mas Aji harus balik terlebih dahulu. Jadi aku bisa melihat uang itu ada atau tidak, ya. Bukan aku meragukan dirimu, tetapi orang di luaran sana itu kan bisa jadi penipu. Bisa saja temanmu itu menipu kamu," kataku dengan bijak."Ya, tapi temanku kan tidak seperti itu, An. Dia jujur, loh. Namanya dia juga pengusaha, dia pemilik tambang batubara," kata Marwan dengan cepat."Tapi itu kan temen kamu, Wan, bukan temen kami! Nggak ada kepastian juga kalau temanmu itu akan mengembalikan uang milik kami. Jadi ya cara satu-satunya untuk membuat kami percaya adalah dengan mengembalikan uang Mas Aji. Jika uang Mas Aji memang kemb
254. Double Kill! Kerja sama Aji dan Abi. (Bagian C)Jadi, kesimpulannya, jika Mas Aji meminjam uang tiga ratus juta kepada juragan Karta, maka , dia harus membayar bunga sebanyak tiga puluh juta setiap bulannya. Pantas saja akhir-akhir ini ke kehidupan Mas Aji dan juga Lisa menjadi oleng. Ternyata mereka harus membayar bunga sebegitu banyaknya kepada juragan Karta setiap bulan.“Sudahlah! Kalian kenapa sih, harus bertengkar seperti ini? Seperti anak kecil saja!”seru Marwan tiba-tiba.Aku menatapnya dengan pandangan jijik, bagaimana bisa dia berbicara seperti itu kepada Mas Aji dan juga Lisa? Padahal dialah biang biang kerok utamanya.“Wah kalau begitu kamu harus mengembalikan uang Mas Aji secepatnya dong, Wan! Mereka sudah terlilit hutang kepada rentenir sebegitu banyaknya, tentu saja mereka harus mengembalikan pinjaman mereka agar kebun sawit yang sudah diberikan oleh Ibu dan Bapak tidak diambil oleh juragan Karta!” sahut Mas Abi dengan cepat.“Yah, ini bukan urusan kamu juga kan, B